Mohon tunggu...
Hery Yuanda
Hery Yuanda Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis | Aktivis | Desain Grafis | Event Organizer | Videographer | Penulis

Saya merupakan seseorang Jurnalis yang senang belajar banyak hal, sejalan dengan kehidupan jurnalis yang dimana kita harus mampu menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan dan pengalaman. Hobby saya menulis, travelling, aktivis organisasi, konsen di Pelajar Islam Indonesia (PII), isu keummatan, pelajar, mahasiswa, dan masih banyak lagi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

3 Kesalahan Orang Tua Sehingga Anak Jadi Korban Pelecehan Seksual

24 November 2023   12:52 Diperbarui: 24 November 2023   14:41 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah tiga kesalahan umum yang perlu dihindari oleh orang tua untuk mencegah anak menjadi korban pelecehan seksual :

1. Mengabaikan Pemantauan Aktivitas Online atau Gadget Si Anak

Dalam era digital, anak-anak sering terpapar risiko pelecehan seksual melalui internet. Bagaimana tidak? Saat ini anak yang masih berusia 10-12 tahun bisa bergaul bebas dengan orang yang usianya sudah dewasa 18 tahun keatas. Anak-anak dalam hal ini rentan mendapatkan kalimat, pemahaman, serta edukasi seksual yang menyimpang.

Maka dari itu orang tua perlu secara aktif memantau aktivitas online anak, memantau smartphone si anak, mengatur penggunaan media sosial, dan memberikan pemahaman tentang bahaya yang mungkin dihadapi anak di dunia maya.

Bahkan kalau perlu, terus check and re-check HP si anak selama 24 jam. Mengapa demikian? Kasus yang saya temukan, orang tua kadang lengah dalam beberapa waktu dan kondisi. Orang tua ini sudah melakukan pantauan namun terkadang si anak atau pelaku kejahatan pelecehan seksual di bawah umur dapat memanfaatkan waktu dimana orang tua lengah dan kurang pengawasan terhadap si anak. 

Orang tua jangan mundur dan termakan omongan "anak juga ada privasinya", " Anak juga punya privasi". No!! Salah besar!! Anak tidak memiliki privasi yang dimana orang tua tidak boleh mengetahui, apalagi anak tersebut masih di bawah umur. 

Sebagai contoh, si anak ini mengakses situs dewasa, dan ketika HP si anak akan di cek oleh orang tua, si anak melarangnya dikarenakan hal itu privasi. Dan orang tua mengiyakan permintaan si anak. Akhirnya apa? Anak akan terus terlena dan kecanduan dengan situs dewasa dan menyebabkan dirinya rentan mendapat perlakuan pelecehan seksual dikarenakan si anak juga sudah terbiasa melihat hal seperti itu dan menyukainya. 

2. Menyamakan Seksualitas dengan Tabu

Pendekatan yang membuat topik seksualitas menjadi tabu dapat membuat anak merasa malu atau takut untuk mengungkapkan pengalaman pelecehan. 

Banyak kasus yang dimana anak takut memberitahukan kepada orang tua atas pelecehan yang ia dapatkan. Mengapa demikian? Karena orang tua atau di dalam pendidikan keluarga yang diberikan, orang tua menganggap topik seksualitas hal yang memalukan, privasi, dan tabu. 

Maka dari itu orang tua perlu membuka ruang untuk diskusi seputar seksualitas secara sehat dan memberikan pemahaman bahwa anak dapat mencari perlindungan dan dukungan kapan pun diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun