Sulit untuk melepaskan kebanggaan menjadi penduduk dari salah satu provinsi ternama di Indonesia.
Siapa tidak kenal dengan Danau Toba, Danau terbesar di Indonesia, itu hanya ada di Provinsi Sumatera Utara.
Berkunjung ke Sumatera utara tak enak rasanya kalau tidak menyempatkan waktu untuk datang menikmati keindahan danau toba berwarna biru dan terbentang luas.
Bandara Kualanamu yang berada di Kabupaten Deli Serdang yang merupakan bandara terbesar ketiga di Indonesia menjadi gerbang masuk menuju Provinsi Sumatera Utara.
Tidak hanya Bandara Kualanamu, Bandara Silangit yang berada di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara,
 sudah siap untuk menjadi pintu gerbang masuknya wisatawan yang hendak berkunjung ke kawasan danau toba.
Sumatera utara, sebuah provinsi yang kaya dengan suku, adat istiadat, kebudayaan dan keindahan alamnya dan berbagai simbol yang lainnya yang membentuk sebuah rumah yang disebut sebagai miniatur indonesia bagi anak bangsa dari berbagai suku dan latar belakangnya.
Belum lagi bicara soal makanan khasnya, kain tenunnya, produk kerajinan tangan, kuliner dan hal-hal menarik lainnya.
Kebanggaan yang dimiliki masyarakat sumatera utara mencapai titik kulminasi nya tat kala pemerintah pusatÂ
menetapkan danau toba sebagai salah satu destinasi super prioritas ( 10 Bali Baru) atau disebut dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Walaupun Danau Toba berada di wilayah administratif Kabupaten Simalungun, namun sudah merepresentasikan sumatera utara pada umumnya.
Walaupun terkadang kebanggaan itu harus sedikit diusik dengan anekdot akronim dari SUMUT, Semua Urusan Melalui Uang Tunai.
Anekdot ini memberikan citra penilaian negatif bagi provinsi Sumatera Utara karena seolah-olah semua urusan tidak dilaksanakan secara profesional melainkan dengan cara transaksional.
Tapi itu tidak lah menjadi masalah yang membuat kebanggaan kita menjadi bagian dari sumatera utara menjadi luntur bahkan hilang.
Ada hal yang membuat kebanggaan itu harus dipertahankan sampai kapanpun bagi masyarakat yang ada di Sumatera Utara.
Berbicara provinsi sumatera utara, ada banyak simbol yang tersirat yang bisa dilukiskan secara tersurat untuk bisa diberitahukan kepada khalayak ramai.
Berikut ada 2 simbol keistimewaan yang tidak bisa dilepaskan dari Provinsi Sumatera Utara :
Simbol Kebhinekaan dalam Keberagaman dan toleransi
Provinsi sumatera utara merupakan provinsi yang dihuni oleh berbagai macam suku, agama, budaya dan bahasanya.
Di sini ditunjukkan betapa keindahan budaya, keindahan adat, keindahan tradisi itu ada.
Ada suku Batak Karo, ada suku Batak Mandailing, ada suku Batak Pakpak, ada suku Batak Simalungun, ada suku Batak Toba, ada suku Melayu, ada suku Nias, ada etnis Tionghoa, ada etnis India.
Selain itu, agama yang ada di sini juga berbeda-beda, ada agama Islam, agama Kristen, agama Katolik, agama Hindu, Konghucu, ada semuanya, agama Buddha.
"Di sini juga ada, suku Jawa, kulo nuwun. Tetapi jelas, bahwa di Sumut itu horas, mejuah-juah, ya'ahowu, jua-juah, betul-betul semuanya mengetahui.
![Parade pakaian adat dari 8 etnis di Sumut dengan latar belakang Miniatur Masjid Azizi di Langkat mewakili Provsu memeriahkan pawai taaruf pembukaan STQN ke-25 Tahun 2019 di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (29/06/2019). (Foto. ASARPUA.com/humpes)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/05/images-601d60d0d541df33b1675cf2.jpg?t=o&v=770)
Simbol Toleransi
Masyarakat sumatera utara tidak mudah untuk dipecah belah, walaupun ada pihak-pihak yang berusaha untuk mengganggu keharmonisan yang terjalin satu dengan yang lain.
Kejadian pembakaran tempat ibadah yang terjadi di Tanjung Balai misalnya, salah satu bukti bahwa masyarakat sumatera utara menjungjung tinggi rasa toleransi satu dengan yang lain.
![Sumber : Dinas Kominfo Kota Medan](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/05/85img-20200124-wa0020-640x472-601d61cf81e41524645ea262.jpg?t=o&v=770)
Apalagi terkait dengan urusan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah, tidak sampai mengorbankan persaudaraan, kerukunan, persatuan dan kesatuan.
Sangat jarang terjadi adanya pertikaian atau pun perpecahan antara satu suku dengan suku yang lain , apalagi agama yang satu dengan agama yang lain.
Isu SARA merupakan hal tidak pernah terjadi di provinsi Sumatera Utara. Sekalipun ada pihak-pihak yang ingin mencoba-coba menghembuskan isu SARA ke permukaan , namun rasa toleransi yang tinggi dari masyarakat sumatera utara, bisa meredam konflik itu tidak terjadi.
Sebuah provinsi akan maju, apabila entitas dan segala perbedaan yang ada di dalamnya bisa hidup berdampingan satu dengan yang lain dalam bingkai rumah kebhinekaan.
Salam Hangat
Hery Sinaga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI