Mohon tunggu...
Hery Prasetyo
Hery Prasetyo Mohon Tunggu... -

hidup tdk perlu "neko-neko", walo katrok nekad nimbrung di kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pak Jo Bercita-cita Menjadi Anggota DPR "Beneran"

28 Juni 2011   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:06 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Jo adalah sahabat karib saya sejak anak-anak sampai sekarang, sosoknya sederhana, cerdas, suka menolong sesama, suka bertindak yang rasional, nasionalismenya masih kental dan suka mendahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingannya sendiri. Karena saya tahu persis tentang Pak Jo maka saya juga sama sekali tidak heran kalau Pak Jo bercita-cita ingin menjadi anggota DPR 'beneran', walupun saat ini Pak Jo sudah mempunyai pekerjaan tetap. Menurut Pak Jo "pekerjaan" sebagai anggota DPR 'beneran' adalah pengabdian yang sangat mulia dan lebih "menjanjikan". Cita-cita Pak Jo ini berbeda dengan cita-citanya Boneka Susan yang pingin menjadi dokter biar bisa nyuntik.

Kalau Boneka Susan-nya Ria Enes masih ada, tentunya akan menyesal setengah mati kalau saat ini masih bercita-cita menjadi dokter atau tukang insinyur apalagi menjadi Presiden. Survey membuktikan !.....ternyata saat ini yang paling banyak dicita-citakan orang, dari anak-anak sampai kakek-kakek, adalah menjadi anggota DPR. Banyak kondisi nyata yang membuat mereka mancita-citakan jadi anggota DPR, katanya sih menjadi anggota DPR adalah membanggakan dan ueeenak.... tenan, tentunya bagi yang berkeinginan untuk mengabdi pada rakyat. Menurut Pak Jo banyak faktor yang membuat Pak Jo "seneng" kalu cita-citanya bisa "keturutan dening Gusti kang Moho Dumadi".

Yang Terhormat

Menurut Pak Jo, setiap pidato atau statemen yang disampaikan baik oleh masyarakat luas, pengusaha, tokoh masyarakat, Kepala Daerah baik Bupati maupun Gubernur sampai Menteri dan Presiden kalau menyebut para anggota DPR selalu "diembel-embeli" kata/frase "Yang Terhormat". Betapa tidak, karena anggota DPR bukanlah orang sembarangan mereka dipilih dan mewakili rakyat. Kalau menurut faham yang menyebutkan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan maka wajar-wajar saja atau bahkan setengah wajib kalau banyak orang/pejabat menyebut anggora DPR dengan tambahan "Yang Terhormat", logikanya kan demikian.

Masih menurut Pak Jo, betapa membanggakannya seorang anggota DPR, beliau-beliau bisa membawakan aspirasi-aspirasi rakyat guna disuarakan kepada "eksekutif" untuk dapat dituangkan dalam kebijakan-kebijakannya. Kebijakan-kebijakan strategis pemerintah tidak akan "lolos" tanpa persetujuan anggota DPR yang dengan kata lain pemerintah tidak akan dapat membuat kebijakan tanpa membawa kemaslahatan orang banyak/rakyat (idealnya demikian toh). Dari segi agama apapun suatu perbuatan baik yang dilakukan untuk kemaslahatan rakyat adalah membuahkan pahala. Anggota DPR "biasanya" berjuang mati-matian tanpa pamrih kalau sudah menyangkut hak-hak rakyat (membanggakan bener toh), kalaupun toh ada yang mati-matian juga memperjuangkan hak-hak pribadinya (ini barangkali lho..) dan melupakan kewajibannya yaaa.. itu hanyalah oknum yang sedang "kepleset".

Kritis vs Pelecehan

Kata Pak Jo, perbedaan yang sangat menonjol antara para "eksekutif" dan anggota DPR didalam keseharian, sehingga banyak orang mencita-citakan, adalah penilaian terhadap setiap pendapat yang disampaikannya. Kalau para anggota DPR menyampaikan pendapat/kritik kepada pemerintah diberi julukan "kritis" atau biasanya para anggota DPR menyampaikan memang demi demokrasi dan demi rakyat, tetapi kalau pemerintah menyampaikan pendapat/kritik kepada DPR (itupun jarang-jarang yang berani) biasanya sering disebut "pelecehan" terhadap anggota atau bahkan lembaga DPR. Demi rakyat maka beliau-beliau anggota DPR yang terhormat akan selalu sengit berargumen dan "memperkarakan" pihak eksekutif apabila terjadi "penyimpangan" (walaupun kadang-kadang yang terjadi hanyalah ketidak samaan persepsi), kalaupun toh justru ada penyimpangan di lembaga DPR maka itu biasanya hanyalah "polahnya" oknum yang "kepleset" (tetapi hal ini mudah-mudahan jarang terjadi kok).

Berpenghasilan Lumayan (tinggi)

Menurut standartnya Pak Jo, dan juga barangkali, berdasarkan standart penghasilan pada umumnya, maka penghasilan anggota DRP yaaa lumayan kalau hanya untuk bergaya hidup diatas rata-rata. Faktor inilah yang menjadikan daya tarik bagi banyak orang, termasuk Pak Jo, untuk bercita-cita menjadi anggota DPR. Dan pengasilan tersebut adalah resmi sesuai dengan ketentuan yang ada, sama sekali jauh dari tindakan penyelewengan. Kalaupun toh ada penghasilan yang tidak resmi (dan barangkali ini juga jarang terjadi) biasanya beliau-beliau juga menolak, sedangkan jika ada yang menerimanya yaa itu barangkali juga itu hanya dilakukan oleh oknum yang sedang "kepleset".

Sering Touring

Masih juga menurut sokib saya itu, guna menambah wawasan dan untuk menjaring aspirasi rakyat bawah, bisanya disediakan anggaran resmi bagi anggota DPR untuk melakukan kunjungan-kunjungan dan studi banding. Nah ... faktor ini juga sangat menarik bagi banyak orang, dan tentunya juga Pak Jo, untuk bercita-cita jadi anggota DPR. Dengan melakukan kunjungan-kunjungan ke lapangan maka "keluhan" rakyat akan dapat didengar secara tepat, dengan kunjungan ke lapangan masalah-masalah yang menyangkut hajat hidup rakyat akan dapat diketahui dengan pasti sehingga nantinya solusi-solusinya dapat diberikan secara tepat pula. Demikian juga dengan kegiatan studi banding, melalui kegiatan ini maka beliau-beliau para anggota DPR dapat membanding-bandingkan tentang kebijakan-kebijakan yang ada. Kalaupun toh ada yang mempergunaan kesempatan fasilitas kegiatan tersebut hanya untuk "ngelencer" itu barangkali juga dilakukan oleh oknum yang sedang "kepleset".

Optimum Facility

Pak Jo berpendapat, untuk menunjang kegiatan sehingga berkinerja tanpa hambatan, sudah selayaknya kalau disediakan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk para anggota DPR, bukankah beliau-beliau itu mewakili nurani rakyat. Dari sisi ketersediaan fasilitas ini juga yang membuat orang bercita-cita menjadi anggota DPR. Fasitas kendaraan, entah itu roda empat atau roda dua, dan fasilitas perumahan (walau dalam bentuk tunjangan) minimal memang harus disediakan sehingga mobilitas beliau untuk melakukan kegiatan persidangan dan kegiatan-kegiatan lain, demi kesejahteraan rakyat, juga menjadi lancar. Nah kalupun toh ada dari beliau-beliau itu yang masih menginkan fasilitas berlebihan maka itu hanyalah oknum yang lagi-lagi sedang "kepleset", tetapi rasanya jarang kok yang demikian.

Nah... dari sisi lain, tampaknya ada yang terlupakan oleh Pak Jo bahwa untuk menjadi anggota DPR tidak semudah dan seenak yang diangankan. Coba bayangkan bagaimana rumit dan capeknya manakala berjuang untuk menjadi kandidat anggota DPR, beliau-beliau harus banyak mengorbankan tenaga dan waktu (bahkan katanya juga beaya) demi memajukan partai atau golongannya, belum lagi "udreg-udregan" (rebut-ribut) masalah daftar urut dan sederet panjang masalah-masalah lainnya yang saya saya yakin (walaupun saya bukan anggota DPR) buaaaanyak sekali. Selamat bertugas bapak dan ibu yang terhormat, dipundak bapak dan ibu kami rakyat ini menggelantung", bapak dan ibu yang terhormat perjuangkan hak-hak TKI, buruh, nelayan dan petani.....inga'...inga'...inga' kami rakyatlah yang memilih bapak-bapak dan ibu-ibu yang terhormat, janganlah mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan, seperti yang rakyat ketahui saat ini masih banyak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun