Mengapa bisa begitu?
Seharusnya dengan apa yang dia punya yang menurut ukuran manusia dirasa sudah lebih dari cukup bahkan berlebih hingga tumpah ruah bisa membuat manusia itu bahagia dalam menjalani hidupnya.
Nafsu dunia yang lebih besar menguasai diri manusia, membuat mereka melakukan cara-cara apapun baik itu sesuai dengan etika berkehidupan maupun cara yang menyimpang. Hal ini juga didorong adanya sebuah kompetisi antara satu dengan yang lain, yang kita tahu juga bahwa ini adalah sifat lahiriah dari manusia turut menjadi pendorong bagi seseorang untuk menjadi yang terhebat atau paling super dari manusia lainnya.
Pengakuan dari orang lain atas kehebatan yang dia miliki baik harta, karir yang baik dalam pekerjaan, pencapaian yang luar biasa, kecantikan yang dimiliki, adalah salah satu kebahagiaan dicari oleh manusia.
Namun hari ini, Voltaire mengingatkan kita melalui dongeng filsafat satir karyanya dalam seorang tokoh bernama Candide tentang bagaimana Candide memaknai dan menyadari apa seperti apa dan bagaimana kebahagiaan yang kekal itu.
Dalam karyanya diceritakan ketika Candide dan sahabatnya Cacambo yang dalam pencariannya menemukan Cunegonde kekasihnya, setibanya di tapal batas wilayah Oreillon, Negara Eldorado.
Perjalanan selama berada di Negara Eldorado, Candide dan Cacambo melihat bahwa negara itu berlimpah emas, perak, berlian, mirah delima dan zamrud. Hingga mereka tiba di sebuah istana yang pintu gerbangnya terbuat dari batu-batuan atau dari pasir yang dinamakan permata dan emas.
Setibanya disana, candide dan cacambo disambut oleh dua puluh orang gadis pengawal yang cantik-cantik dan diperlakukan dengan sangat baik. Mereka diajak untuk berkeliling hingga seperseribu bagian kota dan diantar kembali ke istana untuk menghadap raja.
Mereka melewatkan waktu selama satu bulan bersama tuan rumah yang begitu ramah. Hingga pada akhirnya, mereka memutuskan untuk meminta diri kepada baginda melanjutkan perjalanan kembali ke dunia mereka.
Ketika candide dan cacambo hendak berangkat, Sang Baginda Raja membekali mereka dengan dua ekor kambing merah yang besar, dua puluh ekor kambing yang mengangkut makanan, tiga puluh membawa hadiah-hadiah berupa barang-barang yang paling aneh yang ada di negeri itu, dan lima puluh lagi dibebani emas, permata dan berlian.
Hari pertama perjalanan mereka cukup menyenangkan. Namun pada hari kedua, dua ekor kambing tenggelam disebuah rawa dan terkubur disitu dengan muatan yang dibawanya.