Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor pangan terus meningkat, dengan Indonesia tidak hanya bergantung pada beras, tetapi juga jagung dan produk lainnya. Dalam kurun waktu Januari hingga September 2024, Indonesia mengimpor hampir 1 juta ton jagung (4). Ini menunjukkan betapa rentannya ketahanan pangan kita. Untuk mencapai swasembada yang sejati, percepatan pembangunan desa menjadi kunci.
Harapan bagi Desa: Teknologi dan Inovasi
Gibran, sebagai Wakil Presiden, diharapkan membawa sentuhan inovatif untuk pertanian desa. Desa tidak bisa lagi hanya bergantung pada cara-cara tradisional. Teknologi harus masuk hingga ke pelosok desa—mulai dari akses internet yang cepat hingga penggunaan alat pertanian modern. Bayangkan jika petani dapat memanfaatkan aplikasi untuk memprediksi cuaca, memantau harga pasar, atau menggunakan drone untuk membantu proses tanam. Ini adalah mimpi yang bisa diwujudkan jika pemerintahan benar-benar fokus pada pembangunan desa secara menyeluruh.
Percepatan Pembangunan Desa: Jalan Menuju Swasembada
Untuk mencapai swasembada pangan, percepatan pembangunan desa harus meliputi tiga pilar utama: infrastruktur yang kokoh, akses teknologi yang merata, dan kebijakan yang berpihak pada petani kecil. Pemerintah Prabowo-Gibran harus memastikan bahwa dana desa benar-benar digunakan untuk memperkuat produksi pangan dan meningkatkan kualitas hidup para petani.
Tanpa perhatian serius pada desa, janji swasembada pangan hanya akan menjadi mimpi yang sulit dicapai. Desa-desa adalah akar bangsa—jika akarnya kuat dan sehat, maka pohon Indonesia akan berdiri kokoh, mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri tanpa harus bergantung pada impor.
Petani menanam di tanah subur,
Air mengalir dari irigasi;
Desa bangkit, pangan makmur,
Swasembada bukan lagi mimpi!
Dengan semangat dan kerja nyata, mari kita jadikan desa sebagai pusat kedaulatan pangan Indonesia!