Langit di waktu senja yang biasa tampak indah dengan menampakkan kilauannya, kita terganti dengan kelamnya awan kelabu yang menutupi cahaya matahari jingga yang ingin pergi. Kini sang awan kelabu menjadi penguasa langit.Â
Senyum kecil terukir dibibirku "Sepertinya akan turun hujan lebat sore ini" gumamku pada diri sendiri.Â
Rintik demi rintik telah menjatuhkan bagiannya menghantam atap seng rumah yang terdengar nyaman ditelinga yang sunyi. Namun, keributan diatas sana bagai simfoni alam yang indah. Tetes demi tetes terus berjatuhan membasahi bumi yang kering kehausan karena kemaraunya diakhir bulan ini.
Aku berlari membuka handle pintu dan mendapatkan percikan-percikan air hujan yang turun mengenai lantai teras rumahku. Berlari hanya untuk menyaksikan dan menghirup dalam-dalam aroma hujan yang menyegarkan.
"Ah, harum semerbak ini selalu membuatku tenang" ucapku menikmati wangi petrichor.
Kunikmati kesunyian dikala orang-orang sedang bersembunyi dibalik rumah berlindung dari hujan sembari ditemani alunan rintik hujan yang kian menderas. Teras kecil bagian dari rumah telah basah kuyup oleh siraman hujan, rerumputan dan perpohonan yang kokoh menari-nari dihembus angin sepoi yang menggoyangkannya.
"Keindahan sore ini, seolah alam ikut menanti menyambut hujan".
Sungguh menenangkan. Keributan dikepala seakan hilang tergantikan oleh ketenangan dari air yang jatuh. Derasnya air hujan mengalir melewati tanah dan aspal yang tergeletak.
Kutatap kedepan, jalanan aspal menjadi seperti sungai kecil yang mengalirkan kehidupan baru setelah beberapa saat kemarau bagi alam semestanya ini. Kunikmati air yang terus mengalir sembari melepas segala penat dan lelah. Membiarkannya pergi ikut bersama air yang terus mengalir. Seolah hujan ini membawa ketenangan, mengalirkan peliknya kehidupan yang riuh.
Tiba-tiba ingatanku melayang kemasa lalu. Terbayang akan tawa riang berlari kesana kemari tanpa beban bermain hujan bersama teman.
"Bu, aku mandi hujan ya" kata yang selalu diucapkan dikala hujan turun.Â
Kata larangan bagaikan perintah kala itu. Betapa bahagianya menikmati setiap tetes air yang membasahi tubuh mungil ini. Kini, semua telah tumbuh dewasa dan mengejar impian masing-masing.
"Apakah bisa semua terulang kembali?"Â Gumamku pilu.
Tanpa terasa, pipi ku basah. Bukan, bukan karena percikan air hujan melainkan air mata ku yang bergenang menetes melewati pipi. Rasa rindu yang dalam akan kenangan dimasa kecil. Namun, aku tahu bahwa mereka semua sedang mengejar impian mereka masing-masing begitupun denganku.Â
Hari semakin larut, aku bersyukur masih dapat menghirup udara segar sisa hujan yang turun membasahi bumi. Kudesahkan nafas panjang, berharap esok hari penuh kebahagiaan dan ketenangan akan kembali menghampiri setelah hujan ketenangan sore ini berlalu.Â
Matahari tidak menampakkan cahayanya setelah awan tiba menjadi penguasa langit. Terimakasih untuk hujan sore ini.