Saat ini, Revolusi Industri 4.0 memaksa tren global menuju ekonomi digital yang terotomasi. Revolusi industri 4.0 sedang memasuki fase otomatisasi di mana komputer dan mesin diselaraskan dengan kecerdasan buatan (Artificial Inteligent) sehingga mereka dapat memahami dan mengendalikan masalah dengan keterlibatan meminimalkan peran manusia.
Teknologi digital semakin luas, mudah, dan efektif. Kegiatan yang sebelumnya terpisah telah terintegrasi untuk memberikan kenyamanan dan efisiensi biaya.
Oleh karena itu, diperlukan fleksibilitas dalam menyeimbangkan antara inovasi digital dan regulasi. Hal ini karena banyak perusahaan yang aktif di sektor digital dan terbiasa membangun platform yang dapat beradaptasi dengan teknologi baru yang tersedia.
Kondisi Pandemi Covid-19 memiliki dampak besar terhadap ekonomi dunia. Semua negara di dunia menghadapi sejumlah tantangan, termasuk guncangan ekonomi dunia.
Pada ASEAN Business and Investment Summit 2020, Indonesia menegaskan bahwa masih ada peluang besar di tengah kesulitan saat ini. Dalam konteks pemulihan ekonomi pasca Covid-19, hal ini membawa peluang untuk mempercepat pengembangan digitalisasi.
Masyarakat dunia didorong untuk mengurangi belanja di toko (offline) dan memilih online dengan mengoptimalkan pemasaran produk mereka melalui digital.
Diprediksi pada tahun 2025, ekonomi digital ASEAN akan berada dalam kisaran US$ 200 miliar, sedangkan untuk periode yang sama di Indonesia, diperkirakan akan mencapai US$ 133 miliar (Kemenkominfo, 2020).
Negara-negara ASEAN saat ini sedang gencar menciptakan fase startup digital, terutama di bidang ekonomi. Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (2020) menunjukkan bahwa wilayah Asia Tenggara telah menjadi pusat global untuk pengembangan layanan keuangan digital (fintech) dan platform e-commerce. Kondisi ini memiliki dampak positif pada pertumbuhan UMKM di wilayah tersebut.
Tentunya tantangan dalam transformasi digital harus dihadapi oleh negara-negara ASEAN. Beberapa perusahaan dalam kategori unicorn lahir dan berkembang di kawasan Asia Tenggara dan valuasinya terus meningkat dari tahun ke tahun, seperti Gojek, Shopee, Tokopedia, dan Grab yang sudah menguasai hampir seluruh pangsa pasar di Asia Tenggara dengan valuasi yang terus meningkat hingga melebihi US$1 miliar.
Tahap startup digital ini tentunya berdampak pada laju ekonomi negara-negara di Asia Tenggara. Kebiasaan transaksi sekarang mulai bergeser dari transaksi tunai ke transaksi non-tunai. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari arus besar pengembangan informasi karena pengembangan internet.
Laporan Google Inc dan Temasek Holdings Pte, November 2018 memperkirakan bahwa ekonomi digital di Asia Tenggara akan mencapai 200 miliar dolar pada tahun 2025.
Namun, laporan ini berubah pada tahun 2018 dengan melihat percepatan drastis pasar Asia Tenggara sehingga perkiraan perubahan akan meningkat hingga mencapai 240 miliar dolar pada tahun 2025. Volume Bruto Perdagangan (Gross Merchandise Volume/GMV) dari ekonomi digital telah memberikan kontribusi sebesar 2,9% dari PDB di wilayah Indonesia.
Di wilayah Asia Tenggara sendiri, Indonesia merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar dan paling cepat berkembang yang mencapai US$27 miliar pada tahun 2018 dan siap untuk tumbuh hingga US$100 miliar pada tahun 2025.
Tentu saja, diperlukan akselerasi dari berbagai pemangku kepentingan di setiap negara ASEAN agar mereka dapat berkoordinasi dengan baik sehingga akselerasi yang diinginkan dapat tercapai.
Oleh karena itu, dalam membangun ekosistem ekonomi digital yang mumpuni, kerja sama yang ideal antara pemerintah, komunitas bisnis digital, dan organisasi multilateral sangat diperlukan untuk memastikan manfaat dari ekonomi digital dapat dirasakan secara optimal.
Berdasarkan laporan Bank Dunia, potensi ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara tidak dapat sepenuhnya direalisasikan karena kendala kebijakan di tingkat nasional di setiap negara.
Selain itu, kesenjangan infrastruktur digital masih terus ada, struktur institusional dalam keuangan digital, perlindungan dan keamanan data, serta ketiadaan regulasi pendukung yang memadai.
Mengenai perlindungan dan keamanan data, pada forum Konferensi Menteri ASEAN tentang Keamanan Siber (Cyber Security), disepakati bahwa ada kebutuhan untuk kerja sama lintas-sektoral di antara negara-negara anggota ASEAN untuk meningkatkan kapasitas dalam keamanan siber.
Masalah kerahasiaan data juga merupakan hal yang penting dan perlu diatur secara hukum di setiap negara ASEAN. Oleh karena itu pengembangan ekonomi digital perlu selaras dengan pembangunan infrastruktur, kepastian hukum, dan pengembangan teknologi.
Teknologi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan ekonomi. Untuk meningkatkan perekonomian, teknologi membawa konsep digitalisasi.
Saat ini, mekanisme ekonomi global telah berubah. Transformasi ini harus segera direspon oleh negara-negara ASEAN untuk menjadi aktor pengembangan ekonomi digital agar tidak tertinggal oleh negara lain. ASEAN mulai meningkatkan kemampuan digital mereka. Brunei, Myanmar, dan Kamboja telah memiliki strategi untuk merespon perkembangan ini.
Pada tahun 2021, negara-negara anggota ASEAN berkomitmen untuk mengembangkan rencana kerja untuk meningkatkan kemampuan manajemen data untuk kegiatan bisnis, serta mendorong inovasi dalam aliran data dan informasi dalam ekonomi digital.
Didukung oleh perkembangan teknologi yang cepat dalam beberapa tahun terakhir, ASEAN dianggap memiliki lebih banyak peluang untuk menjadi bagian dari pengembangan dan pertumbuhan ekonomi regionalnya.
Selain itu, Laporan E-CONOMY SEA Spotlight pada tahun 2017 menunjukkan bahwa kontribusi ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara mencapai 2% dari total produk domestik bruto ASEAN.
Indonesia sebagai negara dengan  GDP dan Penduduk terbesar di ASEAN berperan penting dalam pengembangan ekonomi digital dan mengurangi limitasi perdagangan antar negara-negara ASEAN.
Melalui ASEAN Free Trade Area (AFTA) Indonesia berperan aktif dalam memastikan integrasi ekonomi dengan mengurangi barrier dan non-barrier tariff agar flow perdagangan barang dan jasa semakn smooth.
Dalam jangka panjang, kondisi ini akan meningkatkan tingkat kompetitif usaha baik UMKM maupun usaha besar untuk saling bersaing memberikan barang dan jasa yang terbaik. Ekonomi digital akan meningkatkan ekonomi negara-negara ASEAN agar maju bersama dan bersama-sama menjadi negara maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H