Misalnya saja, gaya hidup suka beli cemilan atau makanan ringan, kudapan untuk disantap di rumah atau di luar ketika hangout bersama teman.
Memang biaya setiap kali beli cemilan, kudapan atau makannya di luar tidak terlalu besar, sekitar 20 ribu sampai 50 ribu.Â
Namun kalau dilakukan setiap hari atau setidaknya 3 sampai 4 kali dalam seminggu, apabila diakumulasikan dalam sebulan sudah mencapai sekitar 500 ribu sampai dengan 1 juta.
Kalau disadari jumlah segitu tuh sudah banyak, apalagi bagi mereka yang kekurangan.Â
Kalau lah kita pikir-pikir, uang 1 juta sudah bisa dikonversi untuk beli kebutuhan dapur. Lebih bermanfaat dan tentunya lebih sehat untuk dikonsumsi apabila diolah di dapur untuk dikonsumsi.
Belum lagi kebutuhan yang lain-lainnya seperti biaya beli rokok, biaya nongkrong di cafe, akan menambah beban keuangan pribadi maupun rumah tangga.
Saatnya kita aware untuk mengubah pola hidup yang konsumtif ke arah pola hidup yang hemat dan efisien atau istilahnya saatnya kita melakukan refocusing anggaran rumah tangga untuk kebutuhan yang lebih urgensi dan bermanfaat.
Yang sebelumnya nongkrong di kafe 3 atau 4 kali seminggu, mungkin bisa dikurangi menjadi 1 kali setiap 2 minggu.Â
Bagi perokok yang menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari, mungkin saatnya untuk menahan selera agar 1 bungkus rokok bisa dihabiskan selama 3 hari atau lebih bagusnya lagi berhenti merokok.
Tindakan-tindakan kecil atau dianggap sepele, apabila kita terapkan dalam kehidupan kita ternyata memberikan nilai walaupun itu dalam jumlah yang sedikit tetapi bermanfaat.
Saatnya kita mengubah pola hidup konsumtif ke arah pola hidup yang efektif dan bermanfaat.