Walaupun terkadang kebanggaan itu harus sedikit diusik dengan anekdot akronim dari SUMUT, Semua Urusan Melalui Uang Tunai.
Anekdot ini memberikan citra penilaian negatif bagi provinsi Sumatera Utara karena seolah-olah semua urusan tidak dilaksanakan secara profesional melainkan dengan cara transaksional.
Tapi itu tidak lah menjadi masalah yang membuat kebanggaan kita menjadi bagian dari sumatera utara menjadi luntur bahkan hilang.
Ada hal yang membuat kebanggaan itu harus dipertahankan sampai kapanpun bagi masyarakat yang ada di Sumatera Utara.
Berbicara provinsi sumatera utara, ada banyak simbol yang tersirat yang bisa dilukiskan secara tersurat untuk bisa diberitahukan kepada khalayak ramai.
Berikut ada 2 simbol keistimewaan yang tidak bisa dilepaskan dari Provinsi Sumatera Utara :
Simbol Kebhinekaan dalam Keberagaman dan toleransi
Provinsi sumatera utara merupakan provinsi yang dihuni oleh berbagai macam suku, agama, budaya dan bahasanya.
Di sini ditunjukkan betapa keindahan budaya, keindahan adat, keindahan tradisi itu ada.
Ada suku Batak Karo, ada suku Batak Mandailing, ada suku Batak Pakpak, ada suku Batak Simalungun, ada suku Batak Toba, ada suku Melayu, ada suku Nias, ada etnis Tionghoa, ada etnis India.
Selain itu, agama yang ada di sini juga berbeda-beda, ada agama Islam, agama Kristen, agama Katolik, agama Hindu, Konghucu, ada semuanya, agama Buddha.
"Di sini juga ada, suku Jawa, kulo nuwun. Tetapi jelas, bahwa di Sumut itu horas, mejuah-juah, ya'ahowu, jua-juah, betul-betul semuanya mengetahui.