Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Kampung Sinau yang Bergairah

2 September 2016   17:02 Diperbarui: 2 September 2016   18:14 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengambil pentas seni bukanlah hal yang berlebihan. Sejalan dengan berjalannya waktu ternyata para anak didik yang diharapkan pintar urusan pelajaran sekolah malah lebih tertarik pada seni. Maka diberilah saluran untuk menyalurkan bakat dibidang seni lukis, suara, dan musik. Mansur pun tidak mempermasalahkan hal tersebut yang mungkin “melenceng” dari harapan awal. Cukup salut mengenai hal ini sebab anak mempunyai bakat tersendiri yang perlu diarahkan.

Yang lebih menarik adalah rumah di Kampung Sinau di cat dengan diberi gambar mural. Suatu karya seni tersendiri yang berisi tentang pesan inpiratif dan menggugah. Karena muralnya unik maka tidak berlebihan bila banyak yang menggunakan sebagai latar belakang untuk berfoto ria. Pengunjung yang hendak menikmati festifal budaya tersebut tidaklah gratis, tiket masuknya pun sangat mendidik yaitu dengan menggunakan buku. Mansur sendiri menargetkan 1000 buku akan terkumpul dari festival budaya di Kampung Sinau itu.

Mural di tembok rumah penduduk. Dok Pribadi
Mural di tembok rumah penduduk. Dok Pribadi
Mural dengan kata-kata positif. Dok Pribadi
Mural dengan kata-kata positif. Dok Pribadi
Kreasi produk kreatif warga turut dipamerkan. Dok Pribadi
Kreasi produk kreatif warga turut dipamerkan. Dok Pribadi
Invesible hand di Kampung Sinau      

Seperti penjelasan di wikipedia.org invisible hand (tangan tak terlihat) adalah metafora yang dipakai Adam Smith untuk menyebut manfaat sosial yang tak terduga-duga berkat tindakan individu. Merangkum gagasan Smith bahwa upaya seseorang untuk mengejar kepentingan pribadinya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat apabila tindakan mereka secara langsung bertujuan untuk memakmurkan masyarakat.

Melihat fenomena di Kampung Sinau seakan membenarkan apa yang diungkapkan teori Adam Smith itu. Dengan hanya 4 personil tetap mampu menggiatkan Kampung itu, relawan pun banyak yang datang walaupun sekedar “datang dan pergi”.  Saya sendiri tidak habis fikir bagaimana Kampung Sinau itu dapat begairah dan berjalan lancar apa adanya. Menilai Kampung Sinau memang tidak bisa hanya melihat satu hari saja, ataupun hanya berinteraksi dengan beberapa gelintir nara sumber.

Menurut pandangan saya mengadakan festival budaya itu jelas membutuhkan dana operasional yang tidak sedikit. Sanggup mendatangkan beberapa pentas dari daerah luar, belum lagi pembuatan muralnya. Ketika saya tanyakan bagaimana bisa mendatangkan peserta dari luar, Mansur hanya menjelaskan bahwa mempunyai rekanan yang peduli dan mereka mau datang untuk berpartisipasi.

Sedikit berantakan, tanda aktifitas itu hidup, namanya juga anak-anak. Dok Pribadi
Sedikit berantakan, tanda aktifitas itu hidup, namanya juga anak-anak. Dok Pribadi
Saya hanya bisa menduga-duga, mungkin ini semua dapat terlaksana dengan partisipasi warga di Kampung Sinau yang kompak dan mau bergotong royang. Para orang tua jelas mendukung bila anaknya mempunyai kegiatan yang positif, apalagi bila kampungnya bisa lebih semarak. Atau mungkin ada Invesible handseperti yang dikatakan Adam Smith itu, bisa berupa donatur yang tidak mau disebut namanya, ataupun para relawan yang tidak mau bertransaksi hanya urusan materi.  

Melihat kegairahan di Kampung Sinau ini membuat kita bisa mengukur dimana kita memposisikan diantara empat golongan manusia seperti yang dikatakan oleh Imam Ghazali. Golongan yang paling tepat sesuai dengan situasi Kampung Sinau adalah manusia yang tahu bahwa dirinya tidak tahu. Dengan kesadaran tersebut maka akhirnya mau belajar karena ketidaktahuannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun