Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dilema Dua Dapur dalam Rumah Tangga

5 Oktober 2023   19:27 Diperbarui: 5 Oktober 2023   19:38 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kompas.com

Emang tidak enak rasanya kalau berumah tangga, tapi tinggalnya tidak dalam satu rumah. Karena dijauhkan oleh jarak terpaksa deh tinggalnya beda rumah atau istilah kerennya tinggal "Dua Dapur". Makin gak enak Apalagi sudah dikaruniai anak yang masih balita dan butuh kasih sayang ke dua orang tua makin membuat rasa tidak enak semakin menjadi. Menambah berat rasa rindu dari masing-masing pasangan suami istri untuk bisa selalu ada bersama ditengah-tengah keluarga kecil.

Masih enak kalau jarak yang memisahkan tidak begitu jauh, ya walaupun ditempuh sekitar 4 - 8 jam perjalanan darat. Jadi sekali seminggu masih bisa pulang untuk berjumpa dengan keluarga menuntaskan rasa rindu selama seminggu tidak bertemu. Menjadi problem yang kompleks kalau rasa rindu itu hanya bisa dituntaskan sekali dalam satu tahun karena jarak yang begitu jauh yang hanya bisa ditempuh dengan pesawat.

Banyak hal yang membuat kondisi berjauhan tempat tinggal ini bisa terjadi dalam satu rumah tangga, salah satu alasan yang paling umum adalah lokasi pekerjaan yang berbeda. Misalnya suaminya bekerja di kota A namun istri bekerja di kota B dan jaraknya cukup jauh karena berbeda kabupaten atau kota.

Hal itu pula yang dialami oleh salah seorang teman sebut saja namanya Viktor, yang bekerja di daerah Tarutung sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, tapi harus terpisah jarak dengan istri dan anak-anaknya dimana istri dan anak-anaknya tinggal di kota Medan karena sang istri dari teman saya ini bekerja sebagai seorang PNS di kota Medan. Mau tidak mau karena alasan pekerjaan harus terpaksa menjalani hari hari pisah dapur.

Setiap hari jumat setiap minggunya, Viktor teman saya ini selalu pulang ke Medan menggunakan transportasi darat dengan jarak tempuh dari Tarutung ke Medan sekitar 7-8 jam perjalanan. Tapi tidak selalu setiap minggu, kadang-kadang sekali dalam dua minggu, tergantung faktor kelelahan dan kesibukan pekerjaan. Namun yang pasti dalam sebulan, teman saya Viktor masih bisa menuntaskan rasa rindu untuk berada bersama istri dan anak-anaknya yang masih kecil.

Dampak Negatif Tinggal Dua Dapur

Tentu ini tidak enak dan tidak baik ketika kondisi ini berlangsung lama  bahkan hingga bertahun-tahun lamanya, karena akan banyak hal yang dikorbankan baik dari sisi materi, psikologi, rasa kasih sayang terhadap anak yang tidak sepenuhnya terpenuhi karena hanya bisa berjumpa setiap minggu atau sekali dalam 2 minggu.

Dampak negatif yang dirasakan ketika tinggal beda rumah atau dua dapur seperti yang dialami oleh teman saya itu diantaranya :

1. Dampak Ekonomi/Materi

Salah satu dampak negatif yang dirasakan ketika tinggal berbeda rumah adalah biaya hidup yang meningkat. Biaya hidup yang meningkat itu misalnya, biaya kontrak rumah masing-masing suami dan istri bersama anak-anak menjadi double karena harus menyewa rumah atau kontrakan menjadi 2 unit, biaya ongkos transportasi darat pulang pergi setiap minggu atau 2 kali seminggu, biaya dapur, listrik, air. Semua biaya itu mau tidak mau harus dikeluarkan setiap bulannya menambah beban ekonomi atau keuangan keluarga teman saya itu.

2. Dampak Psikologis

Dampak negatif lainnya adalah faktor psikologis, yaitu kasih sayang yang tidak terpenuhi setiap harinya kepada anak, faktor kelelahan fisik karena harus menempuh jarak 7-8 jam perjalanan menggunakan transportasi darat tentu akan mempertaruhkan keselematan selama di perjalanan. Begitu juga dengan si istri yang harus sendiri menjaga anak-anak tentu akan menambah beban tersendiri selama teman saya berada di Tarutung.

Masukan Bagi Pemerintah atau Perusahaan Pemberi Kerja

Kondisi dua dapur seperti yang dialami oleh teman saya di atas, hanya bisa diatasi kalau salah satu dari mereka mengajukan pindah tugas ikut istri atau ikut suami sehingga bisa tinggal bersama-sama karena lokasi pekerjaan sudah berada dalam lingkungan satu wilayah. Namun sebagai PNS, tentu tidak mudah untuk mengajukan pindah kabupaten atau kota karena harus mendapatkan lolos butuh dari pemerintah kabupaten atau kota yang dituju. Dan untuk mendapatkan lolos butuh sangat susah, tergantung lobi sana dan lobi sini.

Menyikapi kondisi yang dialami teman saya sebagai seorang PNS, sebaiknya pemerintah memberikan kemudahan untuk mutasi bagi setiap PNS untuk pindah dengan alasan bisa kumpul bersama keluarga. Begitu juga dengan perusahaan, agar memberikan kemudahan pindah bagi karyawannya untuk bekerja di unit yang tidak berjauhan dengan keluarga apalagi istri atau suami sama sama bekerja.

Ini akan berdampak baik dan positif terhadap keuangan dan psikologis dari masing-masing pasangan rumah tangga karena tidak harus mengeluarkan biaya tambahan atau double karena terpisah jarak, dan tidak perlu lagi lelah dalam perjalanan setiap minggu untuk pulang bertemu istri dan anak-anak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun