Mohon tunggu...
Hesti CS
Hesti CS Mohon Tunggu... Lainnya - Bank Indonesia

Analis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Upaya BI Jaga Nilai Tukar Rupiah

7 Desember 2023   20:00 Diperbarui: 7 Desember 2023   20:15 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pada Oktober 2023, melemahnya nilai tukar rupiah mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan BI7DRR menjadi 6% dan tetap pada angka tersebut hingga November 2023. 

Selain itu, BI juga telah menerapkan serangkaian kebijakan untuk menjaga stabilitas rupiah. Dirangkum dari Indonesia.go.id, berikut beberapa poin penting yang perlu kamu ketahui.

Melemahnya Mata Uang Asia

Meskipun rupiah menghadapi tekanan, tetapi kondisinya relatif lebih baik daripada sejumlah mata uang Asia lain yang mengalami penyusutan nilai terhadap dolar AS secara year to date (ytd).

Setidaknya, delapan mata uang Asia terpantau mengalami pelemahan, dengan yen Jepang mengalami dampak paling signifikan, yaitu 12,75% ytd. Sementara Bank of Japan (BoJ) tetap mempertahankan suku bunga ultra-rendah, hal ini memperparah terpuruknya nilai yen Jepang.

Dampak terbesar kedua terjadi pada ringgit Malaysia yang turun nilai 7,66% ytd, membuatnya tersungkur ke level terendah sejak krisis keuangan Asia tahun 1997-1998. Selain itu, Won Korea Selatan juga mengalami pelemahan sebesar 5,93% ytd, diikuti oleh baht Thailand (4,64% ytd) dan peso Filipina (1,73% ytd).

Situasi Perekonomian di AS dan Tiongkok

Salah satu penyebab kenaikan suku bunga BI adalah meningkatnya ketegangan geopolitik, yang membuat harga minyak tetap tinggi. Hal ini membuat penurunan inflasi sulit dicapai, sehingga diperlukan peningkatan suku bunga.

Selain itu, kondisi ekonomi dalam negeri Amerika Serikat dan Tiongkok juga berpengaruh. Dalam hal ini, analisis ekonomi AS menunjukkan penguatan, dengan ISM Services AS melonjak ke 54,5 pada Agustus, melebihi ekspektasi pasar.

Tak hanya itu, angka pengangguran AS pada pekan yang berakhir 2 September juga turun menjadi 216.000, di bawah prediksi pasar. Data ini menunjukkan ekonomi AS yang menguat, sehingga akan sulit untuk menekan tingkat inflasi ke depannya.

Sedangkan pada perekonomian Tiongkok, kegiatan manufaktur menjadi lebih ekspansif sejak Agustus 2023, seperti yang ditunjukkan Caixin PMI Manufacturing PMI. Meskipun begitu, data ekspor dan impor dari Negeri Tirai Bambu tersebut masih menunjukkan adanya kontraksi.

BI Terbitkan Instrumen Investasi Baru

BI terus berupaya menguatkan nilai tukar rupiah melalui serangkaian kebijakan, termasuk penerbitan SRBI pada 15 September 2023. Instrumen baru ini tersedia bagi bank umum peserta OPT konvensional di pasar perdana. Di pasar sekunder, SRBI dapat dipindahtangankan ke pihak nonbank, baik WNI maupun WNA.

Pada bulan November, BI juga merilis instrumen baru lainnya, yakni Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), dengan tujuan menarik modal asing yang promarket. Kedua instrumen tersebut bisa diperjualbelikan di pasar sekunder dan bersifat inklusif terhadap nonresiden.

Selain itu, Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah, lembaga perbankan, dan dunia usaha dalam menerapkan instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).

Dalam menghadapi ketidakpastian global yang masih tinggi, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan penstabilan nilai tukar rupiah agar sesuai dengan nilai fundamentalnya. Hal tersebut juga sebagai antisipasi terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga yang mungkin dilakukan The Fed jelang akhir tahun.

Kronologi Kebijakan BI terhadap Kurs Rupiah 2023

Selama 2023, Bank Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan terhadap kurs rupiah. Berikut kronologi kebijakan BI terhadap nilai tukar rupiah sejak bulan Januari hingga November 2023.

Januari

Untuk menjaga kestabilan rupiah di tengah ekonomi global yang bergejolak, Bank Indonesia menaikkan BI7DRR menjadi 5,75 persen.

Februari

Bank Indonesia percaya BI7DRR sebesar 5,75% sudah cukup untuk menjaga inflasi inti agar tetap pada kisaran 3,01% selama paruh pertama 2023, dan inflasi IHK kembali ke target 3,01% pada paruh kedua 2023.

Maret

Suku bunga acuan tetap dipertahankan pada level 5,75%. Selain itu, BI juga merilis laporan kebijakan moneter triwulan I-2023 yang menyatakan Bank Indonesia akan terus menguatkan kebijakan penstabilan nilai tukar rupiah untuk mengontrol inflasi barang impor dan meminimalkan risiko atas ketidakpastian global.

April

Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75% dan mencatat nilai tukar rupiah yang menguat sejak awal 2023.

Oktober

Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi sebesar 6,00%. Bank Indonesia merilis perkembangan indikator stabilitas rupiah yang memperlihatkan bahwa rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.810 per dolar AS pada akhir hari Kamis, 19 Oktober 2023.

November

Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan menjadi sebesar 6,00% diiringi dengan menguatnya nilai tukar rupiah pada akhir bulan.

Demikianlah informasi mengenai langkah Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun