Siapa yang suka banget dengerin musik, film atau telfonan berjam-jam menggunakan headset? Nah sudah pernah megalami iritasi pada telinga belum?
Baiklah, disini gue akan cerita soal pengalam gue tentang iritasi pada telinga karena sering pakai headset. Awalnya ketika kerja gue tidak bisa dalam kondisi hening dan sunyi. Ini membuat gue stress. Jadi gue memutuskan untuk dengerin musik atau radio menggunakan headset. Karena kalau di loudspeaker akan mengganggu karyawan yang lain. Setiap saat gue selalu pakai heaset, perjalanan menuju kantor, di kantor bahkan pulang kantor gue kebiasaan dengerin musik menggunakan headset. Belum cukup disini, di rumah pun ketika gue sedang telfonan satu sampai dua jam masih menggunakan headset. Sampai pada akhirnya gue merasa telinga gue gatel banget. Dua minggu kemudian munculah gejala aneh di telinga gue.
Setiap telinga gue gatal, gue selalu menggunakan cotton bud. Ternyata ini membuat pembengkakan dan iritasi pada telinga gue. Gue memutuskan untuk beli obat tetes di apotek. Seminggu gue menggunakan obat tetes sampai tinggal setengah. Sembuh? Ternyata enggak. Telinga gue malah lebih parah.
Setiap denger musik terutama pada bass dan drum, nyut-nyutan, keluar cairan putih dan merasa tuli. Ketika diajak ngobrol sama teman kantor, gue jawab. Gue merasa udah setengah teriak, tapi kata temen gue suaranya kecil. Ini berlangsung seminggu an.
Penderitaan gue belum selesai, kejadian yang paling menakutkan dan menyakitkan, malamnya gue merasa telinga gue nyut-nyut an parah. Tidur salah, duduk salah. Rasanyaaa luar biasa sakit. Semalaman gue gak bisa tidur sama sekali. Sampai akhirnya gue nangis sesenggukan menahan sakit dan badan panas dingin sampai menggigil.
Keesokan harinya, gue beranikan diri ke klinik. Awalnya malu dan takut. Tapi gue paksain dari pada gue menderita gak bisa tidur. Sampai di klinik, gue cerita semua sama dokter. Dan dokter mulai periksa telinga gue. Setelah dilihat, katanya telinga gue berjamur. Waw. Rupanya selama ini gue kasih cotton bud membuat jamur di telinga semakin subur. Hahahaa. Karena dokter di klinik itu dokter umum bukan spesialis, jadi dokter menyarankan ke spesialis THT (telinga, hidung dan tenggorokan). Gue nurut aja, saat itu juga gue meneruskan langkah ke rumah sakit.
Setelah gue daftar, biaya administrasi Rp. 50.000, gue langsung diarahin sama security ke poli THT. Hampir satu jam gue menunggu antrian, akhirnya sampai juga giliran gue. Dokter yang menangani gue adalah dokter perempuan. Cantik, baik dan sabar. Dia tidak sendirian, di samping kanan kiri ada tiga pendamping. Gue menyebut pendamping karena sepertinya mereka ini entah masih magang jadi dokter, atau memang sudah pratek dokter, tapi harus mendampingi dokter senior, ah begitulah. Mungkin ya ini asumsi gue, gue gak fokus saking nahan sakitnya telinga.
Lanjut pemeriksaan, gue di tanya sama dokternya keluhannya apa dan gue ceritakan semuanya. Setelah itu, telinga gue diperiksa disenter dan dicek apakah ada jamur atau iritasi di lubang telinga. Saking kecilnya lubang telinga gue, alat periksa telinga untuk orang dewasa gak bisa nembus. Jadi gue harus pake alat untuk bayi, bayi dong. Dalam hati juga pengen ketawa, ini badan doang gede tapi telinga ukuran bayi.
Selesai disenter telinga gue, gue disuruh duduk di kursi khusus. Gue gak tau namanya apa, dan gue dites pendengaran. Pasien sebelum gue, cuman cukup disenter dan dikasih resep. Nah ini gue beda, awalnya gue harus mendengarkan bunyi garpu tala dan didengarkan ke telinga gue sampai bunyi hilang ini berlaku di telinga kanan dan kiri di bagian belakang telinga dalam (paham kan posisiya dimana).
Selesai diperiksa dan dites pendengaran, tidak ada hal buruk terjadi pada gue. Mungkin karena gue termasuk cepat taggap. Diagnosis dokter adalah gue infeksi jamur pada telinga. Ini bisa disebabkan karena telinga kemasukan air, sering pakai cotton bud, atau sering menggunakan headset terlalu lama.
Setelah diperiksa, dokter menjelaskan hasilnya. Gue juga diresepin beberapa obat iritasi dan antibiotik. Tapi selain itu gue juga diresepin obat yang menurut gue aneh dan gue baru tau. Salah satunya adalah cairan infus. Seperti yang gue tau, infus digunakan pasien untuk pengganti cairan tubuh dan elektrolit yang hilang akibat penyakit tertentu. Tapi disini gue merasa, ini kan telinga yag sakit apa hubungannya dengan cairan infus?
Setelah dokter menjelaskan beberapa resep obat, dokter juga menjelaskan kenapa gue dikasih cairan infus. Ini berfungsi untuk mengeluarkan kotoran pada telinga. Dokter juga memberi tau bagaimana cara penggunaanya. Jadi suntikkan cairan infus pada hidung sebelah kiri sambil kepala dimiringkan, ulangi pada hidung sebelah kanan dan lakukan selama dua kali.
Setelah itu, gue langsung pergi ke apotek untuk menebus obat. Sampai di rumah, gue langsung minum obat dan mempraktekkan cara menggunakan cairan infus. Awalnya gue merasa pengar di hidung, ini rasanya sama seperti ketika berenang dan hidung kemasukan air. Ini gue lakukan selama dua minggu. Meski sebenarnya dalam seminggu gue sudah sembuh, kata dokter gue harus menghabiskan resep agar benar-benar sembuh.
Nah dari cerita gue, gue berharap kalian lebih aware dengan kondisi kalian ditambah sekarang lagi pandemi. Oh iya, ternyata selain membersihkan telinga, cairan infus juga bisa menyembuhkan penyakit sinusitis juga loh. Buat kalian yang alergi debu dan suka bersin boleh dicoba. Untuk info lebih jelasnya bisa tanya langsung ke dokter ya, daripada gue salah info.
So jika dirasa aneh pada tubuh kalian, jangan takut untuk pergi ke dokter. Konsultasi dan jangan takut hasil. Ke dokter atau rumah sakit tidak semenakutkan itu. Malah gue seneng sekarang, jadi gue tidak mengira-ngira atas penyakit yang gue derita. Dengan penjelasan dokter, gue lebih tenang dan bisa bersikap. Terima kasih dokter. Ada yang punya pengalaman sama dengan gue? J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H