Mohon tunggu...
Hesdo Naraha
Hesdo Naraha Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

God Is Good All The Time 💝

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Awal yang Ketujuh

15 September 2021   11:00 Diperbarui: 15 September 2021   12:02 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang pernah berkata "ketika kamu ingin memulai sesuatu lakukanlah dengan perasaan bahagia, maka sepanjang prosesnya akan bisa dinikmati sampai akhir". Hari ini saya menjalani perkuliahan perdana di semester tujuh, walaupun tidak benar-benar pagi namun saya bersyukur karena antusias dan semangat belajar sangat menggebu-gebu di dalam dada. Saya selalu percaya apa yang kita pikirkan akan membuat kita menjadi lebih berani, dan penuh percaya diri dalam menjalani setiap aktivitas yang dilakukan. Prinsip seperti ini sebenarnya telah dijelaskan dalam konsep tentang persepsi.

Para ahli dalam bidang psikologis telah banyak berbicara tentang pengaruh persepsi terhadap perilaku manusia, banyak penelitian yang menjelaskan hubungan antara keduanya (persepsi dan perilaku). Di semester empat atau lima; saya lupa persisnya, pada suatu kali perkuliahan tepatnya di kelas Intervensi Dasar Individu, kami diajarkan tentang the cognitive triangel yang mengambarkan hubungan antara: pikiran emosi perilaku. Ketiga komponen ini merupakan dasar yang membentuk proses kognitif serta berimplikasi pada munculnya sebuah perilaku.

Semester Tujuh yang mengerikan

Banyak teman-teman mahasiswa yang bercerita bahwa mereka sangat kuatir memasuki semester tujuh, alasannya sederhana karena seringnya akan diperhadapkan dengan sejumlah pertanyaan seputar kelulusan.

Misalnya "berarti tahun depan udah lulus nih?", "ehh udah proposal skripsi dong, semester depan lulus kan yaa?" atau ada juga pernyataan semacam ini "pokoknya tahun depan udah lulus yaaaa, jangan-jangan lama inikan udah semester tujuh". Berbagai pertanyaan di atas sering dihindari oleh mahasiswa semester akhir, termasuk saya. Walaupun demikian hal ini menjadi sebuah challenge bagi saya, sebab pada realitasnya perjalanan studi tidak semulus anggapan banyak orang heheheh.... ini bukan rasionalisasi hanya sekadar pernyataan diri.

Dua bulan yang lalu saat mengakhiri semester enam, kegiatan akademik saya dilanjutkan dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Saya menjalani KKN secara hybrid, karena pogram kerja kami dilaksanakan secara langsung dilapangan bersama warga. Namun pogram-porgam yang bersifat edukasi dan memungkinkan dilakukan secara melalui video conference, melibatkan pembicara dari luar daerah sehingga mereka hadir melalui zoom meeting. Pasca semester enam dan berakhirnya KKN saya menjadi semakin cemas, setiap hari saya selalu terbayang tentang proses di depan nanti. Munculah pertanyaan-pertanyaan yang kembali menguji optimisme dan keyakinan "apakah saya sanggup mencapai target baru, setelah mengakui realita melesetnya perkiraan masa studi?".

Pertanyaan serupa datang dan terus menghantui saya, hingga akhirnya saya mendapatkan jawaban dan belajar dari banyak pengalaman yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. Saya banyak menonton video-video pada kanal Youtube Greatmind (https://www.youtube.com/c/GreatmindIndonesia), sebuah ruang edukasi kreatif dan menarik yang dikelolah oleh Marissa Anita dan tim. Ada banyak video yang sudah saya nonton, bahkan tak jarang saya selalu mengutipnya untuk tulisan-tulisan di status Whatsapp, facebook, dan beberapa tulisan di Kompasiana juga. Menurut saya setiap kontennya mengajak kita untuk hidup dalam realita, tidak masalah jika realitas itu menyakitkan karena seharusnya kita terbuka untuk menerimanya. Termasuk kenyataan bahwa saya akan lulus lebih dari semester delapan, sekarang saya lebih terbuka untuk menerima keadaan ini, dan membuat saya lebih bersemangat.

Sumber pribadi: Anggrek Hutan (sebutan bagi bunga cantik ini) tumbuh dan mekar didepan rumah. 
Sumber pribadi: Anggrek Hutan (sebutan bagi bunga cantik ini) tumbuh dan mekar didepan rumah. 

Anggrek yang mekar memberikan pelajaran 

Setiap fase hidup itu penuh cerita....

Ada situasi di mana kita mekar, terlihat sangat indah, disukai banyak orang, dipuji dan selalu mendapat komentar postif. Tetapi ada juga situasi di mana kita tidak dianggap, dilirik saja tidak; apalagi di puji, mungkin karena saat itu mekarmu tak lagi indah, menjadi layu dan kering.

Tetapi menyoal kehidupan, sebenarnya setiap fase itu akan berganti. Mereka akan memainkan peran pada waktunya, sehingga kita hanya perlu belajar untuk tetap bertahan hidup. Tak masalah jika kering atau layu, toh akan ada masanya kembali mekar, indah, dan menawan.

(Source: IG @hesdonaraha |https://www.instagram.com/reel/CTv_KNWrOWi/)

Siang ini saya menjumpai anggrek hutan di depan halama rumah sudah kembali mekar, rasanya senang sekali sehingga saya membuat reels di Instagram dengan caption di atas yang menyatakan kekaguman hati saya.

Saya selalu percaya bahwa alam ini adalah guru yang setia, setiap hari akan ada pelajaran dan hal-hal baru yang memberikan makna dalam hidup kita. Hari ini saya belajar untuk menemukan makna dibalik banyaknya peristiwa hidup, ada pelajaran tentang sabar menghadapi ponakan yang usil, belajar untuk fokus pada pekerjaan walaupun kondisi rumah sangat riuh dan ribut hingga ada juga pelajaran untuk kembali menemukan alasan mengapa harus berbuat kebaikan?

Menutup cerita singkat ini, saya ingin berbagi tentang sebuah keyakinan

Pikiran positif akan mempengaruhi emosi dan perilaku kita, sehingga mengarah pada hal-hal yang positif juga; saya selalu yakin dengan hal ini. Dalam sebuah artikel oleh Viony Putri Nursalim di website Satu Persen (https://satupersen.net/) diceritakan tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh  Alison Ledgerwood. Dalam penelitiannya Ledgerwood menemukan bahwa otak manusia cenderung lebih cepat, mempersepsikan hal-hal yang bertedensi negatif; sebab hal ini merupakan keadaan nature manusia dalam menyalakan alarm kewaspadaan terhadap suatu kondisi.

Teman-teman mahasiswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi semester tujuh, biasanya lebih banyak memikirkan kegagalan yang pernah dialami daripada memikirkan bahwa telah banyak keberhasilan yang mereka capai. Bahkan untuk dapat mencapai semester ini bukankah telah banyak keberhasilan yang kita capai? Saya selalu berusaha untuk menyeimbangkan kedua pikiran ini, ketika rasa gagal muncul, maka saya akan mengupayakan agar melihat kembali bahwa telah banyak hal-hal baik yang dicapai.

Ketika pikiran ini muncul, maka akan membawa diri kita kepada suatu kondisi yang disebut sebagai "percaya diri". Rasa percaya diri seseorang akan meningkat jika orang tersebut selalu mengevaluasi hal-hal positif dalam dirinya, namun tidak berarti dia melupakan kesalahan-kesalahan atau kegagalan kecil yang pernah terjadi. Sebab kondisi yang terlalu positif juga tidak baik, bahkan tidak bisa disebut sebagai kondisi yang well being.  

Kita memang harus well being dalam menghadapi semester tujuh agar tidak menjadi cemas. Sebab belajar harus dinikmati bukan di takuti, karena setiap detik dalam hidup ini harus dirayakan dengan penuh kegembiraan di dalam jiwa.

Selamat Merayakan Hidup

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun