Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Media Sosial Populerkan Taman Bunga di Coban Rais

17 Januari 2017   06:59 Diperbarui: 17 Januari 2017   09:23 2095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak pengunjung menaiki pohon pinus yang sudah dimodifikasi untuk mendapatkan view terbaik, perlu tambahan biaya mendapatkan fasilitas tersebut. Dok Pribadi

Ada wahana baru di kota Batu, yang saat ini begitu heboh di media sosial. Saking hebohnya banyak wisatawan berkunjung ke tempat ini terutama kaum mudanya, dapat dimaklumi juga bahwa di kota sebelahnya (kota Malang) terdapat ribuan mahasiswa yang kuliah di berbagai Perguruan Tinggi (PT). Fenomena kehebohan ini begitu menarik, berbagai komentar para pengunjung usai berkunjung ke tempat ini. Banyak yang puas, dan tidak sedikit pula yang kecewa. Ada apa sebenarnya di tempat ini ?

Suatu kesempatan yang tidak saya sia-siakan untuk berkunjung ke tempat ini pada hari Minggu (15/01) lalu. Tidak sendiri, bersama rekan dari Bolang (Blogger Kompasiana Malang) yang sehari sebelumnya (14/01) kopdaran untuk membahas kegiatan Bolang satu tahun mendatang. Kami pun berkesempatan menginap di Eren Homestay (milik mbak Eren dan terima kasih pula atas segala fasilitasnya) yang letaknya tidak jauh dari beberapa lokasi wisata Batu ini.

Kami berangkat ke lokasi sekitar jam 10 pagi dengan mengendarai mobil pak Yunus dari Eren Homestay. Tidak sampai 15 menit akhirnya sampai di lokasi, yaitu di kawasan Wana Wisata Coban Rais, yang berada di desa Oro-oro Ombo Kota Batu. Ketika memasuki pintu gerbang sudah tampak keramaian oleh pengunjung. Ratusan (bisa jadi ribuan) sepeda motor serta puluhan berjajar di tempat parkir. Dan tampak pula 2 bis ukuran tanggung yang sedang mengantar rombongan.

Bukit Bulu yang sudah
Bukit Bulu yang sudah
Wahana baru belum selesai, langsung booming

Untuk lokasi wisata sebenarnya bukanlah tempat yang baru, sudah ada puluhan tahun lalu, yaitu air terjun Coban Rais yang dikelola oleh Perhutani. Coban Rais semakin banyak dikunjungi sebab dikawasan tersebut ditambah wahana baru yaitu Batu Flower Garden yang terbagi dalam lima bagian. Yang paling populer adalah taman bunga yang berada di bukit Bulu, dan akhirnya tempat ini populer –dengan nama tak resmi- Taman Bulu.

Agus dari Perhutani saat memberikan penjelasan situasi terkini. Dok Pribadi
Agus dari Perhutani saat memberikan penjelasan situasi terkini. Dok Pribadi
Menurut keterangan Agus penjaga kawasan Coban Rais dari Perhutani ini menyatakan bahwa sebenarnya kawasan baru ini belum secara resmi diluncurkan. Pembangunan  dalam proses pengerjaan dan sampai saat ini masih berjalan sekitar 5 persen saja. Tempat ini langsung populer diakibatkan oleh salah satu pengunjung Coban Rais yang memotret bukit Bulu yang di tanam beberapa bunga warna-warni. Yang kemudian foto tersebut  di-posting di media sosial, dan di luar dugaan dianggap menarik yang kemudian menjadi viral.

Dan Coban Rais pun menjadi ramai, yang tujuannya bukan lagi ke air terjun tetapi ke wahana baru tersebut. Ke tempat yang unik tujuannya sudah jelas, di era Teknologi Informasi (TI) ini urusan berfoto ria atau selfie sudah menjadi gaya hidup tersendiri. Foto pun tidak dinikmati sendiri, beberapa diantaranya di-sharing di akun media sosialnya. Dan dari media sosial tersebut wahana ini semakin membuat penasaran yang melihatnya, dan hal itulah yang membuat mereka ingin melihatnya secara langsung.

Jumlah kendaraan yang mebludak di akhir pekan. Dok Pribadi
Jumlah kendaraan yang mebludak di akhir pekan. Dok Pribadi
Agus juga menjelaskan ada peningkatan cukup signifikan jumlah pengunjung dengan adanya wahana baru ini. Saat ini seharinya bisa 700-800 pengunjung, bila akhir pekan bisa melonjak 2000 sampai 2500. Dibandingkan sebelum adanya wahana ini, dalam seminggu jumlah pengunjung sekitar 400-an saja. Pendapatan pengelola pun bertambah, dari tiket pengunjung ditambah pula dengan parkir.

Wahana lain selain taman bunga yang tidak kalah menariknya. Dok Pribadi
Wahana lain selain taman bunga yang tidak kalah menariknya. Dok Pribadi
Ada biaya tambahan

Sebenarnya tiket masuk ke kawasan Coban cukup terjangkau, 10 ribu rupiah saja, yaitu untuk menikmati air terjun yang jaraknya lumayan jauh untuk sampai tujuan. Di jarak pertengahan dibangun wahana tersebut yang berjumlah 5 buah dengan kawasan yang terpisah. Pada saat ini pembangunan wahana masih dalam penyelesaian akhir. Namun rupanya pengunjung tidak sabar untuk menikmatinya, akhirnya pengelola pun “mengalah” dan mempersilahkan pengunjung untuk masuk asal mau membayar biaya tambahan sebesar 25 ribu.

Area dekat pintu masuk menuju taman bunga. Dok Pribadi
Area dekat pintu masuk menuju taman bunga. Dok Pribadi
Tampak pengunjung menaiki pohon pinus yang sudah dimodifikasi untuk mendapatkan view terbaik, perlu tambahan biaya mendapatkan fasilitas tersebut. Dok Pribadi
Tampak pengunjung menaiki pohon pinus yang sudah dimodifikasi untuk mendapatkan view terbaik, perlu tambahan biaya mendapatkan fasilitas tersebut. Dok Pribadi
Mencari tempat terbaik dalam berpose di tepi kecuraman. Dok Pribadi
Mencari tempat terbaik dalam berpose di tepi kecuraman. Dok Pribadi
Berpose di atas taman bunga yang menutupi badan bukit. Dok M Yunus
Berpose di atas taman bunga yang menutupi badan bukit. Dok M Yunus
Dari 25 ribu tersebut pengunjung dapat menikmati lima wahana tersebut dan diberi bonus 2 file foto gratis. Dan di tiap-tiap wahana tersebut terdapat tempat “khusus” yang bagus untuk berfoto ria. Tempatnya begitu menantang dan menguji adrenalin bagi yang ingin menikmatinya. Seperti ayunan di bibir jurang, beberapa panggung yang ditempatkan di pohon. Diantaranya ada yang bertulisan huruf I, lambang cinta, dan huruf U. Pengunjung yang berminat dapat menaiki panggung tersebut dan kemudian dapat diambil fotonya dalam hal ini oleh fotografer dari pengelola, dan ada tambahan lagi sebesar 10 ribu rupiah.

Menurut Agus adanya biaya tersebut adalah sesuatu yang tidak terelakkan. Yang jelas pengelola dalam hal ini Perhutani menggandeng investor untuk membangun wahana tersebut. Dari 25 ribu tersebut akan dibagi buat investor, pengelola (Perhutani), dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) serta untuk biaya asuransi buat pengunjung. Untuk masyarakat sekitar diberi bagian juga yaitu dengan pengelolaan parkir, serta berjualan makanan dan minuman.

Tarif yang dikenakan untuk menikati wahana yang ada. Dok Pribadi
Tarif yang dikenakan untuk menikati wahana yang ada. Dok Pribadi
Ada puas dan tidak puas bagi pengunjung

Berbagai tanggapan pengunjung setelah mengunjungi tempat ini. Dari media sosial bisa dilihat dari beragamnya tanggapan tersebut. Di google map sudah terindeks tempat ini dan berbagai tanggapan dapat dilihat dengan jelas. Beberapa cukup puas, terutama yang dapat berfoto di tempat “ekstrem” tersebut. Apalagi hasil fotonya cukup bagus dan mengagumkan, tidak ragu memamerkannya di media sosial.  

Beberapa ruas jalan yang sedang dibangun paving. Dok Pribadi
Beberapa ruas jalan yang sedang dibangun paving. Dok Pribadi
Tidak sedikit pula pengunjung yang kecewa. Mulai dari jalan yang becek bila hujan , wahananya masih belum jadi, sampai  keluhan adanya biaya tambahan menikmati wahana tersebut. Beberapa keluhan tersebut sebernarnya harus bisa dipahami, sebab informasi yang sampai di pengunjung tidak begitu lengkap. Sehingga ekspektasi pengunjung begitu tinggi terhadap wahana tersebut.

Seharusnya pengelola memberikan informasi yang lengkap sehingga pengunjung tidak “kecele”.  Beberapa yang perlu diperhatikan adalah bahwa wahana ini belumlah 100 persen jadi, semua masih dalam pengerjaan termasuk pada jalan yang saat ini masih dalam proses pavingisasi. Menurut Agus diperkirakan pembangunan wahana ini membutuhkan waktu 2 tahunan. Maka bila saat ini dianggap “jelek” dan mengecewakan, sesuatu hal yang wajar karena memang belum jadi.

Masih banyak yang harus diselesaikan, seperti pembatas jalan dan toilet. Dok Pribadi
Masih banyak yang harus diselesaikan, seperti pembatas jalan dan toilet. Dok Pribadi
Untuk biaya tambahan sebenarnya hal tersebut adalah opsional.  Jika ingin tempat yang lebih baik dan menantang maka perlu biaya tambahan. Harus dipahami juga bahwa tujuan sebenarnya pada kawasan Coban Rais ini adalah air terjunnya, bukan wahana tesebut. Ada yang salah sangka dari pengunjung bahwa tujuan utama ke wahana tersebut, padahal wahana baru ini belum resmi diluncurkan. Maka tidak heran pula bila beberapa pengunung yang kecewa.

Dari segi positifnya dengan adanya biaya tambahan tersebut adalah tidak membludaknya pengunjung memasuki wahana yang dalam pengerjaan tersebut. Banyaknya pengunjung akan menyebabkan beberapa taman yang rusak, dan itu harus segera diperbaiki. Terlepas pengelola ambil “posisi untung” dari membludaknya pengunjung ini maka harus bisa dikomunikasikan dengan baik. Dan jika suatu saat nanti sudah resmi diluncurkan hasilnya akan baik dan mampu menjadi destinasi wisata baru unggulan.

Sepanduk dengan kata bersayap kapan pastinya wahana ini akan dibuka secara resmi. Dok Pribadi
Sepanduk dengan kata bersayap kapan pastinya wahana ini akan dibuka secara resmi. Dok Pribadi
Dan semoga saja melalui tulisan ini dapat membantu kepada pengunjung yang hendak mengunjungi tempat ini. Jangan berharap terlalu tinggi terhadap wahana ini sebab saat ini masih dalam posisi pengerjaan. Sebelum masuk ke tempat ini dipelajari dahulu dengan browsing di internet dengan melihat foto-foto dan testimoni yang sudah mengunjungi wahana ini.

Dan jika dirasa perlu untuk menutupi rasa penasaran silahkan kunjungi tempat ini. Siapkan dana 25 ribu untuk memasuki lima wahana tersebut dan tambahan 10 ribu untuk jasa pemotretan. Dan harus disadari pula bahwa untuk menikmati sensasi atau pengalaman baru memang ada harga yang harus dikeluarkan, jangan mudah menjadi “korban” beraktifitas di media sosial. Jadi jangan terburu kecewa dahulu.

Berfose bersama di puncak 'bukit berbunga'. Dok M Yunus
Berfose bersama di puncak 'bukit berbunga'. Dok M Yunus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun