Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Salam Korona", Tren 2021 yang Akan Menggantikan Tradisi Berjabat Tangan dalam Setiap Perjumpaan

6 Januari 2021   12:50 Diperbarui: 6 Januari 2021   13:16 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari pertama bekerja di awal tahun 2021, bertemu kembali dengan teman kantor atau rekan kerja, tidak afdol kalau tidak menyapa dan mengucapkan ucapan selamat tahun baru satu sama lain.

Ucapan selamat tahun baru tentu tidak lupa diikuti dengan gerakan salam siku Sebagai tanda saling menyapa saya dengan teman rekan kerja saya. Rasa canggung sebagaimana yang saat pertama kali dilakukan kini sudah tidak lagi terasa. Sudah terasa biasa-biasa saja dan menganggap bahwa salam siku itu sudah menjadi tradisi saling menyapa di masa pandemi ini.

Namun menurut dr. Vito Anggarino Damay Sp.JP (K), M. Kes salam siku kurang pas digunakan karena beberapa alasan.

Pertama, bagi orang yang tidak paham, salam siku akan dianggap terlalu agresif. Apalagi untuk lawan jenis. Kesan itu bisa muncul lantaran gerakan badan yang mendekat saat akan melakukan salam siku.

Kedua, salam siku malah membuat jarak antar orang menjadi dekat. Jika orang itu membawa virus corona, malah akan menjadi masalah.

Namun semua kembali kepada pribadi setiap orang, mau menggunakan bentuk salam seperti apa. Apakah dengan salam siku, salam tinju, senyum, salam dari hati maupun dengan namaste.
Memang harus diakui bahwa kehangatan dalam perjumpaan itu sudah berkurang kadarnya dari biasanya karena berjabat tangan itu menunjukkan adanya ikatan emosional yang dalam diantara masing-masing pribadi setiap kali berjumpa.

Ada sebuah jarak yang memisahkan kalau setiap kali berjumpa itu tidak bersalaman atau berjabat tangan. Ibarat nasi yang hangat untuk dimakan sudah terasa dingin untuk disantap.

Situasi ini yang saya rasakan ketika pada acara malam tahun baruan, sudah menjadi sebuah tradisi bagi kami sebagai orang suku batak melaksanakan acara "mandok hata" atau saling maaf-maafan. Acara dibuka dengan doa dan dimulai dengan ibadah sampai kepada doa penutup.

Momen mandok hata atau menyampaiakan ucapan selamat tahun baru dan ucapan permintaan maaf untuk semua kesalahan ditahun yang lalu dimulai dari yang paling kecil kepada orang tua dan semua saudara dan terakhir ditutup oleh orang tua.

Setelah momen mandok hata atau menyampaikan ucapan selamat tahun baru sudah selesai dilakukan, pasti ditutup dengan salam jabat tangan. namun momen tahun baru kali ini, kami tidak lagi melakukan salam jabat tangan baik itu kami sebagai anak kepada orangtua kami dan sebaliknya.

Salam namaste menjadi salam yang kami gunakan sebagai tanda bahwa maksud jabat tangan diantara masing-masing keluarga sudah tersampaikan. Dan kita tidak tahu bagaimana selanjutnya untuk tahun baru berikutnya, apakah berjabat tangan sudah bisa dilakukan ketika momen acara mandok hata pada malam tahun baru sudah bisa dilakukan? Seorang pun tidak ada yang tau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun