Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Upaya Kampung Bambu dalam Pembelajaran dan Konservasi Lingkungan

2 April 2018   12:58 Diperbarui: 3 April 2018   09:58 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Bamboo Wewek Park yang akan menjadi kawasan reservasi sekaligus rekreasi yang saat ini pada proses pengerjaan. Dok pribadi

Inilah sebuah kampung tematik dengan mengusung tema konservasi alam terutama daerah aliran kali (sungai kecil) yang banyak ditumbuhi jajaran Bambu. Isu lingkungan menjadi menjadi perhatian sebab dengan majunya pembangunan terkadang mengabaikan faktor kelestarian alam. Keberadaan Kampung Bambu Mewek ini sebagai upaya penyadaran sekaligus "kritik" atas kondisi lingkungan tersebut.

Saat ini tidak saja Kali Mewek, beberapa daerah aliran sungai yang lain juga abai terhadap lingkungan. Bangunan dibuat serampangan, bahkan tidak menyisakan lahan dipinggirnya yang seharusnya menyisakan 7 meter. Akibatnya saat ini bisa ditebak banyak pula bangunan atau yang mengalami longsor dibibir sungai.   

Bangunan longsor di bantaran sungai Brantas karena tidak memperdulikan lingkungan dalam pembangunannya. Dok pribadi
Bangunan longsor di bantaran sungai Brantas karena tidak memperdulikan lingkungan dalam pembangunannya. Dok pribadi
Kali Mewek sendiri sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan sebelum Kerajaan Singosari berdiri. Kali Mewek tentu tidak lepas dari legenda Ken Dedes yang asalnya dari Polowijen, daerah yang tidak jauh dari Tunjungsekar. Menurut cerita turun-temurun istilah mewek bisa diartikan menangis. Saat Ken Dedes diculik Tunggul Ametung, meronta-ronta dan menangis ketika berada di kali itu.

Versi lain penamaan mewek ada yang menyatakan bahwa pada zaman kolonial para pejuang melawan penjajahan dengan menggunakan bamboo runcing. Dan pernah suatu kejadian dengan perlawanan yang sengit para pejuang banyak yang gugur, dan membuat kali menjadi berwarna merah karena darah. Keadaan itu yang membuat rasa sedih bagi para rekan dan kerabatnya.

Saat ini sepanjang Kali Wewek akan diupayakan untuk dikonservasi kembali, mengingat masifnya pembangunan terutama perumahan. Kali Mewek cukup menjadi perhatian besar karena juga melintasi perumahan elit Riverside yang terdapat Hotel Harris nya. Melalui keberadaan kampung Bambu ini diharapkan Sepanjang Kali Mewek untuk dapat menjadi pada posisi awal, dengan rimbunnya tanaman Bambu.   

Pintu gerbang yang berada di Jalan Ikan Tombro. Dok pribadi
Pintu gerbang yang berada di Jalan Ikan Tombro. Dok pribadi
Untuk menuju kampung ini bisa melalui tiga akses dari arah Jalan Sukarno-Hatta (Tugu Pesawat) menuju Jalan Ikan Tombro. Bisa juga melalui Jalan Ahmad Yani dari Polowijen, dan dari Karangploso yang bertemu di Jalan Ikan Tombro Barat. Dan tiap jalan akses masuk ditandai dengan gapura hiasan Bambu sebagai pintu gerbang menuju kampung ini.

Sebuah kampung yang berdiri dari pengembangan kampung tematik yang selanjutnya mengikuti Festival Rancang Malang 2016 yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) kota Malang bersama Radar Malang. Yang kemudian mendapat apresiasi juara 1. Saat ini kampung bambu dalam tahap pembentukan jati diri dalam lingkup RW 4 dengan seluruh RT di dalamnya (RT 1-11) Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru.

Ide membangun kampung Bambu ini berawal dari pengamatan dosen arsitektur ITN Malang -sekaligus inisiator- Ir. Budi Fathony, MTA, tentang kali Mewek khususnya dan bantaran sungai pada umumnya yang banyak tidak mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Ia juga mengajak para mahasiswa untuk melakukan observasi menyikapi keadaan ini sekaligus untuk dapat memberi kajian solusinya.

 Dipilihnya kali Mewek tidak lepas dari keberadaan kampus ITN yang berada di Tasikmadu Karangploso, yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan kawasan kali Mewek. Keberadaan Bambu yang secara alami seharusnya bisa menjaga kelestarian bantaran kali menjadi terpinggirkan karena masifnya pembangunan. Ide konservasi lingkungan kemudian diangkat, yang selanjutnya mendapatkan dukungan dari kepala Kelurahan Tunjungsekar. Peran masyarakat pun perlu diberdayakan, maka pembentukan Kampung Tematik Bambu ini bisa menjadi gerakan yang efektif.

Kawasan RW 4 cukup luas dengan kondisi tata ruang wilyah yang beragam. Tak hanya ada keberadaan kampung, namun juga kumpulan rumah dalam bentuk komplek (perumahan), baik yang sudah lama ataupun baru dibangun. Masih nampak pula area persawahan yang terbentang tidak terlalu luas pada sisi dalamnya.

Piagam penghargaan Banboo Mewek Park. Dok Ir Budi Fathony
Piagam penghargaan Banboo Mewek Park. Dok Ir Budi Fathony
Bamboo Mewek Park (BMP) sebagai ikon

Karena masih dalam penggarapan, mengunjungi kampung tematik ini masih belum begitu terasa nuansa Bambunya. Beberapa rumah warga di tepi jalan kadang terdapat gazebo yang terbuat dari Bambu. Ikon kampung Bambu ini berada pada sisi tepi kali Wewek yang akan dirancang dengan sebutan Bamboo Mewek Park (BMP).

Di kawasan tepian kali ini terdiri dari hamparan sawah dan ladang tanaman Bambu. Ketika tulisan ini di buat (Maret 2018) dalam kawasan BMP ini sedang dibangun menara yang terbuat dari Bambu. Menurut keterangan Muttaqin Eko Wirawan selaku Ketua Swadaya Masyarakat (KSM) dan Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Bamboo Mewek Park  menyatakan bahwa menara Bambu tersebut akan disambungkan dengan flying fox. Dan beberapa lagi dipakai sebagai sarana outbound.

Kawasan Bamboo Wewek Park yang akan menjadi kawasan reservasi sekaligus rekreasi yang saat ini pada proses pengerjaan. Dok pribadi
Kawasan Bamboo Wewek Park yang akan menjadi kawasan reservasi sekaligus rekreasi yang saat ini pada proses pengerjaan. Dok pribadi
Area persawahan dekat kali Mewek akan dibuat edukasi menanam padi. Sedangkan lahan yang masih lapang akan dibuat perkemahan. Dengan kontur yang rimbun maka direncanakan akan dibuat "wisata misteri malam hari".

Sedangkan di Kali Meweknya sendiri akan dibangun wisata air. Air kali akan dibendung sehingga akan membentuk aliran yang sedikit tenang. Yang kemudian akan bisa digunakan sebagai wisata rakit Bambu. Sedangkan kali di bawah pintu air akan dipergunakan sebagai wisata tubing dengan menggunakan ban mobil.

Untuk mempercantik kampung ini, di beberapa titik akan dibangun spot selfie yang bertemakan tanaman Bambu. Demikian pula di sepanjang jalan utama akan ditanami tanaman Bambu sehingga akan memperkuat karakter kampung ini dengan Bambunya.

Menurut Wawan keberadaan Kampung Bambu Wewek ini tidak semata-mata ditujukan sebagai tempat wisata. Konsep kampung Bambu ini lebih diarahkan sebagai konservasi lingkungan. Bagaimana mengelola lingkungan dengan lebih baik sehingga nantinya bisa menjadi kota yang bersih dan nyaman. 

Beberapa gazebo akan dikumpai ketika mengunjungi kampung ini. Dok pribadi
Beberapa gazebo akan dikumpai ketika mengunjungi kampung ini. Dok pribadi
Lebih dari itu kesadaran akan konservasi lingkungan terutama di aliran kali Mewek lebih ditekankan. Tanaman Bambu yang sekarang mulai berkurang akan lebih diperbanyak di sepanjang kali Mewek tersebut. Sehingga kedepannya diharapkan kampung ini bisa berswasembada tamanan Bambu.

Dengan berlimpahnya tananan Bambu maka lingkungan hidup dan konservasi alam akan lebih baik lagi. Aliran kali akan lebih kokoh secara alami. Demikian pula udara bersih akan lebih banyak lagi, mengingat Bambu dibanding tanaman lain menghasilkan oksigen lebih banyak.

Di lain sisi keberadaan Bambu bisa menjadi indrustri tersendiri baik sebagai pengganti kayu yang saat ini mulai langka. Akan diupayakan untuk membentuk industri Bambu mulai pengadaan, pengolahan, sampai pada bentuk jadi (kerajinan). Tidak itu saja pengolahan Bambu dalam hal ini proses pengawetannya akan menjadi perhatian.

Dan kedepannya diharapkan kampung ini bisa menjadi rujukan untuk pembelajaran konservasi alam mengenai daerah aliran sungan (DAS) serta tentang perbambuan. Nantinya akan dibangun beberapa pusat informasi yang memudahkan para pengunjung baik dari akademisi ataupun masyarakat umum dengan berbagai tujuan baik sebagai tempat studi banding, pembelajaran, dan wisata.

Kampung Bambu yang dilintasi jalan berbentuk T (Jalan Ikan Tombro dan Ikan Tombro Barat). Sumber Gmap
Kampung Bambu yang dilintasi jalan berbentuk T (Jalan Ikan Tombro dan Ikan Tombro Barat). Sumber Gmap
Wawan juga menjelaskan konsep kampung tematik Bambu ini akan melibatkan segenap dan seluruh warga RW 4 ini. Semua diupayakan berpartisipasi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Diupayakan tidak ada dikotomi bagi warga yang tingal di kawasan kompleks ataupun di kampung. Koordinasi tiap RT akan disinergikan sehingga semua bisa berkontribusi, tidak hanya sebatas yang berada di aliran kali Wewek.

Dan diharapkan kedepannya konservasi lingkungan di sepanjang aliran kali Mewek akan berjalan dengan baik. Dan itu nantinya bisa menjadi rujukan ke daerah lain agar melakukan hal yang sama demi kelestarian lingkungan. Tidak itu saja jika nantinya akan menjadi "wisata alam kota" merupakan "bonus" tersendiri bagi kampung Bambu RW 4 ini.   

--------

Artikel ini ditulis sebagai salah satu  bahan  pembuatan buku "17 Kampung Wisata Tematik di Kota Malang", hasil  kerja  bareng Bolang bersama Dinas Budpar Pemkot Malang, 2018.

Untuk kajian akademis kampung bambu ini selengkapnya bisa akses di temuilmiah.iplbi.or.id

          

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun