Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Tidak Mau Kalah dengan Angkara Murkamu

18 Mei 2018   09:15 Diperbarui: 18 Mei 2018   09:39 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik

Kesesatan berpikirmu membuat dirimu selalu merasa benar dan di matamu semua orang sesat

Hati nuranimu yang mati membuatmu merasa gembira melihat sesamamu terkapar berlimbah darah

Kemarahan di jiwamu membuatmu selalu terbakar dengan kekerasan yang penuh agresifitas

Kebencian di dadamu membuatmu ingin menyakiti siapapun yang ada di sekitarmu

Engkau senantiasa menebarkan ujaran kebencian dan teror dimana-mana

Apakah engkau tidak pernah lelah dengan kejahatanmu?

Apakah engkau tidak lelah dengan kemarahan dan kebencianmu?

Sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, yang kalah dengan dirimu sendiri

Apakah aku harus mengikuti irama yang engkau mainkan?

Apakah aku harus berlomba denganmu untuk menunjukkan bahwa aku bisa lebih marah darimu?

Apakah aku harus membalas kebencianmu dengan ujaran kebencian yang lebih jahat darimu?

Apakah aku harus melakukan tindakan yang lebih agresif darimu hanya untuk menunjukkan, 

bahwa aku juga bisa membuat banyak orang ketakutan?

Tidak! Alangkah bodohnya jika aku menjadi orang yang sama denganmu

Aku tidak mau kalah dengan kemarahanmu dan kemarahan yang membakar jiwaku

Aku tidak mau kalah dengan kebencianmu dan kebencian yang menggerogoti nuraniku

Aku tidak mau kalah dengan ketakutan yang ingin engkau ciptakan dan yang menyusup di relung hatiku

Karena aku tahu siapa diriku, siapa Penciptaku, siapa sesamaku

Aku adalah gambar Allah yang memancarkan kemuliaan-Nya

Bukan untuk membenci tetapi untuk mengasihi

Bukan untuk melukai tetapi untuk menyembuhkan

Aku tidak mau kalah dengan mengikuti jejakmu sebagai pecundang

Dan aku memilih untuk melangkah sebagai seorang pemenang yang memiliki hati yang luas dan ikhlas 

untuk mengampuni dan mengasihi sesamaku manusia, bahkan kepada orang yang membenci diriku seperti dirimu.

Aku ingin menjadi manusia bebas yang tidak terpenjara dalam kemarahan dan kebencian seperti dirimu.

 Ya, aku ingin bebas dan bahagia dengan menebarkan senyum dan kasih sayang kepada setiap orang, termasuk kepadamu

Karena cinta kasih akan selalu menang...

pondok merpati, 17 mei 2018

heru tri budi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun