Mohon tunggu...
Hery Azwan
Hery Azwan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Serial Jalan-jalan ke Turki

18 Agustus 2015   14:11 Diperbarui: 18 Agustus 2015   14:11 2028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kami dijemput dengan mobil khusus pariwisata kapasitas 15 orang yang sangat nyaman. Mobil ini juga menyediakan tempat khusus bagasi di belakang. Hanya kami yang dijemput saat itu, sehingga kami berlima merasa sangat eksklusif. Sepanjang jalan, mobil jenis ini berseliweran. Pariwisata memang menjadi salah satu andalan perekonomian Turki. Tak salah kalau Turki menduduki urutan 6 dunia sebagai negata yang paling banyak dikunjungi setelah Perancis, Amerika Serikat, Spanyol, China dan Italia.

Suasana di tempat menaikkan penumpang agak crowded. Banyak klakson bertalu-talu. Tapi untunglah tak ada yang marah2 seperti di sini.

Mobil melaju melewati jalur utama. Tidak ada tol di dalam kota Istanbul. Di tengah ada jalur busway yang uniknya tidak bersentuhan sama sekali dengan jalan biasa sehingga kecepatan bus bisa diandalkan. Para penumpang berjejal, tak jauh beda dengan di Jakarta. Kualitas busnya mirip dengan bus yang beroperasi di Singapura. Tampaknya dari supplier yang sama. Tinggi plafon juga sangat rendah, laksana bus biasa, bukan seperti busway. Tiket bus ini terintegrasi dengan transportasi lain seperti trem dan kereta bawah tanah. Ongkosnya 4 Lira jauh dekat atau sekitar 2 Lira jika menggunakan kartu pas khusus. Bagi turis yang cuma sehari dua hari di Istanbul tentu tak perlulah membeli kartu ini. Tapi kalau Anda berniat mengubek2 Istanbul dengan public transport dan durasinya lebih dari 3 hari, maka kartu pas ini sangat diperlukan.
O ya, yang juga perlu diperhatikan bagi yang ingin berliburan di Turki adalah cuaca. Saat kami keluar dari bandara menuju bus, suhu sekitar 12 derajat celcius sehingga masih diperlukan pakaian hangat, meski gak usah terlalu tebal. Saat itu padahal sudah di akhir bulan April yang berarti SPRING menuju SUMMER.

Jarak hotel kami sekitar 18 km, ditempuh dalam waktu sekitar 40 menit karena ada sedikit sendatan. Tapi gak semacet Jakarta. Hotel kami 900 meter dari Taksim Square, salah satu lapangan yang cukup dikenal di dunia karena sering menjadi tempat demonstrasi. Jarak ini tentu agak jauh dari akses public transport, sehingga kami harus naik taksi. Memang jaraknya tidak terlalu jauh, tali konturnya mendaki sehingga kami khawatir bisa terjatuh di jalan. Sebenarnya sih karena malas aja. Inilah dilema menggunakan biro perjalanan. Kalau kita jalan sendiri, kita bebas memilih hotel di lokasi yang kita mau. Biasanya hotel pilihan travel biro agak sulit ditemukan di booking.com atau agoda.com. Biasanya juga mereka lebih senang menampilkan websitenya dalam bahasa lokal, bukan bahasa Inggris.

Bahasa Inggris bukanlah bahasa yang dikuasai rakyat Turki. Sebagian besar supir taksi, penjual makanan, bahkan resepsionis hotel sulit berbahasa Inggris. Karena itu kita harus hati2 dalam berkomunikasi, terutama dengan sopir taksi. Ketika kita tanya alamat tertentu mereka menjawab tahu, tapi kenyataannya berputar2 karena tidak tahu atau karena modus untuk memperbesar nilai argo taksi. (Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun