Konsentrat sendiri terdiri dari bermacam-macam bahan. Di antaranya adalah biscuit wafer yang sudah dihancurkan halus. Menurut Wulan, wafer itu didatangkan dari pemasok yang dikirim secara rutin. Wafer yang diberikan itu tidak mesti yang sudah kedaluarsa, beberapa di antaranya masih posisi baru. Tak hanya wafer, ada juga roti yang sudah dihancurkan juga.
Bahan lain seperti bekatul dari padi, yang bisa juga diistilahkan dedak. Pemenuhan gizi juga diberikan dari kotoran ulat gajah. Bentuknya kotorannya memang unik, seperti butiran kecil yang berwarna coklat. Dan ada juga tambahan mineral (seperti serbuk kapur), yang fungsinya untuk menguatkan tulang sapi. Penggunaan konsentrat ini wajib dilakukan bagi para peternak, agar nanti kualitas susu segar dari sapi perahnya bisa seragam dengan lainnya.
Akhirnya setelah melihat kandang sapi perah dan tempat pengolahan pakannya, kami dijamu dengan suguhan susu segar hangat dan aneka camilan. Suasana yang cocok dengan cuaca dingin khas pengunungan, apalagi di luar masih turun hujan secara rintik. Susu segar yang dihidangkan terasa gurih dengan diberi gula pada takaran yang pas.
Di sela-sela itu kami sempatkan berbincang santai seputar koperasi peternak sapi itu. Yanuar Dwi Susanto selaku humas Koperasi Margo Makmur Mandiri menjelaskan seputar aktivitas koperasi dan anggotanya. Ada sekitar 170 peternak di Dusun Brau yang menjadi anggota koperasi. Tiap peternak rerata ada 5 ekor sapi perah.
Dari penghasilan peternak itu setidaknya harus menyisihkan 10-30 persen untuk pembelian pakan konsentrat. Sedangkan untuk rumput bisa dicari sekitar hutan, tinggal mengarit saja yang bermodalkan tenaga manusia. Keberadaan kotoran sapi juga sangat bermanfaat. Selain sebagai pupuk, beberapa di antaranya diolah dijadikan biogas. Maka urusan untuk bahan bakar di dapur, di Dusun Brau ini bukan masalah berarti.
Tak dipungkiri masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah. Pengolahan susu segar selama ini mengandalkan dijual ke perusahaan besar. Dan lebih baiknya bisa mengolahnya sendiri untuk bisa menjadi produk turunan seperti keju, dodol, yogurt, ataupun produk lainnya.
Edukasi sapi perah kali ini bisa membuka cakrawala bagi yang mengikutinya. Tak semua orang, terutaman anak-anak yang bisa melihat langsung rupa sapi perah itu. Dan tanpa terasa akan terbentuk sikap kesadaran, bahwa begitu berjasanya para peternak sapi perah itu. Suatu profesi yang tak dapat diremehkan, walaupun di sana-sini masih memerlukan perhatian dari para pemangku kepentingan (stage holder).
Menjelang isya kami harus pamit, untuk pulang ke Malang. Kami pulang memakai jalur berbeda tak melalui Pujon. Dari sepanjang perjalanan dengan lampu jalan yang redup tampak pula beberapa patung sapi di pinggir jalan desa. Rupanya Dusun Brau ingin memastikan dirinya sebagai desa khusus peternakan sapi perah. Tak berlebihan memang, kiranya tahun depan Bolang akan kembali lagi. Semoga perkembangannya akan signifikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H