Pandemi beberapa tahun yang lalu sempat membuat perekonomian negara kita terganggu. Berbagai sektor termasuk pariwisata, manufaktur dan perdagangan merasakan dampak yang luar biasa. Penutupan sementara dan pembatasan aktivitas bisnis telah memukul banyak industri.
Berbagai langkah yang dilakukan pemerintah dan kondisi pandemi yang semakin membaik, membuat perekonomian perlahan bangkit kembali. Meski masih banyak tantangan lain yang muncul, namun Indonesia diprediksi akan pulih dan bangkit lebih kuat.
Performa Ekonomi Indonesia Saat Ini
Ketika kabar resesi mencuat, masyarakat banyak yang merasakan kepanikan. Kekhawatiran itu berhasil ditepis oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani. Dalam kuliah umum yang dilaksanakan di Gedung Metro TV Jakarta bulan Februari lalu, Sri Mulyani mengatakan kalau ekonomi Indonesia baik-baik saja.
"Kalau ada yang mengatakan perekonomian Indonesia tidak baik-baik saja, saya perlu koreksi. Yang sedang tidak baik-baik saja itu di sana (Eropa dan Amerika," ungkap Menkeu saat itu.
 Hal ini ditegaskan kembali oleh Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia dalam konferensi pers Bank Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 21 September lalu. Menurutnya, kondisi ekonomi Indonesia saat ini adalah salah satu yang terbaik di dunia. Ia juga memastikan bahwa Bank Indonesia akan bekerja sama dengan pemerintah dan para stakeholders untuk menjaga kinerja tersebut lewat penguatan bauran kebijakan.
Perry Warjiyo juga menambahkan bahwa Bank Indonesia akan terus melakukan berbagai inovasi untuk memperkuat kebijakannya. Tujuannya tentu saja untuk mengembangkan pasar, industri keuangan dan sistem pembayaran Indonesia.
Ia juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara kita secara keseluruhan pada tahun ini akan berada di rentang 4,5 sampai 5,3%. Ini masih terbilang stabil jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan tahun 2022 lalu sebesar 5,3%. Angka inflasi juga masih terjaga pada kisaran 3% plus minus 1% di sisa tahun 2023 dan pada level 2,5% plus minus 1% di tahun 2024.
Kinerja tersebut jauh melampaui proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini, yang diperkirakan hanya mencapai sekitar 2,7% akibat tekanan inflasi dan suku bunga tinggi di bank sentral negara-negara maju.
Hingga Agustus 2023, neraca perdagangan juga mencatat surplus sebesar US$ 4,4 miliar, yang mendukung stabilitas transaksi berjalan pada kuartal III 2023. Namun, aliran modal asing ke pasar keuangan domestik, khususnya investasi portofolio hingga 19 September 2023, mengalami net outflow sebesar US$ 1,7 miliar AS karena meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Perry berkeyakinan bahwa setelah Fed Fund Rate (suku bunga yang jadi acuan bank sentral Amerika Serikat) mulai menunjukkan kepastian, investor akan mulai masuk.
Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pada akhir Agustus 2023, posisi cadangan devisa Indonesia mencapai angka tinggi sebesar US$ 137,1 miliar, setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Angka ini juga melampaui standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Menurut Perry, ke depannya, kinerja neraca pembayaran pada tahun 2023 diperkirakan akan tetap terjaga, dengan transaksi berjalan berkisar antara surplus 0,4% hingga defisit 0,4% dari PDB. Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diharapkan tetap stabil, didukung oleh aliran modal masuk dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).
Secara year-to-date, nilai tukar Rupiah juga menunjukkan kekuatan dengan menguat sebesar 1,22% dari level akhir Desember 2022. Hal ini lebih baik daripada nilai tukar mata uang negara berkembang lainnya, seperti Rupee India, Peso Filipina, dan Baht Thailand, yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 0,42%, 1,92%, dan 4,03%.
Lalu, bagaimana perkiraan pertumbuhan perekonomian Indonesia di tahun 2024. Menurut Kementerian Keuangan, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global maupun domestic, ekonomi negara kita akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,2%. Walaupun momentum pemulihan ekonomi semakin jelas, tapi pemerintah masih harus mewaspadai adanya risiko perlambatan ekonomi global karena kondisi dunia yang dinamis.
Abra Talattov, Ekonom INDEF menganggap bahwa proyeksi yang dipatok sebesar 5,2% itu terbilang konservatif mengingat pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2023 diprediksi sebesar 5,3%. Abra menyebut masih ada peluang untuk bisa mencapai target pertumbuhan yang diharapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H