Mohon tunggu...
hesty indra
hesty indra Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis, S1 Pendididkan Fisika IKIP Negeri Yogyakarta, Instansi : SMPN 2 papar, Kab. Kediri

Saya seorang guru yang mengajar di SMPN 2 Papar Kabupaten Kediri, sebagai pengampu mapel IPA. Menulis adalah hobby saya sejak kecil. Selain menulis, travelling dan berinteraksi dengan orang lain serta mengenal berbagai budaya adalah hal yang membuat saya nyaman.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lugano

20 Agustus 2023   06:50 Diperbarui: 20 Agustus 2023   07:02 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lugano I (Suatu Sore Tanpamu di Tepian Karanggongso)

Gairah ombak yang membawa

Kulit lokan mengunjungi pantai

Mendebur pula di dalamku

Berpadu satu dengan nyanyian jiwa

Tak henti menggemakan namamu

Tentangmu yang selalu mampu

Menerobos semua sisi dimensiku

Tak bersama bukan berarti tak ada

Sore dengan bergelas kopi panas

Bawah pohon cemara dan bangku berlapis keramik

Tak ada batas untuk sebuah rasa

Yang selalu rela mencipta

Sebuah bayangan dalam diam.

Diamku adalah sebuah meditasi

Berusaha menyatu pada frekuensi jiwamu

Dan aku tak pernah ragu

Hingga malam pun tak mampu

Menggelapi jiwaku

Taukah kamu.......

Rasa terdalam yang utuh padamu

Mampu membawaku semakin lena

Tanpa waspada untuk terluka.

*****

Lugano II (Siang Berkabut di Tepian Karanggongso)

Mendung kelabu di atas langit Lugano

Memburamkan garis batas cakrawala

Dan tatapan matamu

Serupa ujung batu karang meruncing

Menyayat dan menusuk rasaku............

Yang terus mengalirkan darah dari luka amat dalam

Di titik ketika aku mengerti

Bahwa kita hanyalah bayangan mimpi

Dari kehangatan matahari yang telah beranjak pergi.

Perihku memburamkan mata

Telah kutulis sebisaku di atas hamparan pasir

Tentang sekian tanya atas semua yang kurasai

Adakah hati bisa dibohongi?

Ataukah pendar cahaya dari tatapan matamu

Berwaktu-waktu yang lampau

Bukan pancaran dari dalam jiwa ?

Jika memang " iya " adalah jawaban sesungguhnya

Bagaimana caraku memunguti mimpi

Yang telah terserak nelangsa di antara

Kulit-kulit lokan di tepian Karanggongso........

Lugano disapa hujan...........

Jemarinya dingin menyentuhiku

Perlahan menghapus jejak sekian tanya

Di atas hamparan pasir pantai

Merasakah jiwamu..........

Teramat menyesak ketika mesti berlalu

Sementara engkau berdiri  di depanku

Diammu menghentikan waktu.

*****

LUGANO 3

( Sore berikutnya di tepian Karanggongso )

Kulit lokan dan perahu biru

Lukisan gelombang pada pasir pantai

Adalah jejak tanpa jiwa

Menyimpan selaksa luka dengan setia.

Langkahku membekaskan sejuta cerita

Yang enggan memudar meski gelombang pasang

Menerpanya tanpa menenggang rasa

Dan engkau pengelana jiwa

Bersyair pada  jiwa jiwa yang mendamba

Mengapa pula aku masih tetap bertahan

Merangkai syair lama

Yang ternyata telah usang

Terpapar alur jentera masa.

*****

Catatan 29 November 2020. 

16.20 WIB.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun