Keturunan-keturunan dari sepuluh raja-raja Atlantis ini lalu membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, di buat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota di jaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok di dirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan di lapisi oleh emas, kuningan, timah dan orichalc (seperti emas yang bersinar kemerahan).
..
Di tengah-tengah patung ukuran besar Poseidon berdiri di atas kereta – di tarik oleh enam kuda-kuda bersayap - di sekitarnya terdapat sekitar seratus nereids (sebangsa peri laut atau putri duyung) mengendarai lumba-lumba. Mereka mempunyai tradisi mengurbankan lembu atau kerbau dan mencampur darahnya dengan minuman sebagai upacara suci dan mereka menuruti hukum yang turun temurun tertera di tiang-tiang suci.
..
Atlantis mempunyai populasi penduduk yang banyak di lihat dari tentara yang terdiri dari 10,000 kereta perang, 1,200 kapal, dan 1,200,000 serdadu. Atlantis dengan segala kelebihan yang di milikinya, menjadikannya sebagai bandar dan pusat pelabuhan dunia. Namun setelah beberapa generasi kemudian keturunan-keturunan dari sepuluh raja-raja ini lambat laun berubah sifatnya. Mungkin karena selalu berkawin campur dengan manusia akhirnya sifat buruk dari manusia lebih menonjol dan meninggalkan sifat kemuliaannya. Zeus kurang berkenan dengan situasi ini. Di paragraf terakhir ini Plato menulis;
..
“Zeus, dewa segala dewa , yang berkuasa sesuai dengan aturan hukum, dan dapat melihat ke dalam hal-hal seperti itu, merasakan kalau suatu ras mulia berada dalam keadaan yang menyedihkan, dan ia ingin memberikan hukuman pada mereka, bahwa mereka mungkin lebih awas dan lebih siap, dia kumpulkan semua dewa ke tempat yang paling keramat, yang ditempatkan di --pusat dunia--, tempat mereka mengawasi semua mahluk yang tercipta. Dan ketika dia memanggil mereka bersama-sama, dia bersabda sebagai berikut:……….”
..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H