Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Geliat Ekonomi Mandiri di Pondok Pesantren yang Kerap Disebut "Masjid Tiban" (Bagian 2)

13 Maret 2018   09:21 Diperbarui: 13 Maret 2018   15:05 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa toko yang berada di lantai 7. Dok pribadi

Tulisan pada bagian pertama sebelumnya lebih menyajikan keunikan ponpes "Masjid Tiban' dari segi bangunan dan pengajaran santri. Untuk tulisan kali ini lebih menyoroti aspek kegiatan ekonominya, baik di luar dan (terutama) di dalam pondok yang berada di Sananrejo Turen ini. Begitu banyaknya pengunjung terutama rombongan luar kota membuat geliat ekonomi bergulir di masyarakat sekitar pondok.

Bus ukuran besar atau sedang biasa dipakai oleh rombongan dengan kapasitas besar kerap berdatangan. Keberadaan beberapa lahan parkir yang luas berada di sepanjang jalur utama menjadi nilai ekonomis bagi warga sekitar. Demikian pula dengan dibukanya aneka kios yang berjualan makanan, buah-buahan, ataupun oleh-oleh ringan lainnya. Walaupun tak berhubungan langsung dengan pihak pondok, warga begitu "kreatif" dalam mengambil peluang ekonomi yang berjalan secara alami.

Beberapa kios dan lahan parkir yang berada di luar pondok yang dikelola warga setempat. Dok pribadi
Beberapa kios dan lahan parkir yang berada di luar pondok yang dikelola warga setempat. Dok pribadi
Aneka toko dan kios di lantai 7 dan 8

Di dalam gedung utama pondok bisa dikunjungi dengan bebas oleh para tamu. Akan ditemui eksterior dan interior yang unik dan mencolok, dan bisa juga disebut instagramable. Akan juga dijumpai kolam renang kecil serta kebun binatang mini yang berada di sisi luar bangunan. Ada sekitar sembilan lantai yang bisa dikelilingi oleh para pengunjung. Petunjuk arah cukup jelas hendak ke mana beberapa ruangan untuk dituju.

Yang menarik adalah yang berada di lantai 7 dan 8, yang mana ada geliat perekonomian di sana. Pada lantai 7 berisi beberapa toko yang menjual aneka busana, souvenir, makanan, serta swalayan mini. Isinya pun cukup lengkap dan tertata rapi dengan lantai yang bersih, pengunjung pun diharapkan melepas alas kakinya. Dan pada sisi sampingnya tersedia toilet dan jajaran tempat duduk bagi pengunjung yang ingin nongkrong.

Toko busana untuk laki laki dan perempuan. Dok pribadi
Toko busana untuk laki laki dan perempuan. Dok pribadi
Swalayan oleh-oleh panganan dan minuman. Dok pribadi
Swalayan oleh-oleh panganan dan minuman. Dok pribadi
Untuk masalah harga barang yang dijual cukup standar, hampir sama dengan toko yang lain. Dan dari sekian banyak pengunjung tentu juga tidak ingin pulang dengan tangan kosong. Maka beberapa toko ini ramai pembelinya. Untuk yang di lantai 7, semua toko milik pondok yang kemudian dikelola dan dijalankan oleh para santri baik laki-laki dan perempuan. Dan beberapa toko ada yang tenaga kerjanya diperbantukan dari unsur warga (non santri).

Di lantai 8 juga ada kegiatan ekonomi dengan sedikit perbedaan seperti dari lantai 7. Di lantai 8 tidak terlampau luas yang berisi beberapa kios yang berukuran lebih kecil. Dan untuk pengelolaannya lebih diserahkan ke warga, dengan skema bagi hasil dengan pihak pondok. Untuk barang yang dijual hampir sama seperti yang berada di lantai 8.  Di lantai ini juga ramai pengunjung baik sebagai pembeli ataupun sekadar melihat-lihat ataupun numpang lewat menuju lantai 9.

Ada yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ekonomi di lantai 7 dan 8 ini. Yaitu segala aktivitas akan dihentikan ketika adzan mulai masuk sampai kegiatan sholat itu selesai. Suasana semacam ini mirip yang terjadi di kota suci Makkah dan Madinah, yang membagi dengan tegas kapan waktu ibadah (ritual) dan aktivitas lainnya.

Beberapa kios yang di kelola warga yang berada di lantai 8. Dok pribadi
Beberapa kios yang di kelola warga yang berada di lantai 8. Dok pribadi
Tersedia warung makanan dan pujasera

Berkeliling bangunan dan kompleks pondok tentu menguras energi. Dan tidak perlu khawatir kelaparan ataupun kehausan. Di kompleks pondok ini tersedia beberapa warung makanan. Dan di sudut lebih ke dalam kompleks pondok juga tersedia pujasera. Menu yang disuguhkan pun hampir sama dengan yang ada di luar pondok. Seperti bakso, mie, tahu telur, ataupun rujak. Untuk harganya pun juga standar tidak jauh berbeda yang ada di luar, dan pengunjung pun tak perlu khawatir untuk mampir.

Untuk pengelolaannya, warung makanan dan pujasera ini ditangani oleh para santri. Dari beberapa kios di pujasera juga terlihat menu yang sama. Namun itu bukan merupakan bentuk persaingan. Suatu bentuk kesadaran bahwa semua ada rezekinya masing-masing untuk dikunjungi. Jika mengacu pada tujuan untuk menjadi santri tentu bukanlah materi yang dicari, kegiatan berjualan merupakan "bonus" tersendiri daripada menghabiskan waktu luang untuk urusan yang tidak berguna. 

Pujasera yang berada di dalam area pondok. Dok pribadi
Pujasera yang berada di dalam area pondok. Dok pribadi
Pengelolaan mandiri dan kreatif

Tidak semua kegiatan atau pun potensi bisa diarahkan menjadi uang (monetisasi). Sengaja pengunjung pun tidak dikenakan biaya demikian pula parkir. Namun untuk urusan jual-beli di beri ruang sehingga kegiatan ekonomi di dalam pondok dapat berputar. Dan tentu saja dalam transaksi "suka sama suka" yang dikedepankan, tetap masalah harga dan kualitas barang masih diperhatikan.

Geliat ekonomi di dalam pondok ini cukup menarik bahkan boleh dibilang "canggih". Suatu kegiatan ekonomi yang bukan sekadar mengejar keuntungan belaka. Dengan berbekal kemandirian untuk mengelola barang dagangan sehingga dapat berputar setiap hari. Suatu kegiatan yang sama-sama menguntungkan baik penjual (dari pihak pondok dan santri) serta pembeli (pengunjung).

Suatu tempat yang dikunjungi, kerap menyediakan sovenir yang berlabel tempat tersebut. Dok pribadi
Suatu tempat yang dikunjungi, kerap menyediakan sovenir yang berlabel tempat tersebut. Dok pribadi
Jika dikaitkan dengan apa yang dilakukan --walau tidak apple to apple- Google, Facebook, ataupun perusahaan market place dalam memperoleh keuntungan, apa yang dilakukan di pondok ini bisa menjadi perhatian. Market yang besar mampu didatangkan dalam hal ini pengunjung. Pondok pun diberi daya tarik dengan bangunan yang cantik dan Instagramable yang semua dapat diakses secara gratis.

Dengan banyaknya pengunjung tentu potensi dalam aktivitas jual beli dengan perantaraan berupa toko dan warung makanan. Dengan dikelola secara benar (jujur, transparan) dan baik (kualitas dan pelayanan) maka pengunjung (pembeli) tidak segan untuk membeli. Semakin banyak transaksi maka semakin banyak pula profit yang didapat. Dan itu akan mampu menghidupi para santri dan juga berkontribusi kepada pondok. Di sela-sela keindahan bangunan pondok yang unik itu juga terselip kegiatan ekonomi dengan kecerdasan finansial yang tidak dapat dianggap remeh.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun