Acara pertemuan perdana Forum Penulis Nurul Hakim telah dilaksanakan pada 1 Agustus 2023. Pertemuan yang dimulai sejak pukul 20.00 wita hingga 21.30 wita ini sangat mambantu saya sebagai peserta untuk membakar kembali semanagt dalam menulis.
Bagaimana tidak pertemuan perdana ini dihadiri oleh tiga pemateri yang sangat luar biasa. Pak Nuim Hidayat, pak Iwan Wahyudi, dan pak Inggar Saputra. Acara ini dipandu oleh ibu Herlina Hasyim beliau adalah seorang guru.
Sebelum pemateri memberikan pengalaman masing-masing acara perdana ini dibuka dengan sambutan dari ust. Firdaus Nuzula, M.Pd. beliau mewakili pimpinan yayasan nurul hakim.
Dalam hal ini ust. Firdaus sangat mengapresiasi kegiatan ini, beliau mengharapkan adanya forum ini bisa menjadi jembatan para santri untuk mengembangkan bakat menulis.
Dengan adanya forum menulis nurul hakim ini juga bisa mengaktifkan kembali literasi nurul hakim, dalam harapan beliau jika forum ini menjadi besar akan bekerja sama dengan forum-forum kepenulisan lainnya.
Setelah sambutan, pamateri langsung menyampaikan dan membagi motivasi seputar literasi.
Pemateri pertama pak Nuim Hidayat, beliau adalah seorang penulis dan aktifis. Beliau aktif menulis artikel-artikel dimedia online, seperti suara islam.id tulisan-tulisan beliau yang telah diterbitkan di antaranya adalah Ketika PSI Menuduh Saya Melakukan Plintiran yang Jahat (6 Juli 2023), Bedah Buku Karya Santri Elkisi (29 Mei 2023), Ketika Saya Diadili (7 Mei 2023), Ternyata Buku Masih Digemari( 21 Januari 2023), dan masih banyak lagi tulisan beliau yang bisa dibaca dimedia tersebut.
Pada pembahasan pemateri pertama ini saya tertegun mendengar sambil mencatat beberapa ponit penting yang disampaikan oleh pak Nuim.
Salah satu motivasi terbaik yang saya rekam semalam adalah bagaimana beliau membangun minat bacanya hingga menjadikan sebagai landasan untuk menulis.
Semangat baca pak Nuim berawal dari sang ayah yang juga seorang kepala sekolah, sang ayah sering membawa buku pulang ke rumah, hingga buku-buku tersebut menjadi tertatik untuk dibaca.
"dari membacalah yang menggerakkan saya untuk menulis" kata beliau saat menyampaikan sedikit pengalam bagaimana awal beliau menulis.
Jadi untuk membangkitkan semangat untuk menulis, maka kita juga harus membangkitkan semangat untuk membaca. Selain itu pak nuim juga menyampaiakn bagaimana seharusnya niat menulis itu dibangun.
"Jika motivasi menulis untuk amar ma'ruf nahi mungkar, ide untuk menulis tidak akan pernah hilang," kata belaiu.
"Dan jika berpedoaman untuk amar ma'ruf nahi mungkar maka tulisan kita akan bermanfaat untuk maasyarakat," lanjutnya.
Dari pemateri pertama saja saya sudah disemprot virus-virus menulis yang sangat bermanfaat. Diakhir kalimat beliau tak lupa memberikan beberapa nasihat tentang menulis juga, salah satu yang saya kutip adalah. "satu peluru bisa menmbus satu kepala, satu tulisan bisa menmbus 1000 kepala."
Dengan tertegun sambil mengangguk menyetujui apa yang disampaikan pak nuim malam itu, memuat saya lebih bersemangat untuk mendengar materi dari narasumber kedua kita.
Pamateri kedua di lanjutkan oleh Pak Iwan Wahyudi, salah satu anggota FLP NTB, yang kebetulsan saya kenal juga karena memang satu anggota di FLP NTB. Beliau pun memantik semangat kami dengan berbagai pengalaman mengapa beliau ingin menulis.
"Kenapa saya menulis secara rutin?"
Beliau pun mengawali dengan pertanyaan tersebut. Menurut beliau menulis adalah salah satu amal jariyah yang tidak pernah putus amalnya. Beliau juga memilih untuk menulis karena beliau bukan seorang guru.
Menurut pak iwan, guru adalah sosok yang bisa menyebarkan amalan lewat ilmu yang dibagikan, nah untuk yang bukan status sebagai guru, bisa juga menyebarkan ilmu yang dimiliki yaitu melalui tulisan.
Maka, jika kita buka seorang guru kita pun bisa menebarkan manfaat melalui tulisan.
Ada salah satu nasihat yang saya tangkap dari penyampaian beliau adalah gunakan media sosial untuk lahan belajar menulis. Jangan pernah takut tulisan kita tidak dibaca, karena setiap tulisan pasti ada pembacanya. Tuhan menyuruh kita menulis, karena tuham menyediakan pembacanya.
Dua pemateri yang luar biasa telah menyampaikan pengalam dan juga motivasi mereka. Lanjut dengan pemateri ketiga yang tak kalah semnagatnya.
Pak Inggar Saputra, sosok yang memilik semangat dalam manulis ini mengaku selalu menulis di statu Fb. Beliau juga memanfaatkan waktu saat menunggu pesawat atau menunggu kereta. Pak Inggar mengatakan bahwa menulis itu kapan saja dan di mana saja, jika ide sudah muncul maka langsung ditulis dan tidak ada kata nanti.
Sungguh luar biasa bukan? Bagaimana tidak mereka punya karya yang luar biasa. Semangt mereka dalam menulis selalu menjadi dasar atas apa yang mereka dapatkan.
Dalam pertemuan singkat ini sudah banyak sekali motifasai yang dibagi. Menurut saya sebagai peserta forum ini harus dilanjuti dengan aksi menulis hingga bisa melahirkan penulis-penulis dari kalangan nurul hakim. Bukan saja dari alumni namun dari santri, ust-ustazah, hingga mahasiswa dan dosen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H