Pandemi Covid1-19 yang terjadi di seluruh dunia telah mengubah pola kehidupan manusia dalam berinteraksi. New Normal atau adaptasi kebiasaan baru telah menggantikan kebiasaan lama manusia di tahun 2020 dan akan tetap berlanjut menjadi tren 2021.
Situasi pada tahun 2021 diperkirakan akan berlangsung sama dengan tahun sebelumnya. Kelesuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi diprediksi akan tetap berlangsung.
Penerapan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah yaitu Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat merupakan upayan demi mencegah terjadinya penyebaran virus covid-19.
Saat ini memakai masker sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat dunia. Sepertinya ada yang kurang kalau tidak memakai masker dan mencuci tangan. ada sebuah paranoid dalam diri setiap orang apabila tidak mencuci tangan dan memakai masker karena merasa takut tertular virus covid-19.
Pandemi ini juga membuat tradisi jabat tangan seakan-akan menjadi sebuah hal yang tabu. Sekarang ini orang sudah takut untuk berjabat tangan karena takut tertular virus. Karena tangan merupakan media yang menjadi penularan covid-19 yaitu melalui sentuhan.
Berjabat tangan menjadi salah satu penyebab penularan virus corona dari orang ke orang lainnya. Sebab, saat dua orang berjabat tangan, mereka bisa menempelkan berbagai virus, bakteri, maupun kuman yang ada di tangan, tak terkecuali virus corona.
Lalu bagaimana cara kita bisa tetap saling menyapa dengan orang lain, namun tetap mengantisipasi penyebaran virus corona? Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Siloam Karawaci, Tangerang, dr. Vito Anggarino Damay Sp.JP (K), M. Kes melihat ada empat jenis salam demi menghindari penularan virus.
Namun dalam perkembangannya, ke 4 jenis salam korona diatas sudah ada pertambahan yaitu dengan gerakan salam sikut dan salam tinju.
Untuk salam sikut, sudah semakin jamak dilakukan oleh setiap orang baik dikalangan pekerja kantoran maupun pekerja yang lainnya.
Salam siku ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan dalam menyapa satu dengan yang lain. Sebagaimana yang saya lakukan ditempat saya bekerja.
Hari pertama bekerja di awal tahun 2021, bertemu kembali dengan teman kantor atau rekan kerja, tidak afdol kalau tidak menyapa dan mengucapkan ucapan selamat tahun baru satu sama lain.
Ucapan selamat tahun baru tentu tidak lupa diikuti dengan gerakan salam siku Sebagai tanda saling menyapa saya dengan teman rekan kerja saya. Rasa canggung sebagaimana yang saat pertama kali dilakukan kini sudah tidak lagi terasa. Sudah terasa biasa-biasa saja dan menganggap bahwa salam siku itu sudah menjadi tradisi saling menyapa di masa pandemi ini.
Namun menurut dr. Vito Anggarino Damay Sp.JP (K), M. Kes salam siku kurang pas digunakan karena beberapa alasan.
Pertama, bagi orang yang tidak paham, salam siku akan dianggap terlalu agresif. Apalagi untuk lawan jenis. Kesan itu bisa muncul lantaran gerakan badan yang mendekat saat akan melakukan salam siku.
Kedua, salam siku malah membuat jarak antar orang menjadi dekat. Jika orang itu membawa virus corona, malah akan menjadi masalah.
Namun semua kembali kepada pribadi setiap orang, mau menggunakan bentuk salam seperti apa. Apakah dengan salam siku, salam tinju, senyum, salam dari hati maupun dengan namaste.
Memang harus diakui bahwa kehangatan dalam perjumpaan itu sudah berkurang kadarnya dari biasanya karena berjabat tangan itu menunjukkan adanya ikatan emosional yang dalam diantara masing-masing pribadi setiap kali berjumpa.
Ada sebuah jarak yang memisahkan kalau setiap kali berjumpa itu tidak bersalaman atau berjabat tangan. Ibarat nasi yang hangat untuk dimakan sudah terasa dingin untuk disantap.
Situasi ini yang saya rasakan ketika pada acara malam tahun baruan, sudah menjadi sebuah tradisi bagi kami sebagai orang suku batak melaksanakan acara "mandok hata" atau saling maaf-maafan. Acara dibuka dengan doa dan dimulai dengan ibadah sampai kepada doa penutup.
Momen mandok hata atau menyampaiakan ucapan selamat tahun baru dan ucapan permintaan maaf untuk semua kesalahan ditahun yang lalu dimulai dari yang paling kecil kepada orang tua dan semua saudara dan terakhir ditutup oleh orang tua.
Setelah momen mandok hata atau menyampaikan ucapan selamat tahun baru sudah selesai dilakukan, pasti ditutup dengan salam jabat tangan. namun momen tahun baru kali ini, kami tidak lagi melakukan salam jabat tangan baik itu kami sebagai anak kepada orangtua kami dan sebaliknya.
Salam namaste menjadi salam yang kami gunakan sebagai tanda bahwa maksud jabat tangan diantara masing-masing keluarga sudah tersampaikan. Dan kita tidak tahu bagaimana selanjutnya untuk tahun baru berikutnya, apakah berjabat tangan sudah bisa dilakukan ketika momen acara mandok hata pada malam tahun baru sudah bisa dilakukan? Seorang pun tidak ada yang tau.
Namun situasi pandemi yang belum usai ini memaksa setiap orang untuk melakukan kebiasaan baru seperti meniadakan menyapa dengan berjabat tangan dan menggantinya dengan salam korona dan diyakini ini akan menjadi tren 2021.
Mau tidak mau, suka tidak suka, setiap orang harus mampu beradaptasi dengan kebiasaan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H