Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kampung Warna Warni, Pola Pembangunan Wisata dari Bawah yang Tidak Bengis

29 Oktober 2016   10:26 Diperbarui: 22 Desember 2016   11:29 3276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
USAHA WARGA. Banyaknya pengunjung dapat dimanfaatkan warga untuk meraih penghasilan tambahan selain rumahnya tampak indah dipandang. Dok pribadi

Ada destinasi wisata yang baru hadir di kota Malang yang usinya masih belum genap setahun sejak mulai digarap. Tempat ini menjadi ramai dikunjungi warga baik dari dalam kota (termasuk pendatang, umumnya mahasiswa) dan terutama dari luar kota dan beberapa wisatawan asing. Suatu tempat yang sebenarnya sederhana, namun karena unik dan menarik maka menjadi perhatian warga. Tempat yang dimaksud adalah Kampung Warna Warni Jodipan (KWJ). Di ranah online dari media arus utama (mainstream) dan  khususnya di media sosial (Facebook, Twitter, Instragram, blog) mengenai pemberitaan terutama untuk gambar sudah banyak diunggah.

Bercerita tentang kawasan wisata ini sebenarnya hanya sebuah “kecelakaan” yang tidak disengaja. Awalnya adalah dari sebuah tugas kuliah lapangan dari mahasiswa jurusan ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam satu kawasan. Dan para mahasiswa ini “bertugas” di kampung yang berada di tepi sungai Brantas tersebut, yang sebelumnya adalah kawasan kumuh yang tidak sedap dipandang dengan perilaku masyarakat yang kurang  peduli pada lingkungan.

JALAN KAMPUNG. Lorong jalan pun di beri cat warna warni demi memperindah kampung agar lebih berseni. Dok pribadi
JALAN KAMPUNG. Lorong jalan pun di beri cat warna warni demi memperindah kampung agar lebih berseni. Dok pribadi
MURAL. Di sepanjang dinding jalan dimanfaatkan untuk gambar mural untuk lebih memperindah warna pada tembok dan atap yang di cat satu warna. Dok pribadi
MURAL. Di sepanjang dinding jalan dimanfaatkan untuk gambar mural untuk lebih memperindah warna pada tembok dan atap yang di cat satu warna. Dok pribadi
Singkat cerita, para mahasiswa ini mengajukan usul untuk membuat kampung ini lebih bersih dan “berwarna”. Proposal pun diajukan ke perusahaan cat dan kemudian disetujui menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR). Akhirnya rumah penduduk di lingkungan RW 2 kelurahan Jodipan kecamatan Blimbing tersebut di cat sedemikian rupa menjadi warna warni mulai dari dinding tembok, atap (genteng) dan jalan kampung. Untuk pengerjaannya secara gotong royong beberapa dari warga setempat, bantuan tenaga dari TNI terutama dalam mengecat jembatan, selebihnya para tukang yang dipekerjakan perusahaan cat tersebut. Proses pengecatan di mulai bulan Juni 2016, dan kemudian mendapat perhatian pemerintah kota dengan meresmikannya 4 September lalu.

Dan hasilnya cukup bagus, dan ternyata menjadi suatu pemandangan unik dan mengesankan. Kampung ini melengkapi konsep yang sudah ada di beberapa tempat : Nyhavn di Denmark, Rio De Janiero di Brasil punya Favela, dan di Yogyakarta dengan Kampung Code nya. Beberapa pada dinding tembok di KWJ dilukis layaknya gambar mural. Tanggapan selanjutnya tanpa ada yang dikomando, warga yang melihat jejeran rumah di bantaran sungai yang penuh warna itu melakukan selfie dan kemudian diunggah di akun media sosialnya. Foto itu kemudian menjadi viral di media sosial yang kemudian membuat penasaran di jagat maya. Akhirnya mereka datang sendiri (atau kebetulan mengunjungi Malang) untuk melihat keunikan kampung itu. Dan melakukan hal serupa dengan foto-fotoan, yang kemudian diunggah juga di media sosialnya.

PADU. Tampak keserasian warna antara dinding rumah warga dan jalan kampung yang dilalui. Dok pribadi
PADU. Tampak keserasian warna antara dinding rumah warga dan jalan kampung yang dilalui. Dok pribadi
TERUS BERBENAH. KWJ terus berbenah dalam mempercantik diri. Dok pribadi
TERUS BERBENAH. KWJ terus berbenah dalam mempercantik diri. Dok pribadi
Ada perubahan drastis dan berefek

Keberadaan kampung warna warni ini membuat perubahan yang positif bagi warga yang mukim di dalamnya. Banyaknya pengunjung membuat warga berbenah diri. Para warga menganggap para pengunjung tersebut sebagai tamu yang harus dijamu dengan baik. Beberapa warga yang saya sempat saya tanyai apakah keberatan dengan para pengunjung yang datang silih berganti itu?. Jawabannya justru mereka senang dikunjungi dan tidak merasa terganggu dan mereka tetap melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya.

Perubahan yang cukup signifikan adalah seperti tujuan awal para mahasiswa yang disampaikan ke warga tersebut. Yaitu membuat kawasan kumuh menjadi kawasan yang bersih dan tertata. Dan memang tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya pengecatan di dinding, atap, pagar rumah milik warga itu membuat keadaan lebih cantik dan berseni. Dan pada akhirnya agar tidak mengecewakan para pengunjung, warga dengan penuh kesadaran akhirnya menjaga rumahnya masing-masing tetap bersih dan nyaman. Yang dahulunya membuang sampah langsung ke sungai akhirnya dibuang di tempat sampah yang secara rutin ada petugas yang membawa sampah itu keluar dari kampung ini.

BUNGA PLASTIK. Walaupun hanya imitasi, warga pun kreatif memperindah halaman sempit rumahnya agar terlihat lebih indah. Tampak di seberang sungai terlihat Kampung 3D yang siap dikembangkan setelah Kampung Warna Warni. Dok pribadi
BUNGA PLASTIK. Walaupun hanya imitasi, warga pun kreatif memperindah halaman sempit rumahnya agar terlihat lebih indah. Tampak di seberang sungai terlihat Kampung 3D yang siap dikembangkan setelah Kampung Warna Warni. Dok pribadi
Perilaku bersih juga diupayakan tidak membuat pemandangan yang tidak menyenangkan. Yang dahulu menjemur pakaian sembarangan di depan rumah akhirnya dipindah ke tempat yang lebih tersembunyi, bisa dibelakang rumah atau berbagi dengan tetangga yang memiliki halaman yang luas. Dan pada akhirnya pengunjung pun merasa puas mengunjungi kampung ini terutama untuk mengabadikan diri melalui kamera.

Efek lain dengan berubahnya menjadi KWJ membuat ekonomi warga bergeliat. Warung warga bertambah ramai dan beberapa diantaranya membuka lapak baru untuk berjualan. Para pemuda yang dalulu pengangguran akhirnya mempunyai penghasilan walaupun itu hanya mengelola parkir kendaraan pengunjung. Suatu efek yang positif dalam rangka mengatasi permasalahan ekonomi yang tidak merembet ke masalah sosial.

WARUNG. Nama warungnya disesuaikan dengan penamaan kampung yang baru. Menyediakan kebutuhan warga setempat dan pengunjung yang singgah di kampung tersebut. Dok pribadi
WARUNG. Nama warungnya disesuaikan dengan penamaan kampung yang baru. Menyediakan kebutuhan warga setempat dan pengunjung yang singgah di kampung tersebut. Dok pribadi
USAHA WARGA. Banyaknya pengunjung dapat dimanfaatkan warga untuk meraih penghasilan tambahan selain rumahnya tampak indah dipandang. Dok pribadi
USAHA WARGA. Banyaknya pengunjung dapat dimanfaatkan warga untuk meraih penghasilan tambahan selain rumahnya tampak indah dipandang. Dok pribadi
Sebagai layaknya destinati wisata lainnya, fasiltas umum keperluan pengunjung juga diperhatikan. Toilet umum pun di sediakan, jadi tidak perlu ke toilet di rumah warga, cukup membayar dua ribu rupiah untuk membantu jasa kebersihan. Tempat ibadah seperti mushola juga ada, sudah ada sebelumnya yang memang pelengkap layaknya sebuah kampung. 

MUSHOLLA. Tempat ibadah juga tersedia. Tidak perlu khawatir pengunjung berlama-lama berdiam di kampung tanpa meninggalkan kewajiban agama. Dok pribadi
MUSHOLLA. Tempat ibadah juga tersedia. Tidak perlu khawatir pengunjung berlama-lama berdiam di kampung tanpa meninggalkan kewajiban agama. Dok pribadi
TOILET. Urusan ke “belakang” dapat terjamin, disediakan buat pengunjung. Dok ribadi
TOILET. Urusan ke “belakang” dapat terjamin, disediakan buat pengunjung. Dok ribadi
Keberhasilan KWJ menjadi daya tarik wisatawan membuat kampung di sekitarnya ingin meniru langkah serupa. Upaya pun dilakukan dan mendapat sambutan hangat dari perusahaan cat yang sama seperti di KWJ. Namun konsepnya berbeda di kampung sebelah sungai KWJ tersebut juga dilakukan pengecatan. Di kampung yang berada di RW 12 kel Kesatrian kecamatan Blimbing ini untuk lukisan  di dinding warga dengan konsep tematik gambar tiga dimensi (3D) seperti yang ada beberapa destiansi wahana wisata yang sudah ada. Maka kawasan ini menyebutkan diri kampung tridi.

BERBENAH. Kampung Tridi yang dikembangkan sebagai perluasan kesuksesan Kampung Warna Warni dengan sedikit berbeda konsep. Dok pribadi
BERBENAH. Kampung Tridi yang dikembangkan sebagai perluasan kesuksesan Kampung Warna Warni dengan sedikit berbeda konsep. Dok pribadi
DEPAN. Memasuki kampung yang akan disuguhi berbagai gambar 3D. Dok pribadi
DEPAN. Memasuki kampung yang akan disuguhi berbagai gambar 3D. Dok pribadi
BERAKSI. Beberapa gambar 3D di dinding warga, siap diabadikan pengunjung. Dok pribadi
BERAKSI. Beberapa gambar 3D di dinding warga, siap diabadikan pengunjung. Dok pribadi
Perlu pengembangan, terutama masalah parkir 

Sejak awal memang KWJ ini tidak diperuntukkan untuk destinasi wisata. Namum pada kenyataannya ketika para pengunjung yang begitu membludak maka mau tidak mau dikondisikan menjadi kawasan wisata yang mengalir secara alamiah. Pengunjung pun banyak pula berasal dari luar kota. Malang memang daerah wisata maka kebanyakan yang mengunjungi Malang dan sekitarnya (Batu, Kabupaten Malang) akan berusaha mengunjungi kampung warna warni ini.

Permasalahan yang sering timbul adalah kurangnya lahan parkir bagi kendaraan pengunjung. Jika pengunjung ramai terkadang pula trotoar harus dikorbankan menjadi tempat parkir. Jika sepeda motor akan bisa dicarikan solusinya dengan parkir di lahan pertokoan yang tidak jauh dari kampung ini. Namun bagi bis dari luar kota yang membawa rombongan banyak ini akan mengalami kesulitan untuk tempat parkirnya. Andaipun ada harus parkir cukup jauh.

STRATEGIS. Kedua kampung tersebut berada tidak jauh dari pusat kota Malang. Dari stasiun Malang pun cukup dekat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Di sekitar Jalan Panglima Sudirman ada beberapa lahan luas kosong, bisa juga dipergunakan sebagai lahan parkir terutama bagi bis. Diolah dari Google Map
STRATEGIS. Kedua kampung tersebut berada tidak jauh dari pusat kota Malang. Dari stasiun Malang pun cukup dekat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Di sekitar Jalan Panglima Sudirman ada beberapa lahan luas kosong, bisa juga dipergunakan sebagai lahan parkir terutama bagi bis. Diolah dari Google Map
Pemerintah kota sepertinya harus turun tangan mengatasi masalah perparkiran ini. Jika memang diniatkan akan menjadi kawasan wisata maka infrastuktrur harus dipersiapkan (by design). Bis wisata dari luar kota akan banyak berdatangan untuk mengantarkan rombongan, apalagi bila jumlahnya banyak. Jalan keluar sebenarnya bisa diupayakan dengan menggunakan lahan kosong yang tidak jauh dari kampung itu. Lahan kosong tersebut memang berada di kawasan militer, entah itu milik TNI atau PT KAI ataupun pihak lainnya.

Terlepas dari itu semua jika memang itu milik TNI, pemkot bisa berkoordinasi secara intensif. Bisa pula dengan pola bagi hasil ataupun apa namanya, masalah perparkiran harus segera diatasi. Jika tidak maka akan merembet masalah lainnya: kemacetan lalu lintas. Aspek peraturan ataupun tupoksi TNI dapat dibicarakan lebih lanjut tanpa ada sesuatu yang dilanggar. Karena ini berhubungan dengan kepentingan yang lebih luas yang ujung-ujungnya demi kemakmuran rakyat.

PARKIR SEMPIT. Lahan parkir bagi pengunjung sangat terbatas, dalam beberapa situasi memakan area trotoar. Pemerintah kota diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut demi kenyamanan pengunjung dan tidak menggangu pegendara kendaraan yang lain. Dok pribadi
PARKIR SEMPIT. Lahan parkir bagi pengunjung sangat terbatas, dalam beberapa situasi memakan area trotoar. Pemerintah kota diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut demi kenyamanan pengunjung dan tidak menggangu pegendara kendaraan yang lain. Dok pribadi
LAHAN TIDUR. Beberapa kawasan di Jalan Panglima Sudirman terdapat lahan yang tidak terpakai. Bisa dimanfaatkan untuk tempat parkir bis, tinggal koordinasi intensif dengan pemilih lahan. Dok pribadi
LAHAN TIDUR. Beberapa kawasan di Jalan Panglima Sudirman terdapat lahan yang tidak terpakai. Bisa dimanfaatkan untuk tempat parkir bis, tinggal koordinasi intensif dengan pemilih lahan. Dok pribadi
Pembangunan yang tidak bengis

Adanya KWJ yang kemudian dapat menjadi destinasi wisata merupakan suatu sisi lain dari pembangunan yang berdampak positif. Tidak ada kegaduhan ataupun penolakan warga. Inilah suatu pola pembangunan yang ideal di mana semua pihak tidak ada yang dikorbankan. Warga pun senang rumahnya di cat sehingga menjadi menjadi bagus dan rapi. Pihak perusahaan cat pun dapat menyalurkan dana CSR dengan tepat sasaran, dari mahasiswa pun dapat mengaplikasikan ilmunya secara nyata tidak sekedar mempelajari teori di bangku kuliah saja.

Semua pihak terkait: pemerintah, masyarakat, swasta, kampus (mahasiswa, akademisi) mempunyai fungsinya sendiri dan mereka dalam beraktivitas tidak dapat berjalan sendiri. Untuk itu diperlukan sinergi semua kalangan untuk dapat saling mengisi dan berkontribusi sesuai fungsinya masing-masing. Dan KWJ ini menjadi suatu bukti adanya saling keterkaitan itu. Dan hasilnya ternyata melebihi dari yang diharapkan, yang awalnya mengubah kampung kumuh menjadi daerah wisata dan mampu meningkatkan pendapatan warga. Suatu “bonus” yang tidak disangka-sangka sekedar menilai fenomena KWJ ini. Dalam situasi dan kondisi yang berbeda kampung ini layak menjadi proyek percontohan (pilot project) di tempat lain atau dalam bidang yang berbeda.

DUA KAMPUNG. Sisi kiri sungai Brantas adalah Kampung Warna Warni Jodipan (KWJ), sisi kanannya adalah Kampung Tridi Kesatrian yang menyusul kesuksesan KWJ. Tampak pula jembatan yang di cat warna warni untuk menyelaraskan kedua kampung. Dok pribadi
DUA KAMPUNG. Sisi kiri sungai Brantas adalah Kampung Warna Warni Jodipan (KWJ), sisi kanannya adalah Kampung Tridi Kesatrian yang menyusul kesuksesan KWJ. Tampak pula jembatan yang di cat warna warni untuk menyelaraskan kedua kampung. Dok pribadi
Model pembangunan seperti ini yang kita harapkan. Yang berasal dari arus bawah (bottom up) tidak selalu dari atas (top down) yang terkadang dipaksakan dan menguntungkan segelintir pihak saja (baca: kapitalis) dan meminggirkan warga (sebagai kalangan yang lemah). Semestinya pembangunan sesuai dengan yang diajarkan di bangku sekolah yaitu sebesar-besarnya untuk memakmurkan rakyat. Jika rakyat didorong dan diberdayakan maka mereka akan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, pemerintah cukup tut wuri handayani saja.

Pembangunan dimanapun berada aspek kemanusiaan perlu diperhatikan. Jika pun harus menggusur dengan alasan kepentingan yang lebih besar harus dilakukan dengan baik dan benar. Pendekatan persuasif terus dilakukan sembari dengan menawarkan solusi yang sama-sama enak di berbagai pihak (win win solution). Dengan demikian pembangunan itu akan mendapat dukungan luas karena menuju keadaan yang lebih baik. Dalam pembangunan partisipasi rakyat jelas diperlukan sebab rakyat bukanlah objek melainkan subjek dalam pembangunan itu sendiri.

Pembanguan dalam bidang apapun harus dapat menyeimbangkan antara hasil dan prosesnya. Kampung warna warni ini dapat menjadi contoh –dalam skala kecil- bahwa tercapainya lingkungan yang bersih dan tertata (yang dulunya kumuh) dapat diselesakan dengan cara yang elegan. Jangan sampai melakukan sesuatu yang tidak perlu, kiranya perlu direnungkan apa yang dikatakan cendekiawan Ali Syariati: "Kesalahan paradigma pembangunan yang semata-mata diorientasikan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi adalah mengabaikan proses pembangunan yang baik dan berpihak pada kesejahteraan rakyat. Hal ini kemudian menyebabkan pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan wajah yang bengis dan durhaka"


Referensi pendukung:
Mengunjungi Kampung Warna-warni di Malang
Kampung Warna-warni di Kota Malang jadi Pilot Project Kampung Wisata
Ternyata Kampung Warna Warni Jodipan Kota Malang Hasil Kreasi Mahasiswa UMM
"Kampung warna-warni" Malang, dulu 'kumuh' sekarang jadi tempat wisata
Jodipan, Kampung Warna Warni di Malang Membawa Berkah Bagi Warga Sekitar
Merumuskan Perencanaan Pembangunan Daerah Berperspektif Human Security
Pembangunan nasional Indonesia

Terima kasih kepada pihak penyelenggara atas apresiasi tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun