Mohon tunggu...
Hery Setyawan
Hery Setyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis buku sekaligus Guru di SMPN 42 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perjalanan Panjang Menjadi Guru

28 Oktober 2024   22:00 Diperbarui: 28 Oktober 2024   22:11 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku (dokpri)

Ulas Buku

Judul Buku    : Memobilia Tanpa Alinea

Penulis     : Tim Penulis Guru Babad Bumu

Penerbit     : CV Babad Bumi, September 2024

Tebal Buku : 497 Halaman

ISBN     : 978-623-851-454-0

"Guru yang pandai mampu memberikan pengetahuan. Guru yang hebat mampu mengubah kehidupan"

 

Entah apa yang penulis pikirkan akhir-akhir ini ditengah kesibukan dengan berbagai kegiatan di sekolah. Keinginan untuk mengulas buku selalu menghampiri setiap saat. Perasaan tidak terbendung dari keinginan membaca buku hingga selesai dan ditutup dengan sebuah ulasan dari buku tersebut. Walaupun masih banyak yang harus diperbaiki dalam setiap kali penulis membuat ulasan buku tetapi paling tidak penulis berkomitmen terus belajar membuat ulasan buku yang terbaik.

Kali ini penulis memberanikan diri membaca dan mengulas buku yang berjudul Memorabilia Tanpa Alinea Sebuah buku yang ditulis oleh guru dari sabang sampai Merauke. Buku ini diangkat dari memoar masing-masing penulis yang tersusun rapi menjadi sebuah bacaan yang berkualitas.

Buku bersampul biru berisi 492 halaman yang semuanya ditulis oleh 83 penulis yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Buku Ini juga menceritakan perjalanan panjang para penulis menjadi seorang guru. Berbagai kisah suka dan duka, Kisah tentang lika liku hidup seorang pendidik yang terangkai dalam sebuah mozaik. Perasaan sedih, senang, gundah dan kecewa adalah hal biasa namun semua sirna saat terlihat tawa para siswa. Merekalah yang membuat guru kuat dan bisa walau terkadang ada secuil rasa putus asa. Tapi semua akan indah jika dilakukan dengan penuh suka cita demi cita-cita anak bangsa.

Setelah membaca buku ini saya menyimpulkan ada dua hal yang penting dalam buku ini. Pertama profesi guru merupakan panggilan jiwa Hal ini dapat dilihat dari berbagai tulisan yang ada di buku tersebut. Ada yang memang bercita-cita menjadi guru, ada juga yang awalnya memilih profesi bukan sebagai guru tetapi dengan terpaksa menjadi guru. Dengan gaji yang seadanya tetapi setelah dijalani justru semakin nyaman dengan profesi guru.

Kedua profesi guru masih jauh dari kesejahteraan Ini dibuktikan oleh beberapa penulis yang mengawali karirnya sebagai guru dengan gaji seadanya dan bertahan hingga puluhan tahun. Perubahan status dari guru honorer sampai menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) didapat baru beberapa tahun belakangan. Sebelumnya guru harus terus mengajar mencerdaskan anak bangsa dengan gaji seadanya untuk bertahan hidup.

Seolah buku tebal ini menjadi saksi bagaimana para penulis yang berprofesi sebagai guru untuk bertahan mencerdaskan anak bangsa bahkan menjadi saksi bahwa guru adalah profesi yang siap dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Buku ini juga kelak akan menjadi saksi bisu atas apa saja yang telah dibuat oleh penulisnya dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

Tidak ada gading yang tak retak buku ini pun masih ada kekurangan nya yaitu Dalam penulisan Memoar, penulis perlu memperhatikan timeline. Memoar tersebut dibuat mengembangkan naskah dengan menambahkan detail keadaan saat itu. Selain itu tidak semua penulis memberikan pesan moral di setiap kejadian yang dituliskan sehingga ada pelajaran berharga yang bisa diambil. Setiap penulis memiliki banyak mutiara kehidupan yang indah, dan layak untuk dibagikan sebagai bentuk buah dari perjalanan terutama menjadi seorang pendidik. Dan pada akhirnya buku ini menjadi bukti perjalanan panjang seorang guru akan berakhir dalam kecintaannya akan profesi yang mulia ini. Saya sangat merekomendasikan semua guru untuk memiliki dan membaca buku ini.

Tanjung Priok, 28 Oktober 2024

Hery Setyawan Guru Pendidikan Pancasila SMPN 42 Jakarta

  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun