Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Surga yang tak Dirindukan, Karena Memang itu Semu

23 Juli 2015   13:24 Diperbarui: 4 April 2017   17:00 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Semua orang mengharapkan sesuatu yang menyenangkan, bisa berwujud apapun tidak terkecuali dengan namanya surga. Surga pun hadir dalam berbagai bentuk dan gambaran. Hadist nabi mengatakan baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Yang dimaksud bukanlah rumah yang megah dan mewah tapi rumah yang damai dan tentram, walaupun –secara fisik- sederhana ataupun apa adanya.

Melalui film Surga yang tak Dirindukan (SYTD) ini kita dapat belajar apa makna surga itu sendiri. Menonton secara keseluruhan film ini, kita dapat menyimpulkan tidaklah ada yang salah dengan judulnya. Apa iya surga yang enak itu tak pantas dirindukan?, Surga mana yang dimaksud? Bagaimana kita meraihnya?

Jika surga itu diibaratkan dengan rumah, apakah masih disebut surga bila ada orang lain –yang tak diharapkan- memasuki atau menikmatinya?. Film ini bolehlah disebut tentang poligami, namun dilihat dengan berbagai sisi. Poligami dengan segala kontroversinya –pro kontra- perlu dilihat secara bijak, sehingga nantinya dapat memupus rasa suudzon (buruk sangka) baik poligami itu sendiri serta para pelaku didalamnya.

Karena saya seorang lelaki, dalam film ini saya mencoba melihat dari sisi lelakinya yaitu melalui tokoh Andika Prasetya (Fedi Nuril). Dari segi istri pertama Arini (Laudya Cynthia Bella) dan Meirose (Raline Shah) saya rasa akan banyak yang melihat dari sudut pandang itu.

Pras digambarkan sebagai sosok yang pemuda yang baik, ia orang yang ringan tangan dalam menolong. Suatu ketika ada anak kecil naik sepeda terserempet kendaraan bermotor, ia pun dengan sigap menolongnya. Anak itu diantarkan ke tujuannya, tempat ia belajar yang di asuh oleh Arini. Disitulah perjumpaan Arini dan Pras dimulai. Pras terkesan dengan Arini yang begitu mahir dalam mendongeng. Mereka berkenalan, dan akhirnya memutuskan untuk membangun rumah tangga.

Arini mantap dengan pilihannya itu, Pras adalah lelaki yang baik dan setia untuk dijadikan imamnya. Pras pun berjanji untuk setia, sang bapak mertua (Landung Simatupang) pun berpesan agar Pras tidak menyakiti hati Arini, ia pun menggangguk sebagai tanda berjanji. Rumah tangga pun berjalan dengan harmonis, perkerjaan sebagai arsitek lancar-lancar saja, dan semakin lengkap dengan hadirnya anak semata wayang Nadia (Sandrinna Michelle).

Seperti hujan turun yang hadir tanpa halilintar dan guruh, Pras pun mengalami kejadian yang sangat tidak terduga. Dalam perjalanan “dinasnya” di suatu jalan ia mendapati mobil terperosok jurang. Mobil yang ia kendarai ditepikan dan ia turun untuk menolongnya. Ternyata korbannya adalah seorang perempuan yang sedang memakai gaun pengantin, dan oleh Pras dibawa ke rumah sakit.

Dan perempuan itu bernama Meirose yang depresi karena ditinggal kekasihnya yang berjanji akan menikahinya. Dan ternyata Meirose sedang hamil 7 bulan, diagnosis dokter harus segera dilakukan operasi caesar dalam upaya menyelamatkan keduanya. Keputusan harus segera diambil, karena tidak ada kontak yang dapat dihubungi pada akhirnya Pras berani memutuskan bertanggungjawab dengan segala risikonya.

Akhirnya operasi itu berhasil, bayi dan ibunya dapat diselamatkan. Bayi laki-laki itu oleh Pras dinamakan Akbar Muhammad, dengan harapan agar menjadi anak yang kuat. Namun berbeda dengan ibunya, Meirose ternyata masih dalam keadaan depresi dan ingin mengakhiri hidup dengan terjun dari lantai atas bangunan rumah sakit. Sebelum niatnya terlaksana, Pras memergokinya dan berusaha mencegahnya.

Pras membujuknya agar Meirose tidak menerjunkan diri. Tapi Meilrose tidak mengacuhkanya, beban derita yang dialaminya begitu berat sehingga tidak ada yang dapat dipercaya, terutama namanya lelaki. Pada akhirnya Meirose melompat juga, dan secepat kilat pula Pras sempat meraih tangannya. Dalam posisi tergantung antara dua tangan, Meirose meminta Pras melepaskan tangannga agar ia mati saja.

Pada posisi “hidup mati” akhirnya Pras memberikan harapan kepada Meirose agar jangan menyerah, bahwa tidak semua laki-laki tidak seperti itu. Sebagai jaminannya ia sendiri bersedia menikahinya agar dapat merawat Meirose dan bayinya. Meirose pun luluh akan kebaikan Pras, dan mengurungkan niat bunuh diri itu.

Dan rupanya janji Pras tidak sekedar gombal, atau pemberi harapan palsu (PHP). Keesokan harinya ia melakukan akad nikah di depan penghulu, disaksikan dokter dan dua sahabatkan karibnya Amran (Kemal Palevi) dan Hartono (Tata Ginting). Pernikahan itu jelas kontroversial sebab, tanpa sepengetahuan Arini istrinya. Dan Hartono pun sempat memprotesnya, dengan alasan bahwa menolong tidak harus menikahinya. Bahkan Hartono sempat menuduh Pras memang menyukai Meirose yang memang mempunya paras cantik. Pras pun membantahnya bahwa ia baru kenal Meirose baru kali itu. Dan tujuan menikahinya itu adalah menyelamatkan Meirose agar tidak bunuh diri sekaligus dapat menyelamatkan bayinya.

Paska penikahan itu malah membuat hidup Pras bertambah ruwet. Selain harus menutupi pernikahan itu agar Arini tidak tahu dengan tujuan tidak menyakitinya. Disisi lain ia harus memulihkan jiwa Meirose yang berangsur membaik. Akibat banyak permasalahan itu berimbas pula pada pekerjaan, beberapa proyeknya kacau-balau, yang membuat dua sahabatnya itu uring-uringan juga.

Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Rahasia pernikahan Pras dengan Meilrose akhirnya tercium oleh Arini. Dengan melakukan investigasi layaknya detiktif, akhirnya ia berhasil menemui madunya di rumah tinggal Melros. Arini pun melabrak Meirose, bahwa ia telah merusak dongeng indah yang dibangun dengan Pras.

Pras sendiri juga gamang. Sebagai seorang lelaki yang pernah berjanji untuk setia dan tidak akan menyakiti Arini ternyata mengingkarinya. Semua dilakukannya dalam keadaan yang serba “terpaksa” tanpa ia sendiri juga tidak menginginkannya. Latar belakang Pras memang kelam. Ia melihat sendiri bagaimana ibunya yang tertabrak mobil yang lari karena depresi ditinggal ayahnya. Yang akhirnya masa kecil Pras dihabiskan di panti asuhan. Melihat Akbar, anak dari Meirose, Pras menginginkan bahwa anak itu tidak boleh senasib dengannya, bahwa sejarah tidak boleh terulang kembali.

Ikhlas dan sabar yang bukan dipaksakan

Arini jelas kecewa berat, tidak disangka bahwa Pras yang selama ini dianggap setia telah tega mengkhianatinya. Kekecewaaan Arini semakin memuncak ketika tanpa diduga bapaknya belum lama meninggal ternyata juga melakukan poligami.

Sempat pula terpikir di hati Arini untuk berpisah dengan Pras. Sang ibu (Sitoresmi Prabuningrat) berupaya mencegahnya demi kebaikan Nadia anak semata wayangnya itu. Arini pun sempat berdalih bahwa hal itu tidak akan menjadi persoalan sebab banyak anak yang dapat hidup “selayaknya” walaupun dalam single parent.

 

Memang pada akhirnya masalah tidak boleh dihindari. Sebisa mungkin masalah itu dihadapi dan dicoba dicarikan jalan keluarnya. Masalah Arini memang cukup berat, apalagi dalam urusan membagi hati. Perasaan sedih, kecewa, dan marah Arini pada saat tahu semuanya dapat teredam. Melihat ibunya yang begitu tabah dan bijak membuat Arini mengerti walaupun sulit rasanya untuk menerima segala kenyataan pahit itu. Rasa cinta Arini kepada Pras dan Nadia begitu besar, tapi tetap saja menyisakan satu pertanyaan. “Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?” .

Pada akhirnya sabar dan ikhlas adalah muara dari segala penyelesaian yang dihinggapi manusia. Namun semua itu akan lebih bermakna bila datang dari kesadaran sendiri bukan karena paksaan apalagi dengan saran yang “sok sok-an” walupun pakai dalil segala. Sabar dan ikhlas saja tidak cukup, rasa syukur dan cinta adalah pelengkap sehingga menjalani kehidupan dunia dengan segala kondisinya akan terasa ringan dan tenang.

Film yang ber-genre drama religius yang juga terselip rasa humor ini diangkat dari novel karya Asma Nadia dengan judul yang sama. Film ini merupakan karyanya yang kedua yang diangkat ke layar lebar yang yang film sebelumnya juga mendapat sambutan publik, Assalamualaikum Beijing. Asma Nadia cukup piawai dalam mengolah cerita sekaligus makna dibaliknya. Dalam film SYTD ini, isyu poligami dengan segala kontroversinya dapat diungkap dalam sisi yang berbeda, sehingga mampu membuka cakrawala pola pikir.

Film ini cukup menghibur dan mengena, dan tidak ada kesan terlalu menggurui. Cerita mengalir apa adanya dan berjalan natural. Ayat di kitab suci memang beberapa terselib sebagai penguat saja, yang semuanya dikembalikan lagi kepada pemirsa untuk dapat menafsirkannya sendiri.

Mengharapkan surga sejati

Dalam adegan dua sobat Pras, Hartono dan Amran mencoba melobi Arini agar menerima apa yang dilakukan Pras itu dengan bijak walaupun hal itu berat. Keduanya meminta Arini untuk dapat sabar dan ikhlas, yang menurutnya akan mendapat ganjaran surga. Menanggapi pernyataan kedua sahabat Pras itu Arini berujar “bukan surga itu yang aku rindukan”.

Arini memang betul, ada kalanya gambaran surga begitu indah, tapi bukan itu yang dirindukan. Sebab semua itu semu belaka apalagi surga dunia. Rumah yang –katanya- bisa menjadi surga, bisa tidak lagi menjadi surga bila ada ganjalan di hati. Yang kita rindukan adalah surga sejati yang dijanjikan Tuhan itu. Yaitu surga yang disediakan bagi orang yang benar-benar sabar, bersyukur, dan ikhlas. Dan untuk mencapainya itu tidaklah mudah akan ada ujian yang harus dilalui.

Atau justu seperti yang dikatakan para sufi, bahwa kita tidak perlu merindukan –bahkan- mengharapkan surga. Karena itu bukan tujuan kita hidup di dunia, tujuan sebenarnya adalah mendapat ridha-Nya sekarang, esok, dan kelak nanti (akherat). Perkara surga atau neraka biarlah hak preogratif Tuhan, dan Ia akan memberikan kepada hamba-Nya yang pantas untuk itu.

Sumber gambar: YouTube MD pictures

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun