Hingga pada titik ini, diulang tahun Kompasiana yang ke-15, tentunya sebagai kompasianer, ada 3 (tiga) manifestasi sebagai bagian yang mewarnai perjalanan kompasiana sampai dengan sekarang.
Pertama, Sebuah Validasi
 Menjadi blogger di kompasiana, adalah sebuah bentuk validasi atas diri sendiri untuk dikatakan sebagai penulis, blogger. Ini bukanlah sebagai sesuatu bentuk hal yang menyombongkan diri, tidak sama sekali. Karena dalam proses perjalanan sebagai blogger, Kompasiana menjadi ruang terbentuknya portofilo tulisan-tulisan yang sudah kita buat.
Dan ini menjadi bukti yang dapat kita tunjukkan bagi siapa saja bahwa kita memang mumpuni dalam dunia tulis menulis. Misalnya ketika kita menjadikan tulis menulis sebagai pekerjaan, tentu untuk mendapatkan tawaran pekerjaan dari klien baik itu menulis konten, copywriter, tentu kita butuh portofolio tulisan sebagai validasi untuk meyakinkan calon klien kita bahwa kita layak untuk dipercaya dalam mengerjakan project tulisan yang calon klien inginkan
Kedua, Pembeda
 Menjadi blogger apalagi sebagai Kompasianer tentu adalah kelebihan tersendiri yang menjadi pembeda diri kita dengan orang lain yang tidak memiliki hobby dalam tulis menulis. Bukan bersifat superior atau merasa lebih hebat, tetapi ini adalah anugerah dari Tuhan yang tidak dimiliki oleh setiap orang di dunia.
Ada cerita menarik dan membanggakan, ketika teman dikantor yang belakangan saya tahu kalau dia suka membaca artikel di kompasiana, ternyata aku adalah penulis di kompasiana setelah melihat postingan di status whatsapp. Teman saya itu seperti tidak percaya, ternyata selama ini ada teman di satu ruangan (yaitu saya sendiri) adalah seorang penulis di kompasiana. Dia sangat respect, kagum dan memuji seseorang yang punya bakat menulis.
Ketiga, Impian dalam diary
Sejujurnya, sedikit bercerita bahwa pernah sebelum bergabung dengan kompasiana, pernah menuliskan dalam buku atau diary tentang impian yang ingin dicapai 5 tahun kedepan. Salah satu impian yang kutuliskan dalam diary ku adalah menjadi kontributor di koran kompas.
Namun cerita menjadi berbeda, tetapi masih berada dijalan yang sama, tidak tercapai menjadi kontributor atau bisa mengirimkan artikel ke koran kompas, tapi msaih bisa menjadi kontributor penulis di kompasiana. Ibaratnya, aku meminta Coklat, tapi Tuhan memberikan strawberry.
Namun tidak menjadi masalah, karena kompasiana juga bagian dari kompas group. Dan ini menjadi hal yang disukuri, ternyata apa yang ku tuliskan dalam diaryku bisa ku wujudkan menjadi kontributor tulisan.