Sebaliknya Ajip sangat menyesal waktu menulis biografi Pak Natsir, tokoh Masyumi. Biografi ini akhirnya tidak selesai karena anak Pak Natsir belum-belum sudah meminta bayaran dalam jumlah besar dan berniat memperkarakan Ajip. Padahal Ajip telah banyak mengorbankan hartanya untuk riset penulisan ini tanpa bantuan dari sponsor.
Ajip langsung naik darah. Ditemuinya Pak Natsir. Ternyata Pak Natsir mendengarkan informasi secara sepihak dan tak mau mendengar penjelasan Ajip. Akhirnya Ajip baru tahu mengapa dulu Kang Engkin (KH EZ Muttaqin) berseteru dengan Pak Natsir dan mengapa Masyumi kalah.Â
Menurut Ajip dengan menulis biografi Natsir dia kehilangan dua hal. Pertama, kehilangan tokoh yang dikaguminya. Kedua, kehilangan saudara. Menurut Ajip, dalam hal ini Pak Natsir gagal mendidik anak yang terlalu berorientasi uang.
Penutup
Berkat kemampuannya, Ajip selama hidupnya tidak pernah melamar kerja. Semua pekerjaan datang begitu saja karena orang percaya dengan reputasinya. Bahkan, tokoh buku saat itu, Haji Masagung dan PK Ojong (pendiri Kompas) pernah menawarkan jabatan kepada Ajip.Â
Tapi, saat itu Ajip sudah bertekad bulat untuk menjadi dosen di Jepang. Bayangkan dengan kita-kita yang mencari kerja susahnya setengah mati. Ah Ajip. Dikau memang spesial.
Kini Ajip tinggal di rumahnya di Pabelan, 9 km dari Borobudur. Rumah ini dibangunnya saat berada di Jepang. Tanahnya sangat luas, dengan radius halaman sebesar 1 hektar. Ini semua berkat hasil kerja di Jepang. Ehm….
Pokoknya buku ini sangat mencerahkan deh….Bagi anak muda yang masih sekolah atau bagi orang tua yang ingin lebih memahami arti kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H