Mohon tunggu...
hervito Ardi
hervito Ardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terorisme: Era Lama Versus Era Baru, dan Upaya Melawannya

5 Juni 2023   10:52 Diperbarui: 5 Juni 2023   12:38 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/id/foto/tentara-melawan-matahari-terbenam-gm106492379-13803937

Pengertian dari Terorisme

   Dalam sejarah, istilah terorisme sebenarnya telah digunakan di Perancis, lebih tepatnya pada masa revolusi Perancis yang terjadi pada sekitar tahun 1793 hingga tahun 1794 dalam bahasa Perancis yaitu "La Terreur", istilah ini digunakan oleh para pejuang revolusi di Perancis untuk mengartikan sebuah tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan-tindakan yang anarkis, liar, dan pembunuhan guna menyebarkan ketakutan.
Dalam pengertian umum, terorisme merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki satu keinginan yang sama dengan tujuan agar keinginan mereka dapat terpenuhi dengan cara menyebarluaskan ketakutan kepada orang banyak, aksi teror biasanya menargetkan orang-orang yang memiliki pengaruh, lembaga atau negara.

Terorisme Global

   Terorisme global merupakan produk dari aksi terorisme, sama halnya dengan terorisme yang lainnya, hanya saja terorisme global  dilakukan oleh kelompok  yang memiliki struktur layaknya organisasi pada umumnya dan beroperasi di berbagai negara di dunia (Transnasional) demi mencapai tujuannya dengan menebarkan teror ke berbagai negara.
  Kelompok-kelompok ini biasanya memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai dengan cara melakukan aksi teror yang terorganisir, dan memiliki perencanaan yang matang, aksi-aksi tersebut dilakukan oleh jaringan-jaringan kelompok teror yang ada di masing-masing negara untuk melancarkan aksinya secara domestik dengan arahan dari pusat komando organisasi teroris inti, walaupun begitu, ada beberapa organisasi teroris internasional yang memberikan kebebasan kepada jaringan-jaringannya untuk beroperasi dan melakukan aksinya sendiri tanpa harus melakukan koordinasi dengan komando pusat walaupun masih harus melakukan koordinasi dengan komando inti jika hendak melakukan aksi-aksi yang besar, hal ini dilakukan oleh Al-Qaeda dan jaringan-jaringannya.

Bagaimana Pola Terorisme Sebelum dan Sesudah Tahun 2000?

Terorisme lama atau yang disebut juga sebagai terorisme tradisional adalah istilah yang mengkarakteristikan bentuk terorisme yang sering terjadi pada era sebelum 1945. Bentuk ini diasosiasikan dengan nasionalisme dan gerakan separatis. Tujuan dari terorisme ini bersifat sempit dan politis yaitu penggulingan kekuasaan asing dan penentuan nasib sendiri secara nasional. Selama ini terorisme nasionalis terinspirasi dari ideologi yang berakar dari Marxisme revolusioner atau Marxisme -Leninisme. Terorisme digunakan sebagai alat ataupun proses untuk memisahkan agama dengan negara. Dikarenakan pada masa tersebut terjadi banyak ketidakpuasan rakyat yang disebabkan oleh tokoh agama yang memperalat keyakinan masyarakat demi kepentingan egoistik kelompok tertentu. Namun, pada tahun 1980, masyarakatlah yang justru mulai menggunakan agama sebagai motivasi penting dalam kekerasan politik.
Pandangan terorisme berubah secara drastis setelah peristiwa 9/11. Pandangan terorisme sebagai penggunaan kekerasan untuk tujuan politik demi mengubah ideologi negara atau merepresentasikan kelompok etnik minoritas telah gagal dalam mendefinisikan trend baru yang tengah berkembang. Terorisme bentuk baru atau Postmodern terrorism berdasar pada motivasi akan janji hadiah di alam setelah kehidupan. Teroris terdorong dengan alasan agama untuk membunuh sebanyak mungkin orang yang tidak beriman (Laqueur 1996).
Terorisme bentuk baru dilihat sebagai reaksi dari opresi yang didapatkan oleh Muslim di seluruh dunia dan Masyarakat barat yang bobrok secara spiritual. Sebagai akibat dari globalisasi beberapa muslim menganggap bahwa mereka hanya memiliki dua pilihan yaitu menerima kepercayaan negara barat agar dapat berintegrasi, atau menjaga kesucian spiritual dengan memberontak.
Perbedaan dari struktur nilai-nilai antar teroris sekuler dan religius terlihat mencolok pada karakter-karakternya. Terorisme tradisional dapat terpuaskan dengan adanya perubahan politik terbatas atau akomodasi sebagian dari tuntutan mereka. Sementara itu terorisme bentuk baru tidak dapat dengan mudah 'dibeli' karena objektif mereka yang luas membuat lebih tidak fleksibel dan tidak bisa dikompromi. Kepercayaan yang dianut juga mempengaruhi bagaimana terorisme baru memandang penggunaan kekerasan, yaitu tidak sebagai strategi untuk mencapai tujuan namun justru sebagai aksi simbolik dan dianut sebagai manifestasi dari 'total war'.

Contoh Kasus Terorisme Tahun 2000-an

   Seperti yang telah dijelaskan, banyak aksi teror yang sering terjadi belakangan ini merupakan bentuk dari aksi teror yang memiliki pola yang baru, banyak kelompok-kelompok teroris yang menggunakan pola baru, seperti Al-Qaeda, ISIS, dan kelompok-kelompok teroris lainnya yang ada di dunia.
   Al-Qaeda merupakan salah satu kelompok teroris yang sangat terkenal, memiliki jaringan yang luas, beroperasi di berbagai negara, dan memiliki anggota yang sangat banyak, aksi-aksinya sangat terkenal di dunia.  Osama bin Laden  membentuk suatu kelompok jihad yang diberi nama Al-Qaeda pada tahun 1988.
      Markas Al-Qaeda awalnya berada di Sudan pada tahun 1992-1996 sebelum akhirnya berpindah dan berlindung ke wilayah yang dikuasai Taliban di Afghanistan.
   Penggulingan rezim Taliban di Afghanistan oleh Amerika Serikat menyebabkan Al-Qaeda kehilangan tempat persembunyiannya dan kemudian diyakini telah beroperasi di perbatasan Pakistan-Afghanistan. Setelah kehilangan persembunyiannya, terjadi pembunuhan serta penangkapan sepertiga dari kepemimpinan Al-Qaeda, menjadikan Al-Qaeda mengalami perubahan struktural.
   Al-Qaeda berubah menjadi sebuah entitas yang menyerupai rantai. Dari yang awalnya Tanzim dengan sistem komando yang sentralistis menjadi jaringan dengan sistem desentralisasi komando. Dalam sistem yang baru ini, para loyalis Al-Qaeda di seluruh dunia diberi otonomi luas untuk merancang dan melaksanakan operasinya. Para petinggi organisasi tidak lagi terlibat secara langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan yang dilakukan atas nama Al-Qaeda.

    Al-Qaeda memiliki banyak jaringan di berbagai negara, semi mencapai tujuannya, tentunya jaringan yang banyak sangat dibutuhkan Al-Qaeda. Berikut ini beberapa jaringannya:

Kelompok Abu Sayyaf (ASG)
Al-Qaeda in Islamic Maghreb (AQIM)
Al-Shabaab Al-Mujahideen

   Al-Qaeda banyak melakukan aksi, beberapa aksinya bahkan terkenal dan menyebabkan banyak korban dan ketegangan politik, berikut beberapa aksi Al-Qaeda

Pengeboman Kereta di Madrid pada tahun 2004.
Pengeboman terjadi pada tanggal 11 Maret 2004 di kota Madrid, Spanyol, yang menargetkan kereta komuter di stasiun Atocha, dengan total 10 bom ditanam pada 4 kereta, ledakan pertama terjadi pada pukul 7:37 pagi hari, kemudian ledakan berturut-turut terus terjadi dan berlangsung untuk beberapa menit, banyak korban berjatuhan, setidaknya 191 orang meninggal dunia, dan 1,800 orang lainnya luka-luka. Serangan terjadi beberapa hari sebelum pemilu, yang menyebabkan ketegangan politik di negara tersebut.
Pengeboman di Bali pada Tahun 2002
Pengeboman ini terjadi pada tanggal 11 Oktober tahun 2002, setidaknya ada 3 bom bunuh diri yang meledak di hari yang sama, dengan 3 target yang berbeda, 2 diantaranya adalah bar yang terkenal di kalangan turis, dan 1 bom lainnya menargetkan konsulat Amerika Serikat di Bali. Bom pertama kali meledak tepat di dalam Paddy's Bar pada pukul 11:05 Malam, kemudian bom kedua meledak tepat di depan Sari Club, bom terakhir meledak di depan Konsulat Amerika Serikat di Bali, dalam serangan ini setidaknya menelan 202 korban meninggal dunia, koran paling banyak merupakan warga asing asal Australia, disusul warga lokal, dan terakhir warga asing asal Inggris. Serangan ini diduga dilakukan oleh kelompok teroris Jemaah Islamiyyah, salah satu kelompok teroris yang termasuk dalam jaringan Al-Qaeda

Cara Menangani Terorisme

Pemberantasan terorisme telah menjadi suatu hal yang sangat sulit dilakukan lantaran tidak seperti ancaman bentuk militer, terorisme tidak memiliki pangkalan konvensional dan menetap di lokasi tertentu. Selain itu teroris sulit dibedakan dari penduduk sipil dan juga sangat sulit melindungi diri dari serangan teroris karena faktor serangan yang sulit diprediksi. Namun terlepas dari kesulitan tersebut pada dasarnya terdapat tiga strategi utama untuk melawan terorisme.
Meningkatkan keamanan negara
Hal ini telah diterapkan pada negara seperti Israel, Sri Lanka, Spanyol dan Inggris yang telah berpengalaman terhadap terorisme nasionalis. Penguatan keamanan biasanya merujuk pada pembuatan dan pengesahan legislasi darurat yang ditunjukkan untuk membatasi pergerakan teroris dalam menggunakan keuntungan yang didapatkan dari globalisasi dan demokrasi  Masyarakat demokrasi liberal cenderung lebih rentan terhadap terorisme dikarenakan mereka melindungi kebebasan dan hak individu serta membatasi wewenang pemerintah. Disisi lain penghilangan batasan batasan yang diciptakan globalisasi memberikan cakupan yang luas bagi organisasi teroris dalam menyebarkan pengaruhnya.
Tekanan militer
Respon militer terhadap terorisme saat ini berdasar pada dua strategi. Pertama, yaitu dengan memutus kelompok teroris dari seluruh pihak yang memberikannya dukungan. Sebagai contoh, penggulingan pemerintahan taliban pada 2001 karena dianggap memiliki hubungan dengan kelompok teroris di Afganistan. Kedua, serangan terhadap tempat-tempat kelompok teroris berlatih dan serangan langsung terhadap pemimpin kelompok teroris. Hal tersebut pernah dilakukan Amerika Serikat pada tahun 2001 dimana Osama bin laden dan petinggi Al Qaeda diserang langsung di kompleks gua Tora Bora.
Kesepakatan politik
Pemerintah membuat strategi yang secara khusus mendorong kelompok teroris untuk meninggalkan bentuk kekerasan politiknya dengan cara menarik mereka pada proses negosiasi dan diplomasi. Sebagai contoh, kesepakatan Helsinki pada tahun 2005 yang mengikat Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pemerintah Indonesia. Cara ini bukan hanya menumpas manifestasi aksi teroris tetapi juga  akar dari terorisme. Pemerintah juga menggunakan cara ini untuk meyakinkan kelompok teroris bahwa menggunakan jalur negosiasi dan diplomasi lebih membuahkan dibandingkan menggunakan kekerasan. Hal ini kemudian menjadi cara dalam melemahkan moral di dalam kelompok teroris yang terbukti efektif dalam mengatasi teroris nasionalis.
 
   Terorisme lama dan terorisme baru merupakan dua hal yang berbeda, terorisme lama lebih mengarah ke upaya untuk menjatuhkan kekuasaan negara atau kekuasaan asing dan menentukan hidup bangsa secara mandiri (Revolusi dan pergantian ideologi), sedangkan terorisme baru lebih mengarah kepada motivasi akan janji imbalan di akhirat, dimana hal ini menjadikan terorisme baru lebih dipengaruhi karena faktor kepercayaan semata dan demi mencapai hadiah setelah kehidupan menurut kepercayaan yang mereka anut. Ada beberapa cara untuk mengurangi atau menangani aksi teror, yaitu meningkatkan keamanan negara, tekanan militer, dan kesepakatan politik

Disusun oleh:

Hervito Isanka Ardi 151220101

Muhammad Rafi Ade Pratama 151220103

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun