Mohon tunggu...
Herva Yulyanti
Herva Yulyanti Mohon Tunggu... Human Resources - Emak Bekerja sbg HRD dan tukang nulis di blog sendiri www.bundanameera.com

Menulis berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan..Hobi tidur dan bermimpi tapi dari mimpi bisa jadi target buat dicapai..Yuk Mari..

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menggagas Botol Bekas: Penuhi Pundi dan Asupan Serat Tak terbatas

24 Oktober 2021   16:57 Diperbarui: 1 November 2021   12:12 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sangka, pandemi covid-19 tak berangsur pulih hingga tahun berganti. Menyisakan derita bagi pekerja yang mau tak mau berhenti bekerja secara terpaksa.

Keputusan "dirumahkan" dari  kantor menjadi bongkahan fikiran untuk menghadapi dunia yang sedang tidak baik karena pandemi covid-19 dengan resiko pemotongan gaji yang dipangkas menyesuaikan kondisi perusahaan.

Angka pengangguran melonjak tajam dilansir dari data BPS ada 25,6 juta pengangguran karena covid-19. Sementara lapangan pekerjaan tak mencakup peningkatan jumlah pencari kerja yang makin gencar. Alih profesi tak bergengsi pun dilakoni demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Bermodal Kreativitas, Botol Bekas Bisa Berkelas

Bagi sebagian orang botol bekas hanya menjadi sampah plastik biasa, namun ada juga yang bisa memanfaatkannya hingga menjadikan bisnis yang lumayan.

Bila dikumpulkan dan dijual begitu saja, maka harga jualnya jauh lebih murah tapi dengan kreatifitas mampu meningkatkan value botol bekas menjadi berkelas. Sebagai wujud partisipasi dalam bijak berplastik, upaya mengubah botol bekas ini menjadi perhatian bagi saya.

Membicarakan #BijakBerplastik, hal ini juga menjadi perhatian Danone, dimana pada Danone Digital Academy 2021 pada tanggal 18 oktober 2021 saya berkesempatan menyimak seputar 3 pilar yang dijalankan saat ini oleh Danone, diantaranya :

  • Pengumpulan,yang mana AQUA berambisi mengumpulkan sampah plastik lebih banyak pada tahun 2025.

  • Edukasi, AQUA berambisi memperluas program edukasi di sekolah hingga menjangkau 5 juta anak dan memimpin kampanye nasional yang menargetkan 100 juta konsumen pada tahun 2025.

  • Inovasi, AQUA berambisi menggunakan kemasan 100% dapat digunakan kembali, didaur ulang atau dapat dijadikan kompos serta meningkatkan kandungan material daur ulang hingga 50%.

Demi menjalankan pilar tersebut, AQUA juga bekerja sama dengan banyak pihak, salah satunya menggandeng Octopus yang merupakan platform ekonomi sirkular yang membantu produsen melacak dan mengumpulkan produk bekas konsumsi, baik yang dapat didaur ulang maupun yang tidak dapat didaur ulang. 

Platform Octopus memungkinkan produsen memberikan insentif langsung kepada para konsumen dan juga pelestari yang terlibat dalam pengiriman sampah kemasan ke industri daur ulang. Kendalanya adalah aplikasi ini belum menjangkau seluruh daerah, baru beberapa daerah saja seperti Bandung, Makasar dan Bali.

Tentu saja ada jalan bagi yang belum bisa mengakses Octopus, dengan menyulap botol bekas menjadi ladang penghasilan.

Cukup sulit memang memulai untuk merajut bisnis secara dadakan, namun justru ide dimulai karena keadaan. Bermula dengan gersangnya rumah tanpa pohon. 

Membuat udara begitu panas, teriknya cuaca tak bisa kami hindari sehingga mencoba tanam pohon hingga beberapa titik halaman rumah menjadi terlihat rimbun karena aneka tanaman hias dan pohon kecil seperti Sikas, Mangga dan Jambu yang ditanam.

Sampailah pada ketertarikan untuk mencoba membuat tanaman hidroponik di rumah memanfaatkan lahan sempit di pekarangan.

Teknik Hidroponik dipilih karena tanpa menggunakan media tanah dimana media tanah digantikan dengan media rockwool, yang berfungsi untuk menopang tanamannya. 

Berbeda dengan media tanah dimana tanaman yang ditanam menggunakan tanah akan mendapatkan nutrisi dari tanah itu sendiri sementara untuk tanaman hidroponik memperoleh nutrisi dari air yang dilarutkan.

Teknik hidroponik sendiri ada bermacam-macam, diantaranya :

  • Sistem Sumbu

Untuk teknik Hidroponik sistem sumbu ini merupakan sistem yang paling sederhana. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di rumah seperti botol bekas minuman 1,5 liter. 

Botolnya dibagi menjadi 2 bagian, bagian atas digunakan untuk wadah tanaman sementara untuk bagian bawahnya untuk menyimpan nutrisi. 

Selain menggunakan botol bekas, bisa juga menggunakan styrofoam, wadah plastik bekas, ember atau baskom. Daripada menjadi limbah plastik mending disulap menjadi media tanam hidroponik.

  • Sistem Rakit Apung

Sistem ini statis namun memiliki prinsip akar tanaman terapung di dalam larutan nutrisi dan sama dengan sistem sumbu, dapat menggunakan bahan-bahan bekas yang ada di rumah.

  • Sistem NFT dan DFT

NFT (nutrient film tehnique) dan DFT (deep flow technique) merupakan sistem hidroponik yang dinamis yaitu adanya aliran nutrisi. Biasanya sistem NFT ini instalasi menggunakan pipa paralon sebagai wadah aliran nutrisi dan netpotnya bisa menggunakan gelas plastik bekas. 

Perbedaan NFT dan DFT, jika NFT aliran nutrisi dialirkan dengan menggunakan pompa selama 24 jam secara terus menerus sementara DFT dibuat bertingkat instalasi pipanya sehingga ada genangan nutrisi dan aliran pompa tidak harus 24 jam.

Pemilihan teknik hidroponik sesuaikan dengan modal, jika pemula bisa andalkan sistem sumbu sebagai tekniknya.

Dok. Hervayulyanti
Dok. Hervayulyanti

Uniknya Hidroponik : Pundi Dan Serat Terbidik

Tak hanya mampu memanfaatkan dan menyulap botol bekas minuman menjadi wadah tanaman sebagai upaya ramah sampah plastik. Namun teknik Hidroponik memiliki manfaat penting lainnya untuk lingkungan, diantaranya :

- Mampu membuat udara lingkungan sekitar menjadi lebih segar dan sejuk, dikarenakan bebasnya bahan kimia baik untuk pemupukan, penanggulangan hama dan serangan penyakit.

- Mengurangi dan menimalkan polusi udara. Saat ini terasa banget tingkat polusi meningkat karena sejak pandemi, lebih banyak menggunakan kendaraan sendiri dibandingkan kendaraan umum. Mau tak mau asap kendaraan bermotor meningkat juga.

Teropong Bisnis Hidroponik

Bila melihat dari sisi ekonomi, Hidroponik bisa menjadi bisnis yang menghasilkan. Terlebih lagi saat pandemi covid-19, banyak permintaan sayuran hidroponik yang lebih segar serta bebas pestisida sebagai kesadaran hidup sehat.

Bibit sayuran hidroponik yang sudah saya coba tanam sendiri dan berhasil panen diantaranya adalah kangkung dan pakcoy. Untuk kangkung sendiri dengan sekali semai bisa panen berulang kali.

Harga pasaran kangkung hidroponik dibandrol kisaran Rp 10.000,- / 250 gram. Dengan modal bibit kangkung 1 bungkus 700 biji dibandrol Rp 10.000,- saja lalu panen menghasilkan kisaran 5 kg/hari .

Bila dirata-rata harga jual perhari = Rp 10.000,- / 250 gram x 20 = Rp 200.000,- 

Omset 1 bulan = Rp 200.000,- x 30 = Rp 6.000.000,- dikurangi biaya nutrisi harga 1 liter Rp 27.000,- maka bila sebulan dibutuhkan 3 liter jadi hanya dipotong Rp 81.000,- sudah balik modal banyak banget!

Cukup menarik bukan? ditengah kondisi pandemi yang sulit. Namun harus bersabar karena untuk mendapatkan panen kangkung saja membutuhkan waktu 4 minggu kurang lebih. Jadi ga langsung tumbuh yah!

Hidroponik Dan Kebutuhan Serat

Memasuki zaman kekinian, dimana makanan siap saji semakin menjamur. Bertumbuh subur aneka jenis jajanan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Padahal jenis jajanan kekinian tidak bisa mencukupi kebutuhan asupan gizi bagi anak-anak dalam masa tumbuh kembangnya.

Makanan tersebut lebih banyak kandungan lemak, kalori dan tentu saja rendah serat. Kondisi demikian yang menjadi penyebab kurangnya gizi dan nutrisi bagi anak yang sedang dalam masa tumbuh kembangnya.

Dok. Hervayulyanti
Dok. Hervayulyanti

Sebagaimana yang telah disampaikan Dr. Endah Citraresmi pada Day-3 Danone Digital Academy 2021 bahwa penting sekali angka kecukupan nutrisi untuk anak agar tidak terjadi Stunting, Wasting atau Overweight.

Penting sekali memperhatikan isi piring anak, salah satunya terpenuhi untuk sayuran. Dari data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, 95,5% penduduk Indonesia berusia diatas 5 tahun masih kurang konsumsi serat. 

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang anak kekurangan asupan serat, dimana rata-rata anak Indonesia usia 1-3 tahun hanya memenuhi seperempat atau rata-rata 4,7 gram per hari dari total kebutuhan hariannya.

Ditambah dengan kurangnya anak-anak untuk dikenalkan dengan sayuran sehingga mereka menjadi semakin benci sayuran. Melalui sistem hidroponik di rumah, diharapkan kebutuhan akan serat bisa terpenuhi.

Yang saya lakukan agar anak suka makan sayur, melibatkan juga mereka untuk turut serta dalam proses hidroponik ini mulai dari semai hingga panen. 

Cara ini efektif membuat anak termotivasi memakan sayur hasil tanam sendiri selain itu bisa mengoptimalkan kecerdasan naturalis pada anak. Hal ini bisa dicoba bagi ibu-ibu di rumah siasati anak untuk cinta dengan sayuran.


                                                                                                                               ***

Jadi bisa dibayangkan, ternyata botol bekas tak hanya sekedar sampah plastik namun nilai tambahnya menjadi meningkat karena kreatifitas. 

Mari sama-sama mengupayakan untuk #BijakBerplastik sayangi Bumi mulai awareness untuk mampu menjaga Bumi agar mencegah bencana di masa depan.

Jika bukan kita, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi? 

Referensi :

1. Moesa Zoelfikar, 2016. Hidroponik Kreatif Membangun Instalasi Unik Menggunakan Barang Bekas. (https://books.google.co.id/books?) 

2. 2019. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup Melalui Hidroponik (https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article)

3. Materi Danone Digital Academy 2021

4. Pengalaman pribadi bercocok tanam hidroponik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun