Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sekelumit yang Unik dari Pondok Pesantren yang Kerap Disebut "Masjid Tiban" (Bagian 1)

10 Maret 2018   11:00 Diperbarui: 11 Maret 2018   10:38 1849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komplek pondok bagian dalam yang terdapat kios untuk berjualan. Dok pribadi

Namun demikian dalam pelajaran syariat tetap tidak ditinggalkan. Beberapa kitab pun dipelajari sesuai dengan porsi kemampuan masing-masing santri. Penekanannya lebih lembut. Misalnya kita diperintahkan sholat. Maka dimulai dengan kesadaran bukan paksaan. Demikian pula dengan amalan syariat yang lain.

Sebagai gambaran Suhari mencontohkan keberadaan seekor anjing, yang dalam syariat agama air liurnya dinyatakan najis. Menyikapinya adalah bukan menjauhi anjing itu atau berbuat kasar. Jika terkena air liur, solusinya dengan dibasuh air dan pasir. Jika ada anjing yang kelaparan perlu juga diberi makan, karena posisinya juga makhluk Tuhan. Mungkin seperti itu dalam menyikapi antara syariat dan akhlak.

Pondok ini lebih menekankan urusan hati, maka ketenangan jiwa lah yang dicari. Ditekankan pula untuk bersikap dan berpikir positif. Maka dengan demikian diharapkan tidak mudah untuk  menyalahkan orang lain. 

Misalkan saja ada orang lain yang berbuat tidak menyenakkan kepada kita, maka tidak terburu-buru untuk menyalahkan. Sikap intropeksi diri yang diharapkan, jangan-jangan justru sikap kita yang tidak baik sehingga yang berujung pada tingkah laku yang tak mengenakkan itu.

Selain pelajaran akhlak dan agama, pelajaran yang bersifat umum juga diajarkan. Seperti pelajaran keterampilan, keuangan, serta bangunan. 

Menariknya semua pelajaran itu langsung dipraktikkan. Santri diberi pembelajaran dasar dan apa yang harus dikerjakan. Yang kemudian santri langsung dapat mempraktikkannya, yang dari situlah akan mendapatkan pengalaman kongkrit, trial and error  tentu tidak akan lepas dari metode ini.

Komplek pondok bagian dalam yang terdapat kios untuk berjualan. Dok pribadi
Komplek pondok bagian dalam yang terdapat kios untuk berjualan. Dok pribadi
Perekutan yang unik dan tak memungut bayaran

Namanya ponpes tentu ada santri. Menurut Suhari jumlah santri baik lelaki ataupun perempuan berkisar 380 orang. Dan semua santri menetap di kompleks pondok, dan tetap melakukan aktivitas keseharian. 

Di pondok ini ada aktivitas pembangunan, berjualan, menjaga pos informasi serta parkir dan beberapa aktivitas lainnya. Dan semua itu yang mengelola dan menjaga oleh para santri yang bertugas menurut keahlian masing-masing. Dan pada hari tertentu ada kajian khusus yang disampaikan pengelola ponpes.

Untuk menjadi santri di ponpes ini cukup mudah, hanya kemauan yang kuat untuk belajar dan berubah. Menurut penuturan Suhari, menjadi santri di ponpes ini tidaklah langsung diterima. Para calon santri sebelumnya diberikan waktu untuk beradaptasi terlebih dahulu dengan kurun waktu tertentu. Dan jika memang sudah merasa mantap bisa mengajukan diri ke pengelola untuk jadi santri.

Syarat untuk menjadi santri adalah di atas 17 tahun dan juga melampirkan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari daerah asal. Dan untuk tinggal di pondok tidak ada jangka waktunya, semua tergantung santri akan tinggal di sini terus ataukan suatu saat akan kembali ke lingkungan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun