Menurut Perry, ke depannya, kinerja neraca pembayaran pada tahun 2023 diperkirakan akan tetap terjaga, dengan transaksi berjalan berkisar antara surplus 0,4% hingga defisit 0,4% dari PDB. Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diharapkan tetap stabil, didukung oleh aliran modal masuk dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).
Secara year-to-date, nilai tukar Rupiah juga menunjukkan kekuatan dengan menguat sebesar 1,22% dari level akhir Desember 2022. Hal ini lebih baik daripada nilai tukar mata uang negara berkembang lainnya, seperti Rupee India, Peso Filipina, dan Baht Thailand, yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 0,42%, 1,92%, dan 4,03%.
Lalu, bagaimana perkiraan pertumbuhan perekonomian Indonesia di tahun 2024. Menurut Kementerian Keuangan, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global maupun domestic, ekonomi negara kita akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,2%. Walaupun momentum pemulihan ekonomi semakin jelas, tapi pemerintah masih harus mewaspadai adanya risiko perlambatan ekonomi global karena kondisi dunia yang dinamis.
Abra Talattov, Ekonom INDEF menganggap bahwa proyeksi yang dipatok sebesar 5,2% itu terbilang konservatif mengingat pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2023 diprediksi sebesar 5,3%. Abra menyebut masih ada peluang untuk bisa mencapai target pertumbuhan yang diharapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H