Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melalui Baitul Maal, Fauzi Perlahan Berantas Rentenir

30 April 2017   20:27 Diperbarui: 30 April 2017   20:40 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika ditanya mengapa mau mengurus Baitul Maal padahal tidak digaji bahkan kadang mengeluarkan dana pribadinya. Ia menuturkan bahwa ia merasa belum bisa membantu sesama dengan harta yang dimikilinya ini. Dan ketika ditawarkan Baznas untuk mengelola dana tersebut untuk disalurkan, ia sambut dengan rasa tanggung jawab. Bahwa membantu tidak saja dengan materi bisa dengan pikiran, tenaga serta waktu luang yang seharusnya dipakai untuk kepentungan pribadi. Ada kepuasan tersendiri bila nasabah tersebut tersenyum dan bisa mengembangkan usahanya.

Sampai saat ini sudah sekitar 200-an nasabah yang menikmati penyaluran dana dari Baitul Maal tersebut. Besar pinjaman yang diberikan bervariasi tergantung kondisi di lapangan, rerata nominalnya kisaran 1-3 juta. Jika angsurannya lancar dan ada perkembangan usaha nasabah dapat pinjam kembali dengan nominal yang lebih besar lagi. Ia mengucap syukur bahwa para nasabah tersebut termasuk katagori baik. Mereka termasuk lancar dalam mengangsur yang dibayarkan ke koordionator masing-masing. Keterlambatan dalam mengangsur pasti ada, 1-3 hari kadang baru dibayarkan dan bila sampai 1-2 minggu “meleset” maka koordinator akan menagihnya ke rumah nasabah untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Untuk selanjutnya di cari jalan keluarnya bila ada permasalahan. Sedari awal Fauzi menekankan bahwa agar para nasabah amanat dalam mengelola pinjaman tersebut, sekaligus kewajibannya dalam mengangsur sehingga tercipta rasa segan.

Melepas jeratan rentenir

Misi Baitul Maal selain untuk memberikan pinjaman sangat lunak kepada nasabahnya agar selanjut dapat berdaya, juga secara tak langsung memberantas paktek rentenir. Syarat menjadi nasabah sudah dipermudah tanpa bagi hasil lagi. Fauzi sering mewanta-wanti kepada nasabah untuk tidak lagi berhubungan dengan rentenir apapun alasannya. Cara lain yang digunakan adalah dengan menempelkan stiker Baitul Maal di rumah dan tempat usahanya, sehingga rentenir akan segan mendekatinya. Fauzi pun memperingatkan cukup keras kepada nasabah. Jika melanggar kesepakatan itu maka ia tidak segan segan memutus hubungan dan memberi label “black list”.

Dan menurut penuturannya nasabah cukup mematuhi kesepakatan yang ada. Dan ia mengucap rasa syukurnya bahwa keberadaan rentenir terhambat geraknya, yang jelas kalah saingan dengan Baitul Maal. Dan lambat laun keberadaan rentenir mulai berkurang di daerah Kelurahan Kebonsari walaupun tidak sepenuhnya dapat diberantas 100 persen.

Langkah yang dilakukan Fauzi ini patut diapresasi. Yang mau berbuat sesuatu untuk memerangi sistem rentenir ini dengan cara yang lebih baik dan manusiawi. Ada kalanya segala usaha itu memerlukan keuntungan yang sifatnya materi, dibalik itu semua tentu ada tanggung jawab yang sifatnya sosial. Fauzi dengan baik menyeimbangkan kepentingan dua kutub itu. Kepedulian sesama terutama kalangan kecil perlu juga dibina dan diberi kesempatan untuk berusaha dan memperbaiki nasibnya. Tidak perlu banyak teori langsung terjun ke lapangan, mencari jalan keluar dan mengatasi sumber masalahnya. Kiprah Fauzi yang mau peduli telah membuktikan, dengan Baitul Maal pada akhirnya praktek rentenir itu  dapat terpinggirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun