"Ini ku beli satu rotimu." Lelaki dengan baju dalam putih itu menyodorkan uang kertas bergambar pahlawan nasional Kapitan Patimura, lalu mengambil satu roti di atas lengserku.
Rasanya air mataku akan membuat banjir di tempat ini, tapi dengan sabar aku menahan semua emosiku. Aku kira usaha buka pagar bambu tadi akan dibayar dengan terjaualnya rotiku dalam jumlah yang banyak. Namun, semua harapanku dibayar dengan uang bergambar pahalawan Maluku itu, sungguh miris, tapi itulah kenyataannya.
Itulah penjual, kadang dikasih harapan, tapi yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.