Inilah sebuah kampung tematik dengan mengusung tema konservasi alam terutama daerah aliran kali (sungai kecil) yang banyak ditumbuhi jajaran Bambu. Isu lingkungan menjadi menjadi perhatian sebab dengan majunya pembangunan terkadang mengabaikan faktor kelestarian alam. Keberadaan Kampung Bambu Mewek ini sebagai upaya penyadaran sekaligus "kritik" atas kondisi lingkungan tersebut.
Saat ini tidak saja Kali Mewek, beberapa daerah aliran sungai yang lain juga abai terhadap lingkungan. Bangunan dibuat serampangan, bahkan tidak menyisakan lahan dipinggirnya yang seharusnya menyisakan 7 meter. Akibatnya saat ini bisa ditebak banyak pula bangunan atau yang mengalami longsor dibibir sungai. Â Â
Versi lain penamaan mewek ada yang menyatakan bahwa pada zaman kolonial para pejuang melawan penjajahan dengan menggunakan bamboo runcing. Dan pernah suatu kejadian dengan perlawanan yang sengit para pejuang banyak yang gugur, dan membuat kali menjadi berwarna merah karena darah. Keadaan itu yang membuat rasa sedih bagi para rekan dan kerabatnya.
Saat ini sepanjang Kali Wewek akan diupayakan untuk dikonservasi kembali, mengingat masifnya pembangunan terutama perumahan. Kali Mewek cukup menjadi perhatian besar karena juga melintasi perumahan elit Riverside yang terdapat Hotel Harris nya. Melalui keberadaan kampung Bambu ini diharapkan Sepanjang Kali Mewek untuk dapat menjadi pada posisi awal, dengan rimbunnya tanaman Bambu. Â Â
Sebuah kampung yang berdiri dari pengembangan kampung tematik yang selanjutnya mengikuti Festival Rancang Malang 2016 yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) kota Malang bersama Radar Malang. Yang kemudian mendapat apresiasi juara 1. Saat ini kampung bambu dalam tahap pembentukan jati diri dalam lingkup RW 4 dengan seluruh RT di dalamnya (RT 1-11) Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru.
Ide membangun kampung Bambu ini berawal dari pengamatan dosen arsitektur ITN Malang -sekaligus inisiator- Ir. Budi Fathony, MTA, tentang kali Mewek khususnya dan bantaran sungai pada umumnya yang banyak tidak mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Ia juga mengajak para mahasiswa untuk melakukan observasi menyikapi keadaan ini sekaligus untuk dapat memberi kajian solusinya.
 Dipilihnya kali Mewek tidak lepas dari keberadaan kampus ITN yang berada di Tasikmadu Karangploso, yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan kawasan kali Mewek. Keberadaan Bambu yang secara alami seharusnya bisa menjaga kelestarian bantaran kali menjadi terpinggirkan karena masifnya pembangunan. Ide konservasi lingkungan kemudian diangkat, yang selanjutnya mendapatkan dukungan dari kepala Kelurahan Tunjungsekar. Peran masyarakat pun perlu diberdayakan, maka pembentukan Kampung Tematik Bambu ini bisa menjadi gerakan yang efektif.
Kawasan RW 4 cukup luas dengan kondisi tata ruang wilyah yang beragam. Tak hanya ada keberadaan kampung, namun juga kumpulan rumah dalam bentuk komplek (perumahan), baik yang sudah lama ataupun baru dibangun. Masih nampak pula area persawahan yang terbentang tidak terlalu luas pada sisi dalamnya.
Karena masih dalam penggarapan, mengunjungi kampung tematik ini masih belum begitu terasa nuansa Bambunya. Beberapa rumah warga di tepi jalan kadang terdapat gazebo yang terbuat dari Bambu. Ikon kampung Bambu ini berada pada sisi tepi kali Wewek yang akan dirancang dengan sebutan Bamboo Mewek Park (BMP).
Di kawasan tepian kali ini terdiri dari hamparan sawah dan ladang tanaman Bambu. Ketika tulisan ini di buat (Maret 2018) dalam kawasan BMP ini sedang dibangun menara yang terbuat dari Bambu. Menurut keterangan Muttaqin Eko Wirawan selaku Ketua Swadaya Masyarakat (KSM) dan Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Bamboo Mewek Park  menyatakan bahwa menara Bambu tersebut akan disambungkan dengan flying fox. Dan beberapa lagi dipakai sebagai sarana outbound.
Sedangkan di Kali Meweknya sendiri akan dibangun wisata air. Air kali akan dibendung sehingga akan membentuk aliran yang sedikit tenang. Yang kemudian akan bisa digunakan sebagai wisata rakit Bambu. Sedangkan kali di bawah pintu air akan dipergunakan sebagai wisata tubing dengan menggunakan ban mobil.
Untuk mempercantik kampung ini, di beberapa titik akan dibangun spot selfie yang bertemakan tanaman Bambu. Demikian pula di sepanjang jalan utama akan ditanami tanaman Bambu sehingga akan memperkuat karakter kampung ini dengan Bambunya.
Menurut Wawan keberadaan Kampung Bambu Wewek ini tidak semata-mata ditujukan sebagai tempat wisata. Konsep kampung Bambu ini lebih diarahkan sebagai konservasi lingkungan. Bagaimana mengelola lingkungan dengan lebih baik sehingga nantinya bisa menjadi kota yang bersih dan nyaman.Â
Dengan berlimpahnya tananan Bambu maka lingkungan hidup dan konservasi alam akan lebih baik lagi. Aliran kali akan lebih kokoh secara alami. Demikian pula udara bersih akan lebih banyak lagi, mengingat Bambu dibanding tanaman lain menghasilkan oksigen lebih banyak.
Di lain sisi keberadaan Bambu bisa menjadi indrustri tersendiri baik sebagai pengganti kayu yang saat ini mulai langka. Akan diupayakan untuk membentuk industri Bambu mulai pengadaan, pengolahan, sampai pada bentuk jadi (kerajinan). Tidak itu saja pengolahan Bambu dalam hal ini proses pengawetannya akan menjadi perhatian.
Dan kedepannya diharapkan kampung ini bisa menjadi rujukan untuk pembelajaran konservasi alam mengenai daerah aliran sungan (DAS) serta tentang perbambuan. Nantinya akan dibangun beberapa pusat informasi yang memudahkan para pengunjung baik dari akademisi ataupun masyarakat umum dengan berbagai tujuan baik sebagai tempat studi banding, pembelajaran, dan wisata.
Dan diharapkan kedepannya konservasi lingkungan di sepanjang aliran kali Mewek akan berjalan dengan baik. Dan itu nantinya bisa menjadi rujukan ke daerah lain agar melakukan hal yang sama demi kelestarian lingkungan. Tidak itu saja jika nantinya akan menjadi "wisata alam kota" merupakan "bonus" tersendiri bagi kampung Bambu RW 4 ini. Â Â
--------
Artikel ini ditulis sebagai salah satu  bahan  pembuatan buku "17 Kampung Wisata Tematik di Kota Malang", hasil  kerja  bareng Bolang bersama Dinas Budpar Pemkot Malang, 2018.
Untuk kajian akademis kampung bambu ini selengkapnya bisa akses di temuilmiah.iplbi.or.id
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H