Para pakar Psikologis menyatakan bahwa jawaban yang bersifat emosional seringkali bukanlah realitas yang utuh dari hasil olah pikir atau proses kognitif seseorang, sebab sebuah jawaban yang diberikan dalam keadaan emosi yang tidak stabil; misalnya sedang menangis, akan berdampak pada keputusan batiniah yang mengedepankan keadaan hati yang sedang sedih; sehingga kemungkinan adanya ketidak-konsistenan jawaban adalah 85% karena disaat sedang bahagia tentu jawabanya akan berbeda.
From Heart To Heart adalah subjektif paling emosional, karena komponen didalamnya akan melibatkan hati dalam keadaan apapun. Berani menerima penolakan sangatlah maskulin bagi seorang pria, lalu berani menerima sebuah pernyataan cinta sangatlah manusiawi bagi seorang perempuan yang sedang kesepian (Walaupun tidak semua perempuan kesepian selalu mengiinkan cinta dalam relasi romantis).
Masih seputar Film Simfoni Luar Biasa. Seorang pendongeng Rona Mentari pernah berkata "jika ingin beraktivitas dengan anak-anak sebaiknya jangan mudah baperan.
Anak-anak sangat mudah untuk menolak juga menerima, pun sebaliknya sulit untuk menerima." Artinya kehadiran seorang asing atau orang baru dalam kehidupan mereka pelru adanya waktu untuk beradaptasi lebih lama, hingga merasa lebih aman, nyaman dan akhirnya mereka bersedia untuk high five saja, rasanya sudah cukup mendapatkan jawaban bahwa mereka menerima keberadaan orang asing tersebut.
Jayden yang awalnya adalah seorang musisi di Kota Manila, Filipina datang ke Indonesia untuk tinggal bersama Ibu kandungnya yang sudah menikah lagi. Berbeda dengan kisah bawang putih dan bawang merah, Jayden justru sangat disayang oleh Ayah Tirinya dan juga Karisa adik Tirinya. Perjalanan hidup Jayden di Indonesia dengan berbagai pengalamannya banyak dimulai ketika dia menerima keberadaan orang lain didalam hubungannya dengan Ibunya.
Suatu hari Jayden diajak oleh Ibunya untuk mengunjungi SLB yang dikelolah oleh Yayasan milik Ibunya. Singkat cerita kedatangan Jayden bersama ketua Yayasan, yaitu Ibunya sendiri mendapat sambutan hangat dari Kepala Sekolah dengan semua Guru. Mulai dari depan pintu masuk hingga 5 kelas dilewati rasanya hanya pemandangan indah saja yang didapati, namun ketika tiba pada kelas musik terlihat kedaan kelas yang begitu kacau.
Guru yang menghandel kelas musik hanyalah satu orang, sementara siswa dikelas cukup banyak, anak-anak sulit kontrol dan diatur, hingga akhirnya Jayden menjadi respect melihat keadaan kelas yang begitu ramai. Dia mendapati sebuah gitar dipojok kelas, petikan-petikan dawainya mampu menenangkan ruang kelas; anak-anak menjadi lebih tenang, terlihat mereka sangat menikmatinya.
Menyentuh dari hati ke hati memang memerlukan adanya respect; kepekaan dan kepedulian adalah aspek paling dasar dari empatis. Rupanya Jayden memilikinya; jika diawal saya mengatakan bahwa kehidupan Jayden adalah realita kehidupan pemuda masa kini: lantas apakah kesamaan pada respect ini, juga ada?
Kadang kala kita mengabaikan banyak hal yang ada disekitar kita, mungkin karena tidak kelihatan; atau kita tidak peka; atau justru kita yang sengajah --seakan-akan tak ada apa-apa- seperti halnya lirik lagu seorang Diva tanah air: Ruth Sahanaya "astaga apa yang sedang terjadi, oho astaga hendak kemana semua ini? Bila kaum mudah sudah tak mau lagi peduli, mudah putus asa dan kehilangan arah." Lagu ini menjadi salah satu best song-nya Uteh (sapaan khas bagi Ruth Sahanaya) yang rilis sekitar tahun 80-an dan masih disukai sampai sekarang.
Sekilas dari penggalan lirik diatas, saya menyadari bahwa touching by heart to heart mungkin makin menipis, kian menghilang dan sulit ditemukan. Sehingga hal penting dari yang membuat saya terinpirasi dari Film Simfoni Luar Biasa adalah kita kadang perlu jalan lebih jauh dalam mencari makna hidup yang sesungguhnya, bahkan kita perlu jatuh dulu, lalu pasrah menerimanya.
Tetapi ingatlah kesempatan untuk bangkit selalu ada --menanti kita mendapatkannya- hingga akhirnya kita sadar bahwa hanya dengan heart to heart kita mampu menemukan apa yang yang sudah disediakan semesta.