Oleh: Siti Inayah, Pendidikan Bahasa Indonesia, UNTIRTA
Penggunaan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah atau bahasa Inggris  yang berbeda sudah menjamur dikalangan masyarakat Indonesia. Demikian pula kata-kata asing seperti incumbent, upload, download, welcome, school,  style, dan lain sebagainya yang sering diucapkan oleh penutur bahasa Jaksel.  Mungkin saja sudah ada masyarakat yang memahami kata tersebut. Penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa inggris sudah menjamur di kalangan pemuda nusantara. Selain itu, penggunaan dua bahasa daerah atau bahasa Inggris sekaligus merupakan contoh penggunaan 'bahasa gado-gado'.
Pemakaian 'bahasa gado-gado' menjadi stigma bagi ragam bahasa dan penutur. Sebenarnya percampuran bahasa, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah pun bisa disebut sebagai 'bahasa gado-gado'. Namun, stigma penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris lebih disorot dan dikritik oleh masyarakat.
Pengaruh lebih besar ketika seorang influencer, selebriti Instagram, dan orang-orang yang disorot menggunakan percampuran dua bahasa setiap harinya. Mereka Penutur bahasa gado-gado tersebut tanpa disadari menjadi ajang percontohan masyarakat, hal tersebut berdampak pada pemuda nusantara yang menggunakan media sosial lalu terbawa arus dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Misalnya dalam sebuah postingan selebgram seperti Maudy Ayunda, Cinta Laura, Prilly Latuconsina, dan lain sebagainya, sering kali menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Misalnya dalam sebuah postingan Maudy Ayunda mengungkapkan:
"Berkunjung ke Sekolah Jingga untuk membacakan buku cerita Kina ke audience yang menggemaskan. Momen yang sederhana tapi penuh warna, dengan adik2 yang percaya diri dan penuh semangat. Di post ini aku mau angkat topi buat temen-temen dari inisiatif community development BEM Fisip UI, Tarida dan teman-teman yang meluangkan beberapa jam di setiap hari minggu untuk mengajar dan bermain dengan anak-anak di Sekolah Jingga, yang mungkin membutuhkan support lebih dengan keterbatasan yg ada".(7/11/2023)
Dalam unggahan postingan tulisan tersebut terdapat kosakata seperti audience, post, community development, dan support. Seperti yang Kita ketahui kosakata tersebut adalah contoh penggunaan bahasa asing yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari.
Berdasarkan hasil penelitian, mengungkapkan bahwa salah satu fungsi bahasa gado-gado terkait dengan perayaan kebebasan setelah runtuhnya pemerintahan Orde Baru. bahasa gado-gado membantu kepribadian seseorang lebih ekspresif dan lebih terbuka.
Alasan Munculnya 'Gado-Gado Bahasa'
Sebagai makhluk Sosial Kita sering berinteraksi secara formal dan nonformal. Terjadinya Alih kode dan campur kode merupakan bagian dari strategi komunikasi penutur untuk memastikan pesan tertentu bisa tersampaikan kepada sasaran yang diinginkan.
Proses terjadinya 'gado-gado bahasa' dalam pembahasan sosiolinguistik merupakan proses campur kode dan alih kode. Pembagian alih kode dapat dibedakan menjadi alih kode internal dan alih-kode eksternal. Alih kode internal terjadi karna Perbedaan dialeg dan perbedaan bahasa dalam bahasa. Contohnya penutur mengucapkan dengan bahasa Jawa kemudian melanjutkan dengan bahasa sunda. Terjadi pula dalam berbahasa Indonesia kemudian bahasa Inggris merupakan alih kode eksternal.
Campur kode dapat terjadi karena beberapa faktor, menurut Weisenberg (2003:5) terdapat lima alasan mengapa seseorang melakukan campur kode, yaitu untuk menandai kelompok tertentu, ketidakmampuan mencari padanan kata dalam suatu bahasa, hubungan suatu bahasa dengan topik yang dibicarakan, menunjukan otoritas, dan mengucilkan seseorang dari pembicaraan.
Memakai Bahasa Inggris, Apakah Rasa Nasionalisme jadi Pudar?
Â
Terdapat beberapa pandangan penulis paparkan  dalam penggunaan 'gado-gado bahasa'. Pertama, menggunakan bahasa Inggris tidak salah  dan justru semakin baik dalam mengikuti perkembangan. saat ini abad 21, berwawasan global merupakan perinsip yang ditanamkan oleh profil pelajar pancasila. Sehingga mampu menggunakan bahasa internasional untuk pengembangan diri.
Kedua, penutur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dapat dinilai kehilangan jati diri sebagai orang Indonesia, angkuh atau suka pamer. Sehingga diberi julukan "kebarat-baratan atau keinggris-inggrisan". Dalam wacana penggunaan bahasa Inggris seolah-olah kehilangan jati diri kita sebagai orang Indonesia.
Penggunaan bahasa negara justru menunjukkan cara berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) ketiga negara dalam hal bahasa. Pengutamaan bahasa negara merupakan cara menunjukkan kedaulatan negara mereka melalui bahasa. Hal itu juga menunjukkan ketika negara itu sebagai negara yang mandiri, percaya diri, dan berkarakter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H