Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bolang Dolan: Edukasi Sapi Perah, Mengenal Susu Segar dari Hulunya

4 Mei 2019   19:45 Diperbarui: 4 Mei 2019   20:59 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peternakan sapi perah dikelola warga, yang berada di sekitar rumah. (Dok pribadi)

Konsentrat sendiri terdiri dari bermacam-macam bahan. Di antaranya adalah biscuit wafer yang sudah dihancurkan halus. Menurut Wulan, wafer itu didatangkan dari pemasok yang dikirim secara rutin. Wafer yang diberikan itu tidak mesti yang sudah kedaluarsa, beberapa di antaranya masih posisi baru. Tak hanya wafer, ada juga roti yang sudah dihancurkan juga.

Bahan lain seperti bekatul dari padi, yang bisa juga diistilahkan dedak. Pemenuhan gizi juga diberikan dari kotoran ulat gajah. Bentuknya kotorannya memang unik, seperti butiran kecil yang berwarna coklat. Dan ada juga tambahan mineral (seperti serbuk kapur), yang fungsinya untuk menguatkan tulang sapi. Penggunaan konsentrat ini wajib dilakukan bagi para peternak, agar nanti kualitas susu segar dari sapi perahnya bisa seragam dengan lainnya.         

Konsentrat dengan aneka campuran mulai dari: wafer, bekatul, kotoran ulat, dan mineral (Dok. pribadi)
Konsentrat dengan aneka campuran mulai dari: wafer, bekatul, kotoran ulat, dan mineral (Dok. pribadi)
Waktunya merasakan susu segar

Akhirnya setelah melihat kandang sapi perah dan tempat pengolahan pakannya, kami dijamu dengan suguhan susu segar hangat dan aneka camilan. Suasana yang cocok dengan cuaca dingin khas pengunungan, apalagi di luar masih turun hujan secara rintik. Susu segar yang dihidangkan terasa gurih dengan diberi gula pada takaran yang pas.

Di sela-sela itu kami sempatkan berbincang santai seputar koperasi peternak sapi itu. Yanuar Dwi Susanto selaku humas Koperasi Margo Makmur Mandiri menjelaskan seputar aktivitas koperasi dan anggotanya. Ada sekitar 170 peternak di Dusun Brau yang menjadi anggota koperasi. Tiap peternak rerata ada 5 ekor sapi perah.

Setelah berlelah mengitari peternakan sapi perah, saatnya menikmati segelas susu segar hangat. (Dok. pribadi)
Setelah berlelah mengitari peternakan sapi perah, saatnya menikmati segelas susu segar hangat. (Dok. pribadi)
Dari dua kali pemerahan (pagi dan sore) kurang lebih tiap sapi perah bisa menghasilkan 15-20 liter. Yang semuanya di tampung di koperasi untuk nantinya dikirim ke perusahaan pengolahan susu nasional. Tiap anggota nanti dalam pencarian dana susu yang disetorkan akan dibayarkan setiap 10 hari sekali. Penghasilan para peternak tidak saja dari susu, bisa juga dari anak sapi yang dijual atau sapi yang sudah tua menjadi pedaging.

Dari penghasilan peternak itu setidaknya harus menyisihkan 10-30 persen untuk pembelian pakan konsentrat. Sedangkan untuk rumput bisa dicari sekitar hutan, tinggal mengarit saja yang bermodalkan tenaga manusia. Keberadaan kotoran sapi juga sangat bermanfaat. Selain sebagai pupuk, beberapa di antaranya diolah dijadikan biogas. Maka urusan untuk bahan bakar di dapur, di Dusun Brau ini bukan masalah berarti.  

Tak dipungkiri masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah. Pengolahan susu segar selama ini mengandalkan dijual ke perusahaan besar. Dan lebih baiknya bisa mengolahnya sendiri untuk bisa menjadi produk turunan seperti keju, dodol, yogurt, ataupun produk lainnya.  

Edukasi sapi perah kali ini bisa membuka cakrawala bagi yang mengikutinya. Tak semua orang, terutaman anak-anak yang bisa melihat langsung rupa sapi perah itu. Dan tanpa terasa akan terbentuk sikap kesadaran, bahwa begitu berjasanya para peternak sapi perah itu. Suatu profesi yang tak dapat diremehkan, walaupun di sana-sini masih memerlukan perhatian dari para pemangku kepentingan (stage holder).

Menjelang isya kami harus pamit, untuk pulang ke Malang. Kami pulang memakai jalur berbeda tak melalui Pujon. Dari sepanjang perjalanan dengan lampu jalan yang redup tampak pula beberapa patung sapi di pinggir jalan desa. Rupanya Dusun Brau ingin memastikan dirinya sebagai desa khusus peternakan sapi perah. Tak berlebihan memang, kiranya tahun depan Bolang akan kembali lagi. Semoga perkembangannya akan signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun