Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Warung Rampal di Kawasan Militer yang Terkenal dengan Rawonnya

27 Maret 2019   14:50 Diperbarui: 27 Maret 2019   18:02 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suprihatin, generasi kedua yang meneruskan Warung Rampal. (Dok. pribadi)

Ada rasa ada harga. Untuk harga seporsi rawon dan sotonya memang di atas harga rata-rata, 35 ribu rupiah untuk menikmatinya dalam satu porsi. Jika ingin tambahan lauk seperti babat, empal, paru, ati ataupun otak harganya dibandrol sama untuk masing-masingnya. Tidak murah memang, namun semua sepadan dengan rasa dan suasananya.

Tersedia pula bumbu rawon yang bisa diolah di rumah. (Dok pribadi)
Tersedia pula bumbu rawon yang bisa diolah di rumah. (Dok pribadi)

Untuk managemen keseharian juga masih mempertahankan cara tradisionalnya. Cara memesan makanan model ala warteg (warung tegal) yang tinggal pesan apa yang dimau, dan kemudian pesanan akan segera diantarkan ke meja pembeli. Urusan pembayaran diselesaikan belakangan, termasuk bila ada tambahan semacam krupuk ataupun kue jajanan.

Ketika ditanya berapa omset ataupun pelanggan yang datang setiap harinya, Ninik pun hanya tersenyum lebar. Ia hanya menyatakan tak memperhatikan secara detail, pembayaran para pembeli pun tanpa nota sehingga agak sulit untuk menyatakan pembukuannya secara pasti. Untuk karyawan yang ada, Ninik pun menyatakan itu semua masih hubungan persaudaraan. Jika ditotal ada sekitar 15 yang ada di warung mulai dari bagian dapur, waiter, ataupun kasir.

Seporsi rawon siap saji, dengan lauk daging super jumbo yang empuk. (Dok. pribadi)
Seporsi rawon siap saji, dengan lauk daging super jumbo yang empuk. (Dok. pribadi)

Dalam memutar usaha warung ini, Ninik menyatakan tidak mau sampai berutang, biar lebih tenang alasannya. Uang yang masuk setiap harinya segera dibelanjakan berbagai bahan untuk keesokan harinya. Hal itu dilakukan seperti itu secara rutin. Masih belum terbersit untuk mengembangkan untuk lebih besar atau sampai membuka cabang. Baginya bisa melayani dengan baik para pelanggannya dan menjaga kualitas, itulah utamanya.

Dengan konsisten pemasakan cara tradisional, memperhatikan kualitas, dan fokus pada pelanggan (tak mengejar profit semata) ini yang -bisa jadi- membuat Warung Rampal selalu didatangi pelanggan setianya. Akan ada selalu cerita tentang soto dan rawonnya, yang menjadikannya legendaris dan bertahan sampai saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun