Sahabat salihah, kesehatan adalah anugerah serta salah satu rizki tertinggi dari Sang Ilahi. Bayangkan saat Allah ambil satu saja dari kesehatan jasmani kita, maka rasa tak nyaman mulai menyapa. Misalnya, Allah mengambil kesehatan saluran pernapasan. Diuji dengan virus yang dizinkan-Nya masuk ke dalam tubuh. Apa yang terjadi? Pasti rasa sakit mulai terasa, badan tak enak. Makan tak nyaman, karena semua terasa pahit. Tak dapat mencium aroma karena saluran pernapasan tersumbat. Semua makanan sampai terasa hambar tak berasa.
Dalam kondisi seperti itu, pasti kita akan bergegas mencari obat. Kemudian mengunjungi dokter pribadi untuk berkonsultasi. Agar bisa segera kembali pulih, dan dapat menikmati lagi kelezatan hidangan.
Namun, ketika kita tak dapat menikmati serta merasakan kelezatan hidangan ruh dan jiwa. Kita tidak peduli dengan keadaan yang sedang terjadi padanya. Seolah semua baik-baik saja. Padahal itu adalah gejala kondisi jiwa sedang mengalami sakit.
Coba cek dan tanyakan ke dalam jiwamu.
Sudah berapa lama tak khusu' dalam salat?
Berapa tahun tak dapat bangun untuk salat tahajud?
Berapa lama tak berinteraksi dengan Al-Qur'an?
Berapa tahun tak pernah berdzikir-dzikir panjang setelah selesai salat?
Berapa jam berlama-lama saat di majlis ghibah?
Berapa kali merasakan tak suka saat saudara memperoleh kebahagiaan?
Kebanyakan orang nyaris tidak paham, bahwa itu adalah gejala jiwa yang sedang sakit akut dan parah. Bahkan barangkali telah stadium lanjut. Namun, biasanya manusia tak peduli. Merasa diri baik-baik saja. Tidak mencari obat ke dokter jiwa (kalbu), serta tidak mengunjungi guru dalam majelis ilmu.
Tak khawatir jika sampai jiwa itu mati. Sampai tak dapat membedakan antara halal dan haram. Tak bisa lagi merasakan kepekaan kepada kebaikan. Lebih akrab dan dekat dengan berbagai maksiat.
Sebelum jiwa itu mati, bersegeralah memeriksakan diri mengunjungi dokter ruh/jiwa supaya bisa segera tertangani dan bisa kembali pulih. Menjadi jiwa-jiwa yang sehat dan tenang. Merasakan kelezatan taat dalam kebaikan.
***
Sahabat salihah, betapa dari kita kerap abai dengan kondisi ruh/jiwa. Padahal, gejala atau tanda adanya penyakit yang dialami sering terjadi serta mudah dideteksi.
** Jika saat salat, tak ada rasa nikmat khusu'. Maka pertanda ada yang sedang sakit di dalam jiwa. Salat adalah kondisi di mana hamba dengan Tuhannya sedang berkomunikasi. Secara etika, ketika seseorang berbicara dengan lawan bicara harus fokus kepada lawan bicaranya. Apalagi salat adalah saat bicara dengan Sang Penguasa. Maka haruslah lebih fokus saat bicara kepada-Nya.
Tidak fokus ini berarti tidak khusu'. Memang lisan tetap mengucapkan kalimat-kalimat doa. Namun, jiwa terasa kosong karena pikiran ke mana-mana. Tidak fokus kepada apa yang sedang diucapkan. Jika kepada manusia saja kita harus fokus saat bicara sebagai tanda kesantunan. Apalagi kepada Allah Sang Maha Penyantun.
** Gejala lain saat kondisi jiwa kurang sehat. Sulitnya bangun di sepertiga malam untuk melaksanakan salat Tahajud. Salat Tahajud adalah salat sunah yang paling utama setelah salat Fardhu. Sebab, salat ini Allah sendiri yang memerintahkan kepada manusia melalui wahyu-Nya yang disampaikan kepada baginda nabi Muhammad. Sebagaimana tertulis dalam surat Al-Muzzammil ayat 1-2:
"Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil."Â
Serta surat Al-Isra' ayat 79:
"Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji."
Salat Tahajud memiliki keutamaan dari salat sunah yang lain. Sebagaimana kalam Allah: "Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan." (Q.S. Al-Muzzammil : 6).
MaaSyaaAllah, ternyata salat Tahajud ini memiliki manfaat sebagai terapi mengobati hati/ruh/jiwa yang sedang sakit.
** Tanda sakit jiwa yang ke tiga, tak pernah berinteraksi dengan Al-Qur'an. Allah telah memberitahu manusia bahwa Al-Qur'an adalah obat. "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian." (Q.S. Al-Israa' : 82).
Maha baiknya Allah Sang Maha Penyayang, karena menurunkan Al-Qur'an kepada manusia tidak hanya memberikan pahala bagi siapa yang membaca. Akan tetapi sekaligus menjadi obat penawar jiwa yang gelisah, pikiran yang tidak karuan, dan badan yang tidak sehat.
Selain sebagai obat, Al-Qur'an juga sebagai petunjuk arah serta sahabat setia dalam perjalanan manusia menuju Allah Tuhan Semesta Alam. Al-Qur'an akan setia menemani sampai ke surga nanti. Jika kita senantiasa mengakrabinya setiap hari.
** Zikir, salah satu tanda manusia mengingat Allah sebagai Tuhan sekaligus penolongnya di saat apa pun dan di mana pun berada. Bagi manusia yang selalu berzikir kepada Allah. Maka dia akan memperoleh Kasih dan Sayang dari-Nya. Jiwanya akan tenang, sebagaimana ungkapan Allah: Â "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (Q.S. Ar-Ro'du : 28). Selain itu Allah juga akan menjaga hamba-Nya yang senantiasa berzikir dari godaan dan gangguan setan.
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa jika manusia lalai dari berzikir, maka jiwanya akan mudah rapuh karena jauh dari Allah. Serta mudah tergoda rayuan setan, sehingga jiwanya mudah terjangkit penyakit.
Sahabat salihah, tanda jiwa yang sedang sakit selanjutnya adalah adanya berbagai sifat buruk seperti iri, dengki, hasad, sombong, dan sejenisnya. Berhati-hatilah karena penyakit-penyakit ini dapat membakar amalan-amalan kebaikan yang telah dilakukan. Rugi sekali tentunya, setelah lelah mengumpulkan amalan baik tetapi hangus terbakar oleh penyakit-penyakit hati tersebut. Untuk itu, segera instropeksi diri apakah di dalam hati terjangkiti penyakit-penyakit itu.
***
Penulis: Hetti Zuhrotul M.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H