Mohon tunggu...
Hesti indah
Hesti indah Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar nulis. Benar benar sedang belajar menulis. Mohon dukungannya 🙏

Mencoba belajar nulis. Selama pandemi berasa jadi orang yang paling tidak berguna. Selalu diejek karena tidak punya greget hidup. Mungkin dengan "belajar menulis" saat ini, aku akan jadi manusia yang sedikit berguna. 🤭 Beberapa tulisanku mungkin dari pengalaman pribadi, tpi tidak sedikit dapat inspirasi dari teman sekitar. Yuk support dan diskusi bersama. 🤗

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Riwehnya Minta Ampun, Pertama Kali ke Kawah Ijen, Banyuwangi

13 Desember 2020   10:07 Diperbarui: 13 Desember 2020   10:19 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena blue fire ini hanya ada dua di dunia, pertama di Islandia dan yang kedua ada di Indonesia. Blue fire muncul karena adanya kandungan belerang Ijen yang sangat besar. Tidak heran jika banyak wisatawan yang silih berganti datang untuk melihat blue fire lebih dekat. Dan elo bisa melihat blue fire dari dini hari hingga menjelang fajar. 

Nah, disini gue akan bercerita pengalaman pertama gue ke Kawah Ijen. Gue bukanlah pendaki dan belum pernah mendaki gunung sebelumnya. Jadi gue merasa perlu berbagi cerita untuk kalian semua apa saja yang dibutuhkan dan diperlukan ketika hendak ke Kawah Ijen. 

Awalnya gue ke Banyuwangi karena tugas dari kantor. Setelah selesai kerjaan, gue mendapatkan rekomendasi untuk berwisata ke Kawah Ijen. Seharusnya gue di Banyuwangi selama 3 hari. Namun karena tawaran ke Kawah Ijen, akhirnya gue memperpanjang kunjungan di Banyuwangi selama 5 hari. 

Selesai kerjaan, sekitar pukul 14.00 wib, gue dari kota Banyuwangi beralih ke Kecamatan Licin dimana daerah tersebut menyediakan homestay atau guest house yang dikelola oleh masyarakat setempat. Menariknya, homestay atau guest house di Kecamatan Licin sebagian besar telah bekerja sama dengan pemerintah daerah dan dikelola oleh BUMDES.

Tidak jauh dari hotel gue menginap. Cukup dengan menyewa taxi ke Kecamatan Licin dan elo bisa memilih homestay atau guest house di sepanjang jalan utama ke Kawah Ijen. Kenapa harus ke homestay atau guest house? Yaps, karena elo bisa ke Kawah Ijen setelah pukul 00.00 WIB. Artinya, dari pukul 14.00 WIB ke 00.00 WIB gue butuh tempat istirahat.

Singkat cerita, meski ini pertama kalinya gue ke Kawah Ijen, gue tidak sendirian. Gue ditemani seorang tour guide yang kebetulan adalah teman kuliah gue. Seru ya. Hahaha. Oh iya, dia itu memang tour guide kawasan Ijen. Beruntungnya waktu gue kesana dia sedang tidak ada job. Dia biasanya membawa tamu dari berbagai manca negara seperti Malaysia, India, Thailand bahkan beberapa negara di Eropa. Seru kali ya kalau misalnya waktu itu dia juga ada tamu. Jadi gue bisa ikutan nimbrung dengan mereka.

Waktu itu teman gue baru datang pukul 20.00 wib, dan kami menunggu 3 jam sampai akhirnya melanjutkan perjalanan ke Kawah Ijen. Singkat cerita, pukul 00.30 wib gue dan teman gue siap-siap untuk ke Kawah Ijen. 

Sepuluh menit sebelumnya, teman bule yang juga berada di homestay atau guest house yang sama dengan gue berangkat duluan dengan mobil jeep. Gue yang setengah sadar excited untuk ke Kawah Ijen. Perjalanan dari homestay yang gue tempati ke Kawah Ijen sekitar 30 menit.

Oh iya, sebelumnya gue akan cerita kondisi homestay yang gue tempati. Pertama, homestay di Kecamatan Licin ini (lupa nama desanya) bekerja sama dengan BUMDES setempat. Cuaca daerah Licin begitu dingin, gue yang biasa hidup di Jakarta, begitu sampai homestay langsung flu. Waktu disana ada beberapa kamar. Semuanya full yang sebagian dari mereka adalah bule. Entah dari negara mana. Gue hanya senyum ketika berpapasan dengan mereka. 

Di luar kamar terdapat gazebo dan ayunan tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu sambil menunggu tengah malam. Rata-rata homestay atau guest house di daerah Licin terdapat satu tempat tidur dan kamar mandi dalam. Namun jangan berharap kamar mandi mereka ada air hangat, jadi buat kalian yang biasa dengan cuaca panas akan kaget dan malas mandi ketika sampai di disini.  

Kembali ke perjalanan dari homestay ke Kawah Ijen. Selama 30 menit perjalanan, gue dan teman gue asik ngobrol tentang Kawah Ijen. Masuklah kami ke gerbang Kawah Ijen. Sepertinya masuk kesini harus bayar tiket, tapi gue lupa bayar berapa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun