Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Saudi Arabia yang Menaklukkan Takdir Ketandusan

23 Maret 2016   09:58 Diperbarui: 23 Maret 2016   10:56 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan melihat fenomena ini, beberapa istilah dapat disematkan: suatu anomali, keajaiban, ataukah ada peranan iptek di situ. Jika merujuk pada sumur zamzam boleh jadi itu adalah suatu keajaiban, bagaimana air tidak ada habis-habisnya mulai jaman dahulu. Di beberapa kitab dijelaskan ada peranan Tuhan di situ, dan Tuhan pulalah yang menjaganya.

Terus bagaimana keberadaan air yang bisa mencapai puluhan hotel itu? Jawaban yang paling masuk akal adalah peranan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan rupanya otoritas di Saudi yang merancang itu semua. Sebagai negara yang kaya raya yang dilimpahi minyak bumi serta pemasukan dari yang haji dan umrah persoalan dana bukan menjadi persoalan.

Dengan dana yang besar –bisa jadi- Saudi membeli teknologi dan mendatangkan para ahli untuk mengatasi kegersangan itu sehingga ada air. Menjawab persoalan ini tiada cukup dengan tinggal beberapa hari saja, yang bertahun-tahun pun juga masih ada yang bertanda tanya.  Beberapa analisa ada yang menyatakan bahwa air itu disuplai dari kota Jeddah, yang sumber airnya didapatkan dari laut Merah yang disuling.

Alasan ini cukup masuk akal, juga menyisakan kekaguman tersendiri, betapa panjangnya pipa yang disalurkan ke kota Madinah dan Mekkah itu. Belum lagi masalah penggalian sepanjang pipa, mengingat daerah yang begitu banyak batu cadasnya. Belum lagi masalah pompanya sendiri, tentu saja ada ribuan jumlahnya. Masalah air pasca pemakaian juga menjadi pertanyaan tersendiri apakah dibuang langsung ataukah diolah kembali. Sebab sejauh mata memandang tidak ada yang kasat mata menjelaskan itu semua, selokan saja tidak tampak ataukah memang berada di dalam tanah.

[caption caption="Perekayasaan agar rumput hijau dapat tumbuh dengan baik. Dok Pribadi"]

[/caption]Terlepas dari itu semua Saudi Arabia yang bukan tergolong negara maju bisa mengatasi semua keterbatasan negerinya. Sebagai tuan rumah, tergolong cukup baik dalam melayani tamunya dalam urusan air. Kita yang datang dari Indonesia tidak mengalami hambatan masalah air, seperti berada di negeri sendiri.

Dalam sudut ciptaan-Nya, kadang Tuhan memberikan “kekurangan”. Tetapi Tuhan cukup adil dengan menganugerahkan akal kepada manusia untuk mengatasi segala “kekurangan” itu tadi. Usaha Saudi Arabia dalam mengatasi ketandusan negerinya cukup diapresiasi, tidak menyerah begitu saja walau tentu saja biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Dan patutlah kita –bangsa Indonesia- bersyukur dianugerahi negeri yang kaya, air cukup melimpah, dan rumput dapat tumbuh sendiri yang kadang sering kita anggap mengganggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun