Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki dan seorang guru Fisika yang menyukai sastra. hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Merangkai Untaian Mimpi #2

10 Juni 2011   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:39 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Enam bulan pertama telah berlalu. Pergaulan Ruminah semakin luas. Temannya pun semakin banyak. Ia masih tetap sibuk dengan pekerjaannya membantu Mbak Indah, mengasuh Vio.

Sore itu, Vio yang kelelahan karena terus bermain sepanjang hari terlelap dalam tidur.  Tak ada lagi pekerjaan yang harus dilakukan Ruminah. Gadis itu akhirnya memutuskan  membaca novel karya Sidney Sheldon berjudul Butir-Butir Pasir di Laut. Novel bagus milik Mbak Indah ini menceritakan tentang seorang gadis muda bernama Lara Cameron. Gadis yang memiliki mimpi yang sangat tinggi. Dengan susah payah, dengan tekad bulat dan kerja keras, serta dengan keyakinan yang dimilikinya, ia berhasil meraih mimpinya. Lara berhasil mendirikan Lara Cameron Enterprise yang menguasai Chicago dan kemudian menggurita di Ney York City. Wanita sukses yang tiada bandingannya.  Wanita kelas dunia yang pernah mengais rejeki di emperan toko. Wanita yang kemudian mencampuradukan mimpi dan keringatnya menjadi adonan manis kesuksesaannya. Sukses menapaki satu demi satu tangga keberhasilan. Namanya ditorehkan dengan tinta emas, sebagai wanita bisnis bertangan besi yang mampu menerjemahkan mimpinya menjadi nyata. Gedung-gedung sky scraper di New York adalah bukti cemerlangnya seorang Lara.

Tanpa sadar Ruminah membanding-bandingkan dirinya dengan Lara. Karakter Lara mengingatkan Ruminah pada mimpinya. Mimpi yang masih kuat terpatri di lubuk hati. Ia terinspirasi dengan semangat baja Lara yang berjuang dari titik nadir kehidupan. Menyemaikan mimpi sebagai suatu tujuan yang sukses diraih di kemudian hari. Sudut hati Ruminah hanya bisa berkata, ia yakin suatu ketika nanti bisa mewujudkan mimpinya meski entah darimana ia harus melangkah. Ruminah yakin mimpinya akan terwujud dari sini. Hanya soal waktu, ya waktu!

"Rum, kok sedari tadi saya lihat kamu melamun aja. Ada apa Rum? Apa yang kamu pikirkan? Rindu kampung halaman yah?" Mbak Indah tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu, menghujani Ruminah dengan rentetan pertanyaan.

"Eh, Oh ...nggak kok bu.Ibu tumben sudah pulang?" Ruminah sedikit terkejut dan salah tingkah karena malu.

Mbak Indah tersenyum tipis, "Iya. Ibu tadi dari New York University, Rum."

"Lho, bukannya Ibu kuliah di Princenton University? Atau ada acara di sana, Bu?."

Mbak Indah tertawa kecil, "Ibu kesana buat ambil hasil permohonan scholarship, atau yang kau kenal dengan sebutan bea siswa."

Kening Ruminah mengerenyit. "Oh, jadi Ibu mau ngambil kuliah lagi di University of New York toh? " Ruminah ingat, Santi putri Bu Lurah juga mengambil kuliah di dua tempat sekaligus, UGM dan UII. "Wah, Rum ikut senang, Bu. Tapi apa nggak repot ambil dua kuliah seperti itu?"

"Lho, siapa yang mau ambil dua kuliah? Beasiswa itu untuk kamu Rum! Saya sengaja minta ijazahmu tempo hari karena nilai-nilaimu bagus. Alangkah baiknya kalau kamu meneruskan kuliahmu kan? Masak sih mau jadi baby sitter terus menerus. Kau kan bisa membagi waktumu dengan mengambil kelas sore. Kita gantian jaga si Vio!" papar Mbak Linda, membuat Ruminah terkejut mendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun