Pengelolaan keuangan penting untuk dilakukan, tidak hanya dalam sebuah organisasi perusahaan namun pengelolaan keuangan dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu keluarga juga sangat-sangat penting untuk benar-benar diperhatikan efektivitasnya.Â
Apalagi di situasi pandemi saat ini yang dapat membawa dampak terhadap keuangan atau penghasilan pekerja lepas, serabutan, maupun pedagang dan profesi yang tidak memiliki gaji bulanan.
Setiap keluarga pasti punya yang namanya kebutuhan rutin setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan yang akan diambil dari penghasilan yang diterima sebagai imbalan dari sebuah pekerjaan yang dilakukan, terlepas bekerja sebagai apa dan di mana.
Besaran biaya bulanan setiap keluarga atau setiap orang tentunya pasti berbeda-beda.Â
Banyak hal memang yang membuat besaran setiap keluarga itu berbeda-beda, bisa karena faktor standar gaya hidup yang berbeda, pilihan akan kebutuhan makanan yang berbeda pula, atau mungkin sedikit sikap cuek yang tidak terlalu peduli dengan uang yang dikeluarkan hanya untuk sakadar memenuhi kebutuhan baik itu makan, jajan, hangout dan hal lainnya.
Lingkup Kecil Biaya Kebutuhan Bulanan
Berbicara biaya kebutuhan bulanan, ada kebutuhan wajib yang kudu dan harus kita sediakan dan penuhi.Â
Misalnya kebutuhan dapur atau lauk pauk seperti beras, ikan, sayur, minyak goreng, cabai, bawang, tomat. Bisa juga kebutuhan sabun mandi, odol, detergen, sampo.
Belum lagi biaya listrik, air, tv kabel, internet tergantung dari besar kapasitasnya, minuman isi ulang, biaya tabung LPG untuk memasak.
Itu semua merupakan kebutuhan wajib yang tentunya memaksa kita harus mengeluarkan sejumlah uang dari tabungan penghasilan kita.Â
Jumlahnya kita sudah bisa prediksi berapa uang yang akan kita alokasikan untuk membeli semua kebutuhan itu.
Bagi keluarga yang sudah memiliki anak bayi, pasti dong menyediakan popok yang setiap bulannya akan menghabiskan 3 bal popok isi 38 dalam sebulan.Â
Tergantung juga dengan pemakaiannya bagaimana. Kalau pemakaian popok juga dilakukan bukan hanya pada saat bayi tidur, kemungkinan akan lebih dari 3 bal.Â
Termasuk susu formula yang setiap bulannya akan menghabiskan satu kaleng isi 800 gr sufor dengan harga yang bervariasi tergantung merk susunya, sabun mandi bayi, minyak telon.
Apabila kita kalkulasi biaya dari semua kebutuhan yang harus kita keluarkan, maka kita anggap saja jumlahnya setiap bulannya berkisar 4 juta -- 5 juta dengan asumsi bahwa itu merupakan jumlah pengeluaran bulanan bagi keluarga kecil dengan 1 orang anak.Â
Tidak menutup kemungkinan ada keluarga yang mengeluarkan biaya bulanan di atas jumlah tersebut. Semuanya tergantung faktor-faktor seperti yang diuraikan di atas.
Banyak atau tidaknya kebutuhan bulanan yang kita keluarkan setiap bulan dari tabungan kita, tentu ada cara yang bisa kita lakukan untuk bisa menekan budget pengeluaran sekalipun itu jumlahnya tidak terlalu besar.
Kendati pun demikian, setidaknya jumlah yang tidak besar bisa kita lakukan untuk dilakukan penghematan dari pengeluaran rutin bulanan, tentunya bisa kita konversikan untuk kebutuhan yang lain atau mensubsidi post kebutuhan yang lain.
Saatnya Mengevaluasi Pengelolaan Keuangan Yang Tidak Efisien
Pandemi saat ini telah memaksa setiap orang khususnya mereka yang kesulitan secara keuangan untuk memenuhi kebutuhan rutin harian dan bulanannya, dipaksa untuk melakukan pengetatan ikat pinggang dalam hal pengeluaran.Â
Sebisa mungkin menghabiskan uang itu hanya untuk keperluan yang penting-penting saja. Karena ketika tidak tepat membelanjakan uang, bisa-bisa tabungan semakin menipis dan pada akhirnya mengancam kebutuhan makan sehari-hari.
Alhasil, mau tidak mau, saatnya untuk mengubah pola pengelolaan keuangan yang tidak efisien atau boros menjadi efisien atau istilah dalam anggaran pemerintahan, yaitu melakukan refocusing anggaran.
Ada beberapa life hack atau tips dan cara dalam menghemat pengeluaran bulanan sebagai langkah awal pengelolaan keuangan rumah tangga yang efektif.
Mengevaluasi Urgensi Setiap Pos Belanja atau Kebutuhan
Saatnya kita perlu mengevaluasi setiap pos belanja kebutuhan bulanan kita. Evaluasi di sini artinya adalah mana sih kebutuhan kita yang bisa kita cut atau dialihkan ke yang lain.Â
Misalnya konsumsi air mineral isi ulang yang mungkin menghabiskan 4 galon lebih dalam sebulan untuk dikonsumsi, dengan harga per galon isi ulang adalah 27 ribu, berarti dalam sebulan sudah menghabiskan 108 ribu untuk kebutuhan air mineral.
Apabila konsumsi air mineral kita alihkan dengan memasak air leding, maka kita sudah bisa menghemat 100 ribu dari air mineral dengan mengkonsumsi air leding yang dimasak.Â
Selain menghemat 100 ribu, mengkonsumsi air yang dimasak mungkin lebih sehat dan lebih steril dari bakteri.
Ketika mengkonsumsi air yang dimasak, tentu penggunaan dispenser sudah tidak lagi diperlukan. Tentu ini akan memberikan penghematan dalam hal pemakaian listrik untuk kebutuhan menyalakan dispenser.Â
Pengalaman penulis sejak tidak lagi menggunakan dispenser, yang biasanya isi token listrik 100 yang hanya bisa 2 minggu, kini sudah bisa sampai dengan 4 minggu. Artinya di sini sudah menghemat sejumlah 100 ribu dalam sebulan untuk kebutuhan listrik.
Ternyata selama ini, penulis menemukan adanya sikap abai akan hal-hal yang kecil yang justru memiliki nilai tambah apabila kita aware terhadap hal itu.Â
Seperti pemakaian dispenser yang dianggap tidak penting, ternyata setelah disadari dan diterapkan, bisa memberikan penghematan belanja.
Melakukan Penghematan untuk Kebutuhan yang Tidak Penting atau Refocusing
Kadang-kadang gaya hidup kita membuat kita pada akhirnya harus mengeluarkan uang yang banyak setiap bulannya.Â
Misalnya saja, gaya hidup suka beli cemilan atau makanan ringan, kudapan untuk disantap di rumah atau di luar ketika hangout bersama teman.
Memang biaya setiap kali beli cemilan, kudapan atau makannya di luar tidak terlalu besar, sekitar 20 ribu sampai 50 ribu.Â
Namun kalau dilakukan setiap hari atau setidaknya 3 sampai 4 kali dalam seminggu, apabila diakumulasikan dalam sebulan sudah mencapai sekitar 500 ribu sampai dengan 1 juta.
Kalau disadari jumlah segitu tuh sudah banyak, apalagi bagi mereka yang kekurangan.Â
Kalau lah kita pikir-pikir, uang 1 juta sudah bisa dikonversi untuk beli kebutuhan dapur. Lebih bermanfaat dan tentunya lebih sehat untuk dikonsumsi apabila diolah di dapur untuk dikonsumsi.
Belum lagi kebutuhan yang lain-lainnya seperti biaya beli rokok, biaya nongkrong di cafe, akan menambah beban keuangan pribadi maupun rumah tangga.
Saatnya kita aware untuk mengubah pola hidup yang konsumtif ke arah pola hidup yang hemat dan efisien atau istilahnya saatnya kita melakukan refocusing anggaran rumah tangga untuk kebutuhan yang lebih urgensi dan bermanfaat.
Yang sebelumnya nongkrong di kafe 3 atau 4 kali seminggu, mungkin bisa dikurangi menjadi 1 kali setiap 2 minggu.Â
Bagi perokok yang menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari, mungkin saatnya untuk menahan selera agar 1 bungkus rokok bisa dihabiskan selama 3 hari atau lebih bagusnya lagi berhenti merokok.
Tindakan-tindakan kecil atau dianggap sepele, apabila kita terapkan dalam kehidupan kita ternyata memberikan nilai walaupun itu dalam jumlah yang sedikit tetapi bermanfaat.
Saatnya kita mengubah pola hidup konsumtif ke arah pola hidup yang efektif dan bermanfaat.
Selamat mencoba.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI