Ada wahana baru di kota Batu, yang saat ini begitu heboh di media sosial. Saking hebohnya banyak wisatawan berkunjung ke tempat ini terutama kaum mudanya, dapat dimaklumi juga bahwa di kota sebelahnya (kota Malang) terdapat ribuan mahasiswa yang kuliah di berbagai Perguruan Tinggi (PT). Fenomena kehebohan ini begitu menarik, berbagai komentar para pengunjung usai berkunjung ke tempat ini. Banyak yang puas, dan tidak sedikit pula yang kecewa. Ada apa sebenarnya di tempat ini ?
Suatu kesempatan yang tidak saya sia-siakan untuk berkunjung ke tempat ini pada hari Minggu (15/01) lalu. Tidak sendiri, bersama rekan dari Bolang (Blogger Kompasiana Malang) yang sehari sebelumnya (14/01) kopdaran untuk membahas kegiatan Bolang satu tahun mendatang. Kami pun berkesempatan menginap di Eren Homestay (milik mbak Eren dan terima kasih pula atas segala fasilitasnya) yang letaknya tidak jauh dari beberapa lokasi wisata Batu ini.
Kami berangkat ke lokasi sekitar jam 10 pagi dengan mengendarai mobil pak Yunus dari Eren Homestay. Tidak sampai 15 menit akhirnya sampai di lokasi, yaitu di kawasan Wana Wisata Coban Rais, yang berada di desa Oro-oro Ombo Kota Batu. Ketika memasuki pintu gerbang sudah tampak keramaian oleh pengunjung. Ratusan (bisa jadi ribuan) sepeda motor serta puluhan berjajar di tempat parkir. Dan tampak pula 2 bis ukuran tanggung yang sedang mengantar rombongan.
Untuk lokasi wisata sebenarnya bukanlah tempat yang baru, sudah ada puluhan tahun lalu, yaitu air terjun Coban Rais yang dikelola oleh Perhutani. Coban Rais semakin banyak dikunjungi sebab dikawasan tersebut ditambah wahana baru yaitu Batu Flower Garden yang terbagi dalam lima bagian. Yang paling populer adalah taman bunga yang berada di bukit Bulu, dan akhirnya tempat ini populer –dengan nama tak resmi- Taman Bulu.
Dan Coban Rais pun menjadi ramai, yang tujuannya bukan lagi ke air terjun tetapi ke wahana baru tersebut. Ke tempat yang unik tujuannya sudah jelas, di era Teknologi Informasi (TI) ini urusan berfoto ria atau selfie sudah menjadi gaya hidup tersendiri. Foto pun tidak dinikmati sendiri, beberapa diantaranya di-sharing di akun media sosialnya. Dan dari media sosial tersebut wahana ini semakin membuat penasaran yang melihatnya, dan hal itulah yang membuat mereka ingin melihatnya secara langsung.
Sebenarnya tiket masuk ke kawasan Coban cukup terjangkau, 10 ribu rupiah saja, yaitu untuk menikmati air terjun yang jaraknya lumayan jauh untuk sampai tujuan. Di jarak pertengahan dibangun wahana tersebut yang berjumlah 5 buah dengan kawasan yang terpisah. Pada saat ini pembangunan wahana masih dalam penyelesaian akhir. Namun rupanya pengunjung tidak sabar untuk menikmatinya, akhirnya pengelola pun “mengalah” dan mempersilahkan pengunjung untuk masuk asal mau membayar biaya tambahan sebesar 25 ribu.
Menurut Agus adanya biaya tersebut adalah sesuatu yang tidak terelakkan. Yang jelas pengelola dalam hal ini Perhutani menggandeng investor untuk membangun wahana tersebut. Dari 25 ribu tersebut akan dibagi buat investor, pengelola (Perhutani), dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) serta untuk biaya asuransi buat pengunjung. Untuk masyarakat sekitar diberi bagian juga yaitu dengan pengelolaan parkir, serta berjualan makanan dan minuman.
Berbagai tanggapan pengunjung setelah mengunjungi tempat ini. Dari media sosial bisa dilihat dari beragamnya tanggapan tersebut. Di google map sudah terindeks tempat ini dan berbagai tanggapan dapat dilihat dengan jelas. Beberapa cukup puas, terutama yang dapat berfoto di tempat “ekstrem” tersebut. Apalagi hasil fotonya cukup bagus dan mengagumkan, tidak ragu memamerkannya di media sosial.
Seharusnya pengelola memberikan informasi yang lengkap sehingga pengunjung tidak “kecele”. Beberapa yang perlu diperhatikan adalah bahwa wahana ini belumlah 100 persen jadi, semua masih dalam pengerjaan termasuk pada jalan yang saat ini masih dalam proses pavingisasi. Menurut Agus diperkirakan pembangunan wahana ini membutuhkan waktu 2 tahunan. Maka bila saat ini dianggap “jelek” dan mengecewakan, sesuatu hal yang wajar karena memang belum jadi.
Dari segi positifnya dengan adanya biaya tambahan tersebut adalah tidak membludaknya pengunjung memasuki wahana yang dalam pengerjaan tersebut. Banyaknya pengunjung akan menyebabkan beberapa taman yang rusak, dan itu harus segera diperbaiki. Terlepas pengelola ambil “posisi untung” dari membludaknya pengunjung ini maka harus bisa dikomunikasikan dengan baik. Dan jika suatu saat nanti sudah resmi diluncurkan hasilnya akan baik dan mampu menjadi destinasi wisata baru unggulan.
Dan jika dirasa perlu untuk menutupi rasa penasaran silahkan kunjungi tempat ini. Siapkan dana 25 ribu untuk memasuki lima wahana tersebut dan tambahan 10 ribu untuk jasa pemotretan. Dan harus disadari pula bahwa untuk menikmati sensasi atau pengalaman baru memang ada harga yang harus dikeluarkan, jangan mudah menjadi “korban” beraktifitas di media sosial. Jadi jangan terburu kecewa dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H