Mohon tunggu...
Hesti Nurul Aini
Hesti Nurul Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saling Sharing yuk!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahas Maraknya Kekerasan Seksual dari Mata Psikologi Seksual (Psikoseksual)

14 November 2023   10:12 Diperbarui: 14 November 2023   10:30 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Posmetro Medan    

Kekerasan seksual makin marak terjadi. Data menunjukkan bahwa jumlah kekerasan seksual mengalami peningkatan. Berbagai berita di media nasional juga menunjukkan makin banyaknya kasus kekerasan seksual. Sementara itu, studi-studi terdahulu menyebutkan bahwa kekerasan seksual terhadap perempuan terjadi akibat perempuan direduksi sebagai tubuh dan objek seksual para laki-laki (Rahma et al., 2020; Susanti & Pebriyenni, 2021; Tuasela & Parihala, 2017). Selama ini memang korban perempuan lebih banyak yang speak up dibandingkan laki-laki. Selain itu, potensi kekerasan seksual memang lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki tak lain karena faktor relasi kuasa dan budaya patriarki yang mengakar kuat dalam kelompok masyarakat.

Disini saya akan memaparkan studi kasus mengenai kekerasan seksual serta menganalisis keadaan seorang pelaku kekerasan seksual berdasarkan Teori  Psikologis Seksual (Psikoseksual) milik Sigmund Freud

STUDI KASUS

 Makassar - Pria bernama Ikbal (26) di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) nyaris diamuk massa usai diduga memperkosa bocah berusia 5 tahun. Rumah tempat pelaku bersembunyi dikepung keluarga korban dan warga.
"Jadi ada informasi dari warga bahwa telah terjadi pemerkosaan anak di bawah umur sehingga kami dengan personel mendatangi TKP," ujar Kapolsek Tallo AKP Ismail kepada wartawan, Senin (13/11/2023).

Kasus pemerkosaan itu terjadi di Kecamatan Tallo, Makassar, pada Senin (13/11) sore. Polisi yang hendak mengevakuasi pelaku kesulitan karena banyaknya massa yang menunggu pelaku keluar dari rumah.

"Kita evakuasi karena pihak dari korban seolah-olah mau mengamuk dan melakukan pembalasan ke pelaku," kata Ismail.

Ismail menyebut, anggota Polsek Tallo di backup Polrestabes Makassar mengambil langkah tegas. Pelaku kemudian diamankan ke Mapolrestabes Makassar.

"Alhamdulillah kami dari Polsek dan Polrestabes khususnya dari tim Penikam yang dipimpin langsung kasat Sabhara kami berhasil mengevakuasi pelaku dan pelaku selamat dan kini sudah berada di Mapolres," sebut Ismail.

Ismail menambahkan korban telah dibawa oleh pihak keluarganya melakukan visum di rumah sakit Bhayangkara Makassar.

"Jadi saat ini korban sudah dibawa ke rumah sakit Bhayangkara untuk dilakukan visum," tutur Ismail.

ANALISIS

Pada kasus pemerkosaan tersebut dapat dikaitkan dengan teori psikoseksual dari Sigmund FreudDisini akan dijelaskan yang dimana Si Pelaku sebagai objeknya, hal apa saja menyebabkan ia melakukan pemerkosaan terhadap anak berusia 5 tahun tersebut berdasarkan teori psikoseksual dari Sigmund Freud

Pada kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa Si Pelaku mengalami permasalahan di tiga tahap pada teori psikoseksual freud yaitu dari tahap falik, tahap latendan tahap genitalPenjelasan keterkaitan teori lebih dari satu ini karena memang tahapan yang diberikan oleh Sigmund Freud saling berhubungan satu sama lain dan memang dapat ditelaah pada tiga tahapan yang ada. Hal tersebut akan dijelaskan lebih rinci lagi sebagai berikut.

1. Tahap Falik

Tahap falik ini adalah tahap dimana anak umur 3-5 tahun yang memasuki masa pemberian seks edukasiDitahap ini orang tua memberikan penjelasan dan pemahaman akan bedanya jenis kelamin secara dasar. Pada kasusnyasi pelaku mengalami ketidaksesuaian perkembangan pada tahap iniPada masa iniia tidaklah diberikan pemahaman akan jenis kelamin atau seks edukasi. Hal ini sangat penting karena merupakan hal yang sangat dasar ketika tidak diberikan pondasi pemahaman yang dasar, pelaku berpikir tidak mempermasalahkan perlakuan seksual kepada lawan jenis hingga dia melakukan pemerkosaanIa melakukannya karena memang tidak paham akan pentingnya menjaga alat kelamin dan menggunakannya dengan waktu dan cara sesuai dengan norma dan nilai yang ada

2. Tahap Laten

Terjadi pada umur 5 tahun sampai remaja dan masa dimana penekanan akan keinginan seksual atau energi seksual dialihkan ke hal lain seperti ke sekolah, temanhobi, serta aktivitas-aktivitas nonseksual lainnya

Yang terjadi pada pelaku, ada permasalahan yang terjadi di masa laten iniDapat dilihat bahwa ia melakukan pemerkosaan karena pada sekitar umur tahapan ini ada beberapa peran atau tugas yang tidak ia laksanakanDimasa kecil antara umur 5 tahun sampai remaja, si pelaku tidak mendapatkan bimbingan mengenai pengalihan energi seksualnya ke hal yang lain baik itu ke sekolahtemandan hobiKalaupun dialihkan ke sekolah atau temankemungkinan besar bahwa ia tidak merasakan kesenangan atau kebahagiaan yang berartiJadiketika pada tahapan ini si pelaku tidak benar-benar menekan dorongan seksualnya dan ditambah dengan ketidaksesuaian pada pengalihan energi seksualnya ke arah lain membuat ia melakukan pemerkosaanIa dapat melakukan hal itu karena memang dia sudah tidak bisa mengontrol diri akibat dorongan seksual yang direpresnya dulu pada tahapan laten dan pelaku juga tidak mampu untuk mengalihkan energi seksualnya dengan tepatAkhirnya disaat sudah dewasa ia melampiaskan ketegangannya dengan melakukan pemerkosaan

3. Tahap Genital

Tahap ini merupakan setelah masa puber sampai seseorang dewasaTahap genital adalah masa dimana remaja tidak lagi mengarahkan energi seksualnya kepada diri sendiri, melainkan ke orang lain dan dorongan seksual itu sudah mengalami organisasi yang lebih utuh. Namun dalam beberapa hal, eros tetap ada yang mengalami represi, sublimasi atau bahkan dalam bentuk masturbasi dan aktivitas seksual lainnya.

Pada tahapan genital si pelaku, ini merupakan puncak dari ketegangan yang telah ia repres selama ini. Jadi, dorongan atau hasrat seksual yang ditahannya pada tahap laten disertai dengan ketidaksesuaian ia dalam mengalihkan energi psikisnya membuat pelaku akhirnya melepaskan itu semua di tahap genital atau disaat dia dewasa. Hal ini terjadi karena pertama bahwa tahap ini membuat seseorang akan mengarahkan energi seksualnya kepada orang lain dalam bentuk aktivitas seksual, dan si anak kecil ini lah sebagai korban untuk melampiaskan kepuasannya.

Kedua, karena pelaku berpikir bahwa sudah dewasaMaka akan muncul perasaan bahwa "sudah besar" dan "mampu melakukan apapun", pemikiran ini muncul karena memang adanya pendukung fisik seperti badan yang besar dan sistem reproduksi yang sudah siap. Pemikiran itu membuat pelaku berpikir untuk dapat melakukan apapun untuk mengurangi ketegangan seksualnya hingga ia melampiaskan kepada anak kecil berusia 5 tahun tersebut.

pintar-pintar lah untuk menjaga diri dan jangan mudah tertarik dengan iming-iming apa saja yang ditawarkan pelaku, laporkan sekecil apapun kekerasan seksual yang kalian alami kepada orang yang kamu percayai atau langsung saja ke perlindungan perempuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun