Mohon tunggu...
hesty Gorang
hesty Gorang Mohon Tunggu... Lainnya - Buku gudang ilmu

📝Penulis buku : Pena Pedang Penulis, Muslimah Kanan. 📝Anggota di FLP NTB 🔮Pemilik blog : Lancarberbahasa.com Penulis buku : Muslimah kanan, Jangan Menulis Nanti Keliling Dunia

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Masa Kecil: Jual Roti

22 September 2023   09:07 Diperbarui: 22 September 2023   09:23 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilistrasi jual roti/pexels.com

Masa kecil yang penuh kenangan. Salah satu kenangan yang tak bisa aku lupakan adalah berjualan roti keliling. Aku mulai berjualan keliling saat kelas 3SD. Roti yang aku jual adalah roti buatan mama dan  ayah. Sejak pukul 03.00 WIT ayah dan mama sudah bangun terlebih dahulu. Mereka mulai mencampur adonan roti dan mengadon dengan cara manual. Yah, dulu ayah dan mama membuat roti dengan cara manual tanpa mesin.

Pukul 07.00 adonan yang sudah kalis akan dibentuk dan ditaruh di dalam loyang roti, kami sebutnya pan roti. Saat itu mama hanya membuat roti manis isi cokelat. Harganya Rp.1000 per bungkus. Satu hari hampir 500pcs dibuat. Awalnya mama dan ayah bekerja sendiri, tapi karena ayah harus berangkat sekolah pagi-pagi, mama pun mencari tetangga yang mau ikut bekerja di rumah. Alhamdulillah ada dua orang tetangga yang mau ikut bekerja di rumah. Tapi, yang setia sampai sekarang hanya satu orang, kami panggilnya kakak Jula.

Siang hari setelah pulang sekolah kami tidak bebas pergi bermain seperti anak tetangga lainnya, meskipun waktu itu sudah ada dua kariyawan mama di rumah, mama tetap menyuruh kami untuk ikut membungkus roti yang sudah dibakar. Waktu membungkus roti biasanya dari setelah zuhur sampai masuk waktu asar dan setelah sholat asar aku dan beberapa temanku mulai siap-siap untuk menjual roti keliling.

Jumlah roti yang kami bawa beragam. Ada yang membaca 20pcs, 25, 30, sampai 50pcs. Tergantung kebutuhan uang jajan yang kami inginkan. Jika hanya mau uang jajan seadanya maka kami akan membawa 20pcs dengan mengambil premi Rp.5000.

Banyak kejadian lucu dan menyedihkan saat berjualan keliling. Aku ingat waktu itu baru selesai hujan, kami berangkat seperti biasa setelah melaksanakan shalat asar, membawa roti masing-masing dengan menjijing di atas kepala, ada yang membawanya pakai keranjang, ada yang membawanya pakai lengser. Saat itu aku membawanya pakai lengser. Karena hujan baru saja reda, jalanan jadi basah dan licin. Aku melewati sebuah gubuk yang banyak pohon mangganya, banyak pula mangga yang jatuh karena diterpa angin kencang saat hujan tadi. Mangga berserakan ke mana-mana hingga di jalan raya pun banyak mangga yang jatuh. Aku berjalan dengan santai sambil membawa lengser berisi roti yang belum juga laku itu, padahal aku sudah jalan cukup jauh dan lumayan lelah. Tiba-tiba saat aku berteriak dengan suara yang kencang agar ada yang mendengar dan membeli roti ku.

"Rotii... roti..."

Roti,,,roti..."

Roti...roti...."

Berapa kali aku berteriak dan ternyata sore itu memang pembeli sangat sepi sekali, mungkin karena hujan lebat tadi, membuat orang hanya ingin berdiam diri dalam rumah saja. Aku tetap berjalan dengan semangat menjual rotiku. Dan tiba-tiba di tengah jalan yang ada sedikit tanjakan, aku terpeleset karena menginjak mangga matang yang sudah hancur, mungkin tergilas ban mobil atau kendaraan lain yang lewat di jalan itu.

Aku terjatuh dan roti pun berhamburan kemana-mana, pantanku rasanya sakit sekali terjatuh di atas aspal. Aku malu dilihat anak-anak yang sedang bermain, mungkin baru selesai main hujan-hujanan, karena mereka terlihat basah kuyup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun